Mohon tunggu...
Prince saga
Prince saga Mohon Tunggu... Penulis

Penulis buku Wondermind Vol.1 Menjadi Pribadi sukses panduan Islam dan Filsafat Dalam Pengembangan Diri. "Life is an epic chapter meant to be a legacy".

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bersahabat Dengan Psikosomatis

5 Maret 2025   02:32 Diperbarui: 5 Maret 2025   03:12 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar dibuat oleh AI di generate oleh Chat GPT)

Bersahabat Dengan Psikosomatis

Saya Saga, penderita psikosomatis!

Jika kamu belum tau apa itu psikosomatis, ini adalah penyakit psikis yang akhirnya mempengaruhi fisik saya.

Gejalanya, saya sering sakit kepala terutama jika over thinking atau bekerja dengan otak terlalu lama dan berat, terlebih saya sebagai seorang konseptor yang harus bekerja dominan dengan otak. 

Gejala lain temperamen, saya sering kali terpancing emosi meski itu hal sepele. Mual, terlebih saya juga penderita gerd,  yang paling mengganggu adalah insomnia, saya  susah tidur dan kalaupun saya mencoba memaksakan untuk  memejamkan mata terasa otak masih berpikir seakan berisik memikirkan banyak hal, terasa sangat tidak nyaman.

Kenapa saya bisa terkena psikosomatis, tentunya penyebab tiap orang akan berbeda, namun dalam kasus saya menganalisa ini terjadi karena persoalan dalam bisnis dan pekerjaan, kondisi dan circle saya tidak dalam keadaan yang kondusif semua diluar kendali, tapi it's ok saya tidak akan curhat kita bisa bahas yang general saja ya.

Pada dasarnya psikosomatis disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan mental dan emosional, seperti stres kronis, kecemasan, depresi, dan trauma, faktor-faktor ini bisa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan gejala fisik. 

Dalam kasus yang saya alami singkatnya lebih ke stres berat dan trauma karena ada di lingkungan yang toxic, jadi kalau anda ada di lingkungan yang tidak kondusif atau mulai gejala mudah marah dan tersinggung, pusing, sakit otot, susah tidur, asam lambung naik, bisa jadi itu psikosomatis.

Tapi jangan self diagnosis ya, tetap konsultasi ke dokter dan saran saya sih lebih baik anda langsung datang untuk konsultasi, jangan hanya melakukan konsultasi online karena bisa jadi ada pengecekan fisik atau tes yang harus dijalani oleh penderita psikosomatis. 

Psikosomatis bukan penyakit seperti demam yang jika minum parasetamol dalam tiga hari langsung sembuh, penyakit ini sangat tergantung dengan ketenangan jiwa dan pikiran si penderita, jadi bisa jadi sembuh cepat atau lama tergantung dari sikap si pengidap psikosomatis.

Saya sendiri sudah mengidap psikosomatis selama dua bulan, untuk saya yang sedikit banyak paham soal psikologis dan meski dapat melakukan hypnotherapy untuk diri sendiri juga bisa meditasi dasar ini lumayan membantu, walau tetap sampai hari dimana saya membuat tulisan ini psikosomatis saya masih sering kambuh. 

Obat dari dokter cenderung untuk penenang dan obat tidur  yang pada akhirnya saya tidak rutin minum karena mengganggu aktivitas saya, sebab memiliki efek lemas dan ngantuk, sesekali saya minum jika mulai temperament, overthinking dan susah tidur saja.

Psikosomatis merubah banyak hal dalam hidup saya, penyakit ini seperti alarm tubuh untuk membatasi diri agar tidak overthinking dan memaksa saya untuk belajar menyikapi dengan baik apa yang datang dari luar diri saya. 

Untuk saat ini saya hanya bisa bersyukur dan mencoba menerima penyakit ini, dua bulan ini saya berusaha bersahabat dengan nya, menjadikan alarm diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Walau ada beberapa pelarian yang kurang baik seperti merokok, ingat walau rokok electric tapi tetap ini bukan rekomendasi untuk kalian ya.

Untuk bersahabat dengan psikosomatis akhirnya saya belajar tentang stoiksisme. Stoikisme mengajarkan saya untuk menerima apa yang tidak dapat dikontrol dan fokus pada hal-hal yang dapat dikontrol. Saya dapat penyakit ini di luar kontrol saya, konsultasi ke dokter, terapi, minum obat, itu yang bisa saya kontrol. 

Jadi Alih-alih saya fokus dengan rasa sakit saya lebih memilih bagaimana bisa menghindari agar dia tidak kambuh atau malah sesekali bersahabat ketika dia datang.

