Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tuhan Tidak Pernah Tidur

29 Januari 2021   08:01 Diperbarui: 29 Januari 2021   08:12 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tuhan tidak pernah tidur. DIA selalu bekerja tanpa pernah berhenti sedetik pun (ilustrasi: unsplash.com/Jared Craigg)

Akibat badai besar yang mengguncang lautan, sebuah kapal penumpang karam. Hanya satu orang yang berhasil lolos dari maut.  Setelah terapung-apung di atas pecahan kayu kapal selama lima hari, orang itu terdampar di pulau tak berpenghuni.

Selama di pulau tersebut, tak henti-hentinya ia berdoa pada Tuhan meminta pertolongan. Pagi, siang, sore, hingga tengah malam terus memohon tanpa henti. Sesekali hanya berhenti untuk mencari makan, lalu berdiri di bibir pantai memandang cakrawala. Dia berharap Tuhan mengabulkan dan akan mengirim kapal penyelamat.

Setelah beberapa hari tak ada tanda-tanda datangnya pertolongan Tuhan, akhirnya penumpang kapal yang selamat ini memutuskan membuat gubuk. Dia berpikir, kalau memang Tuhan menakdirkan dirinya harus jadi penghuni di pulau ini, apa boleh buat? Dipotongnya rumbai kelapa untuk atap, serta batang-batang pohon untuk dinding rumah impiannya. Dia bekerja siang-malam sampai gubuk sederhana itu selesai.

Suatu hari, sepulang dari berburu hewan di bagian dalam pulau, betapa terkejutnya dia melihat gubuk yang sudah dibangunnya susah payah terbakar habis