Salah satu kebiasaan saya yang visioner ini selalu memikirkan jauh ke masa depan, tidak ada yang salah dengan itu tapi saya harus mengambil keputusan yang bijaksana, daripada insecure dengan masa depan yang belum tentu terjadi apalagi pusing dengan masa lalu yang tidak mungkin bisa saya ubah lebih baik fokus pada yang terjadi saat ini.
"Hiduplah pada saat ini, karena saat ini adalah satu-satunya waktu yang kamu miliki." - Seneca.
Stoikisme juga mengajarkan untuk mengembangkan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi tantangan hidup. Terkadang kita mengalami badai dan tidak bisa melakukan apapun kecuali bersabar hingga badai itu pergi dengan sendirinya.
"Kesabaran adalah kekuatan yang paling besar." - Seneca
Saat ini yang paling penting adalah bagaimana saya bisa menerima kenyataan bahwa kejadian dan orang yang mengecewakan telah hadir dan telah meninggalkan luka batin apapun bentuknya harus bisa disikapi dengan menerima kenyataan tanpa harus menyalahkan dan hidup dengan apa adanya, tanpa resistensi atau penolakan.Â
Di titik ini kalimat ukhti-ukhti di sosmed atau setiap mereka kumpul menjadi penyejuk jiwa "Qadarullah tabarakallah"
"Apa yang kamu tolak, akan tetap ada. Apa yang kamu terima, akan menjadi lebih mudah." - Marcus Aurelius
Stoikisme menjadi salah satu cara untuk saya bisa menjalani hari hari bersama psikosomatis ini, dan Alhamdulillah nya saat menulis artikel ini jatuh di bulan yang penuh rahmat yakni bulan Ramadhan, yang mungkin untuk saya Ramadhan kali ini tidak diawali dengan begitu baik, tapi dengan itu saya mulai berbenah diri.
Sujud saat sholat adalah hal yang paling nikmat, ketika beban di pundak dijatuhkan di atas sajadah, otot leher dan kepala yang sakit di redakan, berserah diri akan apa yang sudah dan akan terjadi membantu membersihkan hati untuk tidak insecure lagi.Â
Setiap malam selepas solat saya selalu berdoa dan berbicara pada diriÂ
"ya Allah saya memaafkan siapapun yang mendzolimi saya dan ampunilah kezaliman saya dan segala dosa dosa yang juga telah saya perbuat"Â