Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Surat Om-om Buat Afi Nihaya Faradisa

24 Mei 2017   17:33 Diperbarui: 25 Mei 2017   10:53 4487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal-hal semacam itu tidak boleh menjadi alasan untuk bilang pendidikan dan sistem pendidikan nggak berguna. Kamu tetap harus sekolah, setinggi mungkin. Tapi lupakan cara mendapat nilai bagus, lupakan sistem pendidikan yang nganu itu. Hal paling penting dari kampus adalah ajang buat cari teman dan cari jodoh! Karena sungguh, kekerenan seorang laki-laki paling rendah adalah kalau menikah dengan teman SMA-nya. Itu tidak gaul!

Soal tulisanmu yang viral, Om juga pernah bertanya hal yang sama dulu waktu kecil. Tapi, dulu nggak ada media sosial sih ya. Seberapa yakin kita, kalau tidak terlahir dari keluarga muslim, akan menjadi muslim saat ini?

Om setuju dan tidak setuju dengan kamu sih. Om belum pernah dapat warisan soalnya. 

Agama adalah warisan. Kita banyak beragama cuma di KTP doang. Ah, orang tuaku Islam, maka agamaku juga Islam. Berapa banyak sih orang ber-KTP Islam yang sungguh-sunggh belajar Islam, dan mengamalkan seengaknya rukun Islam saja? Dan berapa banyak orang yang ber-KTP Islam, yang tidak peduli dengan ke-Islamannya itu, tidak berani membuang Islam dari kolom KTP-nya? Banyak juga yang ketika terjadi kepentingan politik tertentu, tiba-tiba beralih rupa jadi simbol Islam banget? Ilusi ini yang sering Om anggap sebagai Ilusi Mayoritas. Mending kayak zaman Rasul dulu, sedikit, tapi kuatnya luar biasa, ketimbang banyak, tapi nggak berarti.

Kalau memang warisan, seharusnya kita menjaganya atau memperlakukannya sebagai sesuatu yang sangat berhaga, ya? Karena itulah peninggalan dari orang yang menyayangi kita? Meski, jangan salah ya, utang juga bisa diwariskan lho ya.

Om pernah mendengar ceramah yang rekonstruktif banget, setelah didekonstruksi terlebih dahulu. Agama tidaklah ada hubungannya dengan kebaikan manusia. Bingung, kan?

Semua manusia bisa jadi baik karena Allah telah memberi modal yang sama pada semua manusia di dunia ini. Apa itu? Hati nurani. Jadi apapun agamanya, semua orang bisa menjadi manusia baik. Yang bisa membuat manusia menjadi tidak baik adalah hilangnya nurani. Yang bisa membuat nurani hilang adalah kecintaan dan kebencian yang berlebihan terhadap sesuatu. 

Lalu di mana posisi agama? Agama mengubah kebaikan itu menjadi kesolehan. Beda? Beda, kesolehan itu dilandasi keimanan kepada Allah SWT. Saya menolong orang karena Allah. Saya mencintaimu karena Allah. Iman inilah yang tidak dimiliki oleh semua orang beragama. Seorang muslim belum tentu beriman. Kebaikan tanpa keimanan dalam agama, tidak berarti di hadapan Allah.

Jadi, apakah kita sudah beriman? Hanya Allah dan hati nurani kita yang tahu, kan?

Om, jadi kepengen menulis puisi nih:

 Ajari aku caranya melindungiMu
 dari diriku yang terlanjur terlalu mencintaiMu
 Ke mana Kau akan pergi, melarikan diri
 atau bersembunyi
 Sementara seharusnya Kaulah yang memelihara
 dan menguasai dari Kejahatan itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun