Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Datang Tak Dijemput, Pulang Tak Diantar: Sebuah Renungan tentang Arti Hidup

15 Juni 2025   05:00 Diperbarui: 15 Juni 2025   03:42 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terlahir tenang - AI

Tak ada yang meminta untuk dilahirkan. Kita datang ke dunia ini begitu saja, tanpa diundang, tanpa persiapan, dan tanpa pilihan. Saat lahir, kita menangis, sementara dunia menyambut kita dengan penuh haru dan harapan. Tapi apakah kita benar-benar tahu apa yang seharusnya kita rasakan? Apakah bahagia, sedih, atau sekadar bingung? Dunia menyambut kita bukan karena kita hebat, melainkan karena naluri kehidupan yang tak pernah berhenti berputar. Kita datang ke dunia ini… tanpa dijemput. Kehidupan memulai perjalanan kita, dan kita pun harus menjalani.

Begitu pula nanti, saat akhirnya tubuh ini kembali ke tanah, saat nyawa meninggalkan raganya, tidak ada upacara yang benar-benar mampu menahan perginya kita dari dunia ini. Tangis mungkin akan menyelimuti hari-hari awal kepergian, tetapi lambat laun, kenangan pun akan memudar dan orang-orang akan melanjutkan hidup mereka. Kita pergi… tanpa diantar. Tidak ada yang bisa menahan atau mengendalikan waktu. Kehilangan adalah bagian dari siklus kehidupan yang harus kita jalani, sebuah kenyataan yang tak bisa dipungkiri.

Ungkapan ini, meski terdengar pahit, bukan untuk menakut-nakuti. Tetapi sebagai pengingat bahwa hidup bukan semata tentang awal dan akhir, melainkan tentang ‘tengah-tengah’—tentang apa yang kita lakukan dalam jeda singkat antara kelahiran dan kematian. Di tengah perjalanan ini, kita diberi peluang dan ruang untuk memilih: apakah kita akan menjalani hidup sekadar untuk mengisi waktu, ataukah kita akan mengisinya dengan makna yang mendalam dan warisan yang berarti?

Karena kenyataannya, kita semua sedang mampir. Hanya singgah sebentar di bumi ini, tanpa tahu kapan waktunya harus angkat kaki dan meninggalkan semua yang kita miliki. Maka dari itu, yang sejati dan abadi bukanlah tubuh ini yang fana, melainkan jejak keberadaan yang kita tinggalkan—apa yang kita semai dalam hidup orang lain, dalam hati mereka, dalam kebaikan yang kita sebarkan.

Mungkin kita tak dikenal oleh dunia luas. Mungkin namanya tak tercatat dalam buku sejarah. Tapi, apakah ada tetangga yang menjadi lebih baik karena semangat dan kebaikan kita? Apakah ada anak yang terselamatkan oleh nasihat dan perhatian kita? Apakah ada senyum yang terbit karena uluran tangan dan kasih sayang kita? Itulah warisan sejati yang tak ternilai harganya.

Karena yang paling tragis dari hidup ini bukanlah kematian, melainkan pergi tanpa pernah benar-benar hadir. Kehilangan kesempatan untuk memberi arti dan makna dalam kehidupan orang lain. Kita datang tak dijemput, tetapi kita bisa memilih untuk menjadi terang di tengah gelapnya dunia. Kita pulang tak diantar, tetapi kita mampu meninggalkan nama baik yang akan dikenang jauh setelah tubuh kita tiada.

Hidup ini bukan soal betapa hebatnya kita saat datang ke dunia ini, atau seberapa ramai orang yang menangisi kepergian kita. Tapi, tentang seberapa dalam kita pernah menyentuh hati orang lain dengan kebaikan dan ketulusan. Seberapa besar pengaruh positif yang kita tinggalkan di balik jejak langkah kita.

Kalau hari ini kita masih diberi waktu untuk bernapas dan berbuat, maka gunakanlah sebaik-baiknya. Karena mungkin besok, giliran kita pulang dan tak seorang pun bisa ikut mengantar kita. Maka, jangan tunda lagi. Jadikan setiap momen bermakna, karena hidup ini singkat dan tak terduga. Pada akhirnya, yang tersisa hanyalah jejak kebaikan yang kita tinggalkan, sebagai bukti bahwa kita pernah hadir dan memberi arti dalam kehidupan ini.

Selamat hari Minggu, mumpung masih ada waktu tunjukkan bagaimana Kalian mencintai hidup ini dan orang-orang disekitar kalian. Hidup itu mudah dan tak banyak menuntut, Ikhlaskan apa yang telah terjadi, maafkan diri Kalian dan jangan banyak mengeluh. Peace be upon You! Be happy ... coz life is easy like sunday morning!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun