Indonesia adalah negara yang berketuhanan yang maha Esa. Indonesia bukan negara sekuler, tetapi beberapa tahun ini corak masyarakat Indonesia sama dengan negara sekuler. Apa alasannya adalah karena LGBT seperti sudah dilegalkan di bumi Indonesia. Banyak yang tidak setuju. Banyak juga yang setuju. Yang setuju sebagian adalah pelaku LGBT itu sendiri.Â
  Saya adalah orang yang paling tidak suka dengan LGBT. Akan tetapi, kita tidak boleh mendiskriminasikan mereka. Mengapa? Karena itu bukan keinginan mereka, tetapi bawaan dari dalam. Kita tentunya tidak ingin kejadian dengan kaum Luth terjadi pada kita. Kita tentunya tidak ingin dibenci oleh Allah SWT. Kerapkali melakukan toleransi menyebabkan kita terbawa arus. Yang mengerikannya adalah ada yang ikut-ikutan, karena katanya lebih nikmat. Inilah contoh orang yang tidak bersyukur. . Dalam surat Ar-Rahman berulang kali dikatakan, "  .....Nikmat mana lagi yang kau dustakan....," . Sudah diberi pasangan. Sudah diberikan yang halal dan enak. Mengapa mencari kenikmatan lain?Â
  Saya bersyukur menjadi orang yang normal. Selama ini saya belum berminat mengangkat topik mengenai LGBT. Saya pikir pengesahan undang-undang tentang LGBT tidak akan ada gunanya, jika masyarakatnya bermoral. Artinya tidak ada yang berani melakukannya. Tidak ada gunanya atau tumpul. Namun, apa yang terjadi adalah beberapa bulan ini para pelaku berani terang-terangan. Entah apa alasannya mereka sangat tidak tahu malu. Padahal malu adalah sebagian daripada iman. Pencuri tidak jadi mencuri karena diharuskan menceritakan aksinya. Alhasil, pencuri merasa malu dan akhirnya bertobat. Cerita ini adalah dari baginda kita, nabi Muhammad SAW. Entah apa pula, para pelaku yang terciduk polisi berani melakukannya.Â
   Keberanian ini muncul karena kaum pelangi atau kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender)  merasa terlindungi dengan adanya undang-undang tentang HAM. Mereka menganggap perilaku mereka adalah bagian dari hak asasi manusia. Padahal, hak asasi manusia tidak bisa melanggar hukum agama. Penyebutan kaum pelangi juga sangat tidak relevan. Pelangi adalah sesuatu yang indah dan fenomena alam. Apa hubungannya dengan LGBT? Apa pantas disebut indah, jika melanggar ketentuan Allah SWT.
  Undang-undang pengesahan LGBT santer akan disahkan. Saya sendiri sempat mendengar sudah disahkan. Itulah bahayanya hoaks dan mendengar bukan langsung dari sumbernya. Itulah pentingnya minat membaca yang tinggi. Membaca bukan hanya dari media cetak, tetapi juga bisa dari media online yang jelas sumbernya. Pentingnya, secara berkala membaca berita, bahkan kalau bisa setiap hari. Setelah itu, pastikan membacanya dengan menyimak yang benar atau baik.Â
  Memang benar setan laknatullah sangat keras mengoda manusia hingga manusia menganggap perbuatan memalukan sebagai hal biasa. Padahal, ada surga yang disediakan untuk para manusia yang bisa mengendalikan hawa nafsu. Semoga, DPR semakin berkinerja pasca demonstrasi.  Itu karena dengar-dengar di Indonesia sudah ada pernikahan sesama jenis di Indonesia dari suku Jawa. Kedua keluarga setuju dan melakukan resepsi pernikahan yang megah.Â
  Alasan, trauma dan patah hati atau kedominan salah satu gender bisa menjadi penyebab LGBT. Padahal, itu semua cuma ujian Allah SWT. Alhamdulillah, ternyata ada surga yang disiapkan untuk orang yan Mung bisa menjalankan ujian dengan baik.Â
 Â
  Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI