Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Brenda Ueland, Joker dan Penulis yang Di-Ghosting Kompasiana

19 Maret 2021   08:17 Diperbarui: 19 Maret 2021   08:26 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mari kita kecewakan Kompasiana yang sudah meng-ghosting penulisnya (ilustrasi diolah pribadi)

Brenda Ueland itu penulis top. Bukunya yang berjudul If You Want to Write: a Book about Art, Independence and Spirit, menjadi salah satu buku non fiksi paling populer. Filosofi menulisnya yang terdapat dalam buku tersebut bahkan memengaruhi sosok seperti Guy Kawasaki, mantan Chief Evangelist Apple.

Sementara Joker, tahu sendiri kan? Karakter fiksi musuh bebuyutan si Ksatria Kegelapan, Batman.

Secara langsung, dua tokoh dari dua dunia yang berbeda ini memang tidak ada hubungannya. Lha wong yang satu tokoh nyata, satunya hanya karakter rekaan.

Tapi, ada satu benang merah yang menghubungan keduanya. Benang merah itu terdapat dalam kutipan keduanya yang terkenal. Meskipun secara harfiah kata per kata tidak sama, namun dua kutipan ini memiliki makna dan tujuan yang sama.

Dalam sesi pelajaran menulisnya, Brenda memberi tahu siswa-siswanya, "Jika seseorang memberi tahu bahwa cerita yang kamu tulis itu tidak baik, maka tulislah 3 cerita lagi."

Maksud dari kutipan Brenda Ueland tersebut adalah agar kita mengabaikan kritik dan terus berkarya. Jangan putus asa sekalipun ada hasil karya kita yang tidak dihargai orang lain. Bahkan bila perlu, kita harus mengecewakan mereka yang pernah meremehkan hasil karya kita.

Di satu sisi, ada kutipan Joker yang sangat terkenal: "Sebagian orang ingin melihatmu gagal. Kecewakan mereka."

Inti dari kutipan itu hampir sama dengan kutipan dari Brenda Ueland. Jangan patah semangat, kecewakan mereka yang sudah meremehkan kita dan ingin melihat kita gagal.

Lantas, apa hubungan keduanya dengan penulis yang di-ghosting Kompasiana?

Sensor Kata Kunci Kompasiana yang Tidak Transparan

Seminggu belakangan ini, banyak Kompasianer senior menggunjingkan kebijakan Kompasiana yang dianggap keterlaluan. Beberapa artikel yang baru mereka tayangkan dihapus, atau dikarantina untuk sementara guna melihat apakah materi dari artikel itu menyehatkan atau tidak. Mengandung kata kunci yang disensor atau tidak. Layak tayang atau tidak.

Pokoknya, para Kompasianer senior ini, yang pengalaman menulisnya tidak perlu diragukan lagi merasa tidak nyaman dengan kebijakan baru Kompasiana.

"Katanya pingin membangun rumah sehat, tapi malah membuat tidak sehat penghuninya," kata seorang teman.

Sebab utama kekecewaan mereka adalah Kompasiana tidak transparan dalam menginformasikan kesalahan, yang membuat artikel dihapus atau dikarantina terlebih dahulu. Hanya ada notifikasi, tanpa kejelasan informasi.

"Kita kayak lagi di-ghosting sama Kompasiana, Mas. Mbok iya kasih tahu di mana letak kesalahannya, apa kata kunci yang dilanggar. Kalau transparan kan enak, kita bisa memperbaiki biar bisa ditayangkan ulang," keluh seorang teman lewat jaringan pribadi.

"Jadi malas nulis di Kompasiana. Udah capek-capek memikirkan ide, eh tiba-tiba artikelnya dihapus atau penayangannya ditunda beberapa jam kemudian."

Tapi, ada juga beberapa Kompasianer yang bersikap sebaliknya. Alih-alih tidak semangat menulis lagi di Kompasiana, mereka justru terlecut dengan perlakuan tidak adil ini.

"Satu artikel diblokir, akan kutulis 10 artikel lagi," kata seorang teman yang enggan tidak mau disebutkan namanya.

"Bila perlu, setiap satu jam sekali aku menayangkan tulisan," kata teman yang satu lagi.

Nggak tahu ya, apakah tekadnya itu dipenuhi atau tidak. Tapi, setidaknya aku menghargai tekad dan semangat itu. Dan, memang seharusnya kita juga bersikap yang sama.

Kebijakan sensor dan karantina yang diberlakukan admin Kompasiana memang hak prerogratif mereka. Sebagai pengguna, kita harus sepenuhnya tunduk dan patuh.

Tapi, tidak adanya informasi dan transparansi kesalahan apa yang dilanggar Kompasianer sungguh patut disayangkan. Sikap meng-ghosting ini seolah menyepelekan proses kreatif dan hasil karya Kompasianer.

Apakah hal itu lantas akan membuat Kompasianer putus asa dan malas menulis di Kompasiana?

Sebaliknya, seperti yang ditunjukkan beberapa rekan Kompasianer, kita harusnya mengikuti nasehat Brenda Ueland: "Jika seseorang memberi tahu bahwa cerita yang kamu tulis itu tidak baik, maka tulislah 3 cerita lagi."

Atau seperti yang dikatakan Joker, "Kecewakan mereka!"

Ya, mari kita kecewakan admin Kompasiana dengan terus menulis, apa pun genre dan pilihan topik yang kita inginkan. Abaikan sensor kata kunci. Jangan biarkan jiwa kreatif kita terbelenggu. Karena dalam menulis, yang bisa kita nikmati adalah prosesnya, bukan hasil akhirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun