"Sorry, Bro... Kayaknya aku harus membatalkan diri buat ikut ke Ciletuh," ujar temanku, Gunawan, barusan.
Saat kutanya alasannya, dia bilang, rumah kontrakannya kemasukan air mulai dini hari tadi. Padahal, sejak dia pindah ke Jakarta, belum pernah merasakan banjir. Rumah kontrakannya aman-aman saja. Baru kali ini dia tertimpa banjir itu sehingga mau tidak mau dia harus membersihkan rumah dan mengurus segala tetek bengek dampak dari banjir tersebut.
Begitu pun kereta jurusan Bekasi-Jakarta Kota, hanya sampai di stasiun Senen. Akibatnya, semua kereta terdampak kelancarannya. Huff, alamat telat lagi deh.
Banjir kali ini sungguh mengejutkan. Karena bisa dibilang banjir terjadi merata bahkan daerah-daerah yang puluhan tahun tidak terkena banjir, sekarang harus merasakannya. Di antaranya RS Cipto dan daerah tempat temanku mengontrak tadi.
Pertanyaannya, mana janji besar saat kampanye dulu? Faktanya banjir terasa lebih sering dan bikin dampak yang lebih luas dari biasanya.
Tentu saja tak akan elok menyalahkan alam. Kalau curah hujan yang tinggi selalu dijadikan alasan, mending tidak usah kerja sekalian.
Bahaya memang. Apabila banjir terus-terusan. Nanti orang hamil bisa makin banyak. Eh.