Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Simalakama: Dimakan Ibu Mati, Tak Dimakan Bapak Mati!

26 Februari 2025   06:00 Diperbarui: 25 Februari 2025   23:43 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
simalakama - rep-id.com

Pada saat masih duduk di bangku SD, ketika pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung, Bu Guru menyampaikan sebuah peribahasa yang terasa sangat mengerikan bagi saya. Peribahasa tersebut adalah, "Bagai makan buah Simalakama: Dimakan Ibu Mati, Tak Dimakan Bapak Mati!" Saat itu, saya jujur saja merasa geli dan tak habis pikir dengan makna peribahasa itu. Dalam benak saya, mana mungkin ada situasi yang begitu dilematis di mana seseorang harus menghadapi pilihan yang seolah tidak ada jalan keluar.

Setelah saya melanjutkan ke SMP, pelajaran Biologi membawa saya pada pemahaman yang lebih dalam. Dalam pelajaran klasifikasi tumbuhan, saya akhirnya menemukan penjelasan yang membuka mata tentang buah Simalakama. Ternyata, buah yang dimaksud dalam peribahasa itu adalah buah makuto dewo atau mahkota dewa, yang dikenal memiliki sifat kontroversial. Meskipun buah tersebut terlihat menarik dan menggugah selera, namun di balik keindahannya tersimpan racun yang sangat mematikan. Melalui lensa Biologi, saya belajar bahwa tidak semua yang tampak indah itu aman, dan kadang kita dihadapkan pada pilihan yang sulit dan berbahaya

Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) ini dikenal sebagai buah beracun yang bisa mematikan bagi para pemakannya jika kita tidak pandai mengolahnya, juga sebagai salah satu tanaman obat di Indonesia.  Tanaman atau pohon mahkota dewa sering kali ditanam sebagai tanaman peneduh. Ukurannya tidak terlalu besar dengan tinggi mencapai 3 meter, mempunyai buah yang berwarna merah menyala yang tumbuh dari batang utama hingga ke ranting.

Untuk memperpanjang masa simpan buah mahkota dewa, dapat dilakukan pengawetan dengan beberapa cara antara lain pendinginan, pengalengan, dan pengeringan. Pengeringan yang dilakukan pada buah mahkota dewa bertujuan mengurangi kadar air dalam bahan, sehingga air yang tersisa tidak dapat digunakan sebagai media hidup mikrob perusak yang ada di dalam bahan tersebut, dengan kata lain dapat memperpanjang masa simpan buah mahkota dewa tersebut. Kondisi pengeringan yang tepat akan menentukan mutu hasil pengeringan yang tinggi.

Buah mahkota dewa mengandung beberapa zat aktif seperti:

Alkaloid, bersifat detoksifikasi yang dapat menetralisasi racun di dalam tubuh

 

Saponin, yang bermanfaat sebagai: Sumber antibakteri dan antivirus, Meningkatkan sistem kekebalan tubuh, Meningkatkan vitalitas, Mengurangi kadar gula dalam darah dan Mengurangi penggumpalan darah

 

Flavonoid berfungsi untuk Melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, Mengurangi kandungan kolesterol serta mengurangi penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah, Mengurangi kadar risiko penyakit jantung coroner, Mengandung antiinflamasi (antiradang), Berfungsi sebagai antioksidan, Membantu mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun