Tapi validkah kita memandangnya hanya dari kacama itu saja?Â
Saya katakan, jelas, TIDAK.
Ada variabel waktu di sana. Waktu memiliki konsekuensi kondisi yang berbeda. Nilai tukar yang berbeda. Kondisi keuangan global yang berbeda. Intinya, tantangan yang berbeda.
Sebenarnya, kita tidak bisa mentah-mentah membandingkan antar pemerintahan hanya dari angka saja karena alasan itu. Semuanya pasti ada hal yang patut kita apresiasi.
Misal, pada zaman Pak Habibie, kalau dari angka saja, kita lihat wah buruk sekali rasionya. Tapi, kita juga ingat kondisi saat itu, Indonesia baru terpuruk karena krisis ekonomi dan krisis politik. Banyak utang warisan dan kurs anjlok. Mengingat utang luar negeri menggunakan USD, kenaikan utang terjadi bukan karena penambahan utang, tapi akibat kenaikan kurs.
Pada era Jokowi pun, kondisi tantangan global begitu luar biasa. Untuk mengapresiasi Pemerintah saat ini, kita bisa pakai distribusi normal. Bandingkan dengan negara-negara berkarakteristik sama, Indonesia akan termasuk negara dengan pertumbuhan paling tinggi saat ini.Â
Sebagai penutup, kita semua bisa mencari dan menyuguhkan data yang benar. Setidaknya, minimal lakukanlah itu, sajikan data yang benar. Namun, tidak semua orang bisa membaca dan menganalisis data dengan benar. Karena itu kita perlu belajar. :)