Nah salah satunya adalah dengan menulis artikel ini meski awalnya sangat enggan, jangankan menulis karena untuk berfikir saja sudah tegang kepala, tapi ya ini yang bisa saya kendalikan dan saya lakukan daripada membeku di tempat tidur lebih baik pergi keluar pesan secangkir es kopi pahit dan mulai menulis kisah, bukan untuk diri sendiri tapi pengingat untuk yang juga mengalami.

"Apa yang tidak dapat kamu ubah, kamu harus menerimanya." - Epictetus

Selama mengidap penyakit psikosomatis ini mengelola emosi jadi hal yang paling menjadi ujian utama, ribut dengan pasangan karena ia yang paling sering bertemu dan berkomunikasi dan perdebatan sering tak bisa dihindari, untungnya pasangan saya cukup sabar. 

"Thank you, my love, for staying by my side through this psychosomatic journey, even though you can be annoying hahaha...". Semoga kesetiaan dan kesabaran kamu menjadi saksi dan semoga Al-Kadziminal Ghaidz wal Afina terbuka lebar untuk mu. 

Ternyata sedikit canda dan gombalan bisa menjadi obat rindu juga meredakan psikosomatis

"Kamu tidak dapat mengontrol apa yang terjadi, tapi kamu dapat mengontrol bagaimana kamu bereaksi." - Epictetus

Salah satu kebiasaan saya yang visioner ini selalu memikirkan jauh ke masa depan, tidak ada yang salah dengan itu tapi saya harus mengambil keputusan yang bijaksana, daripada insecure dengan masa depan yang belum tentu terjadi apalagi pusing dengan masa lalu yang tidak mungkin bisa saya ubah lebih baik fokus pada yang terjadi saat ini.

"Hiduplah pada saat ini, karena saat ini adalah satu-satunya waktu yang kamu miliki." - Seneca.

Stoikisme juga mengajarkan untuk mengembangkan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi tantangan hidup. Terkadang kita mengalami badai dan tidak bisa melakukan apapun kecuali bersabar hingga badai itu pergi dengan sendirinya.

"Kesabaran adalah kekuatan yang paling besar." - Seneca

Saat ini yang paling penting adalah bagaimana saya bisa menerima kenyataan bahwa kejadian dan orang yang mengecewakan telah hadir dan telah meninggalkan luka batin apapun bentuknya harus bisa disikapi dengan menerima kenyataan tanpa harus menyalahkan dan hidup dengan apa adanya, tanpa resistensi atau penolakan. 

Di titik ini kalimat ukhti-ukhti di sosmed atau setiap mereka kumpul menjadi penyejuk jiwa "Qadarullah tabarakallah"

"Apa yang kamu tolak, akan tetap ada. Apa yang kamu terima, akan menjadi lebih mudah." - Marcus Aurelius

Stoikisme menjadi salah satu cara untuk saya bisa menjalani hari hari bersama psikosomatis ini, dan Alhamdulillah nya saat menulis artikel ini jatuh di bulan yang penuh rahmat yakni bulan Ramadhan, yang mungkin untuk saya Ramadhan kali ini tidak diawali dengan begitu baik, tapi dengan itu saya mulai berbenah diri.

Sujud saat sholat adalah hal yang paling nikmat, ketika beban di pundak dijatuhkan di atas sajadah, otot leher dan kepala yang sakit di redakan, berserah diri akan apa yang sudah dan akan terjadi membantu membersihkan hati untuk tidak insecure lagi. 

Setiap malam selepas solat saya selalu berdoa dan berbicara pada diri 

"ya Allah saya memaafkan siapapun yang mendzolimi saya dan ampunilah kezaliman saya dan segala dosa dosa yang juga telah saya perbuat" 

Di sepuluh malam pertama bulan ramadhan ini semoga saya dan semua yang pernah berhubungan kurang baik dalam hidup saya ini, bisa mendapat ampunan Allah SWT dan kita bisa beribadah di bulan ramadhan ini dengan lebih khusyu hingga mendapat kemenangan di hari yang fitri nanti.

Sebagai penutup siapapun yang membaca tulisan ini dan mengalami gejala atau hal yang sama, semoga kita bisa berjuang dan sembuh bersama, jika ada orang terdekat yang mengalami hal ini tolong jangan di jauhi, mereka butuh dukungan kalian. 

Apapun yang terjadi pada kita itu adalah rencana Allah agar kita lebih dekat dengan Nya.

"Seperti kesedihan yang perlu waktu untuk pergi, sakit juga perlu waktu untuk sembuh dan sehat kembali, tak masalah apapun yang terjadi yang terpenting jangan lupa untuk mencintai dirimu sendiri". - Novi Rismanto

Prince Saga
"Life is an epic chapter meant to be a legacy."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun