Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ciri-ciri Orang dengan Kecerdasan Emosional Rendah

3 April 2021   07:57 Diperbarui: 3 April 2021   08:08 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecerdasan emosi (EQ) sangat penting bagi setiap orang karena dengan EQ yang baik semua hal terkait emosi bisa dikendalikan dengan baik (ncsl.org)

Ada sebuah ungkapan yang terkenal,

"Ilmu mendahului amal, adab mendahului ilmu"

Ini adalah gabungan dari perkataan ulama'-ulama' besar. Ungkapan yang pertama, "Ilmu mendahului amal" diambil dari perkataan terkenal imam Al-Bukhari. Beliau mengatakan, "al-ilmu qabla 'l-qaul wa 'l-'amali". Artinya bahwa sebelum kita berkata dan berbuat, yang lebih dahulu harus kita miliki adalah ilmu tentang hal tersebut. Inilah yang kemudian menjadikan ilmu sebagai syarat benarnya suatu perkataan atau perbuatan.

Sementara ungkapan yang kedua, "adab mendahului ilmu" adalah implikasi, sebab dari akibat adanya ilmu tersebut. Banyak contoh di sekitar kita, orang-orang yang tadinya seorang penuntut ilmu, namun pada akhirnya dia tidak mendapatkan apa-apa atau ilmunya menjadi tidak berguna karena tidak adanya moral/ kurangnya adab pada dirinya.

Adab erat kaitannya dengan kecerdasan emosi (EQ). Dalam Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ, penulis Daniel Goleman berpendapat bahwa:

"Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang dengan baik juga lebih cenderung untuk menjadi puas dan efektif dalam hidup mereka, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka sendiri..."

Kecerdasan emosi (EQ) sangat penting bagi setiap orang karena dengan EQ yang baik semua hal terkait emosi yang mudah  meledak bisa dikendalikan dengan baik. Dalam kaidah psikologi, Kecerdasan Emosional mencakup pikiran (thinking), perasaan (feeling) dan tindakan (acting).

Orang dengan EQ Rendah Tidak Sabaran

Orang yang sangat cerdas emosional  memiliki peringkat tinggi dalam hal daya tanggap, empati, mendengarkan, dan kesadaran diri. Mereka juga unggul dalam interaksi interpersonal.

Seseorang dengan EQ yang tinggi selalu menekan tanda "pause", memberikan "jeda" beberapa detik setelah ia mengenali stimulus emosi. Ketika ia tersinggung, ia tidak akan refleks melakukan tindakan pembalasan. Baik berupa kata-kata kotor atau bahkan sampai mencederai orang lain. Dengan kata lain, kesabaran adalah kunci atau tanda EQ yang tinggi. 

Kesabaran adalah reaksi pertama yang ditunjukkan orang dengan EQ tinggi. Artinya ketika tersinggung, reaksi pertama adalah bersabar dulu. Setelah itu kita mempertimbangkan (think) sikap apa yang akan kita ambil dan setelah itu apa yang harus kita lakukan (act).

Orang dengan kecerdasan emosional yang sangat rendah tidak dapat secara akurat melihat emosi dalam diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka juga biasanya menghakimi, dan merusak diri sendiri. Sederhananya, orang dengan EQ rendah kurang beradab.

Orang dengan EQ rendah bisa jadi sulit bergaul pada tingkat pribadi atau sosial. Mereka juga sulit diajak bekerja sama karena pada dasarnya mereka tidak dapat menanggapi secara positif bahkan kritik yang paling konstruktif atau bermaksud baik. Itu sebabnya lanjut Daniel Goleman,

... (sementara) orang-orang yang tidak dapat mengendalikan kehidupan emosional mereka melawan pertempuran batin yang menyabot kemampuan mereka untuk pekerjaan yang terfokus dan pemikiran yang jernih. "

Orang yang cerdas secara emosional memiliki pemahaman yang jujur dan realistis tentang diri mereka sendiri.

Sebaliknya, orang dengan kecerdasan emosional rendah kurang memiliki kesadaran emosional. Mereka tidak memahami bagaimana emosi memengaruhi perilaku mereka.

Orang yang cerdas secara emosional mampu menyelaraskan tindakan dengan apa yang mereka rasakan, tetapi mereka tidak membiarkan emosi mengatur hidup mereka. Mereka menanggapi setiap situasi dengan penuh perhatian.

Sedangkan orang yang EQ-nya rendah kurang memiliki kesadaran emosional. Mereka membiarkan emosi mengatur perilaku hidupnya. Mereka menanggapi situasi dari kulit luarnya saja.

Orang yang EQ-nya Rendah Merasa Paling Benar dan Tidak Mau Disalahkan

Ciri paling menonjol dari orang yang EQ-nya rendah adalah selalu merasa dirinya paling benar. Mereka akan sering berdebat dengan orang lain karena ingin memaksakan atau mempengaruhi pendapat orang lain ke sudut pandang mereka. Orang yang kecerdasan emosionalnya rendah mendengarkan lawan bicaranya hanya untuk mencari celah kesalahan, bukan untuk menaruh perhatian.

Orang dengan kecerdasan emosional yang sangat rendah biasanya sangat yakin bahwa mereka selalu benar dan akan berdebat sampai akhir zaman daripada mengakui bahkan satu poin pun dalam sebuah argumen. Berurusan dengan orang-orang argumentatif seperti ini bisa menjadi pengalaman yang membuat frustrasi karena mereka  menolak untuk mengakui hak orang lain untuk memiliki pilihan yang berbeda dari pilihan mereka sendiri.

Orang yang EQ-nya rendah juga cenderung tidak mau introspeksi. Mereka tidak mau mengakui kesalahan yang sudah diperbuatnya. Ketika seseorang tidak pernah bisa mengakui kesalahan, itu juga berarti mereka tidak pernah bisa belajar darinya dan cenderung membuat kesalahan yang sama - dan menyalahkan kambing hitam yang sama - berulang kali, lagi, lagi.

Kesalahan adalah cara kita belajar, dan setiap orang membuatnya. Belajar dari kesalahan atau introspeksi sejati dan benar-benar mengenal diri sendiri dapat membantu kita mengembangkan kesadaran diri, kasih sayang, dan kecerdasan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun