Mohon tunggu...
Priyandono Hanyokrokusumo
Priyandono Hanyokrokusumo Mohon Tunggu... -

Guru di SMAN 1 Gresik. Nyambi sebagai penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi-puisi Karya Priyandono

30 Desember 2018   11:13 Diperbarui: 30 Desember 2018   11:47 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sajak Guru kita

Guru laksana petani. hanya menanam benih-benih cinta di persada.
hanya merawat tetanaman  di belantara maya pada. tak sanggup memaksa segala rupa tetanaman berbunga indah mekar berbuah. Guru tak kan mungkin mencipta takdir takdir manusia kecilnya.
Mereka tumbuh kembang dengan langkah dan jalannya sendiri.
meski kadang manusia kecil itu kelak menemukan jalan yg terjal  yaitu jalan jalan  yang tak disukainya.

(i) Menjemput Malam

ada yang tak biasa, pagi melesat pergi bersama butiran butiran kabut
lengkung cakrawala di ufuk timur tak meninggal rona merah
bocah-bocah itu kembali berjibaku melawan waktu, memikul matahari
kadang diletakkan di pundak kirinya
sesekali di pundak kanannya
sorot matanya bagai kilatan halilintar
menyambar asa yang bergelantungan di antara lengkung dedaunan
bocah-bocah itu tetap memilih pulang meski kedua pundaknya penuh bercak berwarna merah kehitaman
menjemput malam yang bertabur mawar berhias mimpi-mimpi nan indah
menjaga asa diantara kelap kelip cahaya bintang

(ii) halimun

laksana halimun
merangsek dari kaki ke atas bukit
aku tak mengerti seperti apa akhir perjalanan ini, tapi yang ada di dalam mimpi tak akan kubiarkan

laksana halimun
yang tak tertembus cahaya
aku tak mengerti seperti apa takdirku, tapi, sepotong roti itu tak akan kubeli dengan menjual harga diri

laksana halimun
yang selalu bergerak bersama-sama
aku tak mengerti akan di bawa ke mana tunas tunas ini, tapi aku tak mau menggigil dalam dingin kabutmu

(iii) Masih ada......

Masih ada yang taat pada pimpinan
daripada kebenaran
Masih ada yang tunduk pada kenyataan
daripada membuat perubahan
Masih ada yang memilih menjadi budak asalkan kenyang
daripada lapar mempertahankan idealisme
Masih ada yang suka ''menjahitkan"
daripada menganyam sendiri
Masih ada yang setia pada tugas
daripada memenuhi panggilan jiwa
Masih ada yang suka makan roti tapi mimpi
daripada makan ketela tapi nyata
Masih ada yang hidup dalam mimpi
daripada mimpi dalam hidup
Masih ada...........

(iv) Tentang  Batas itu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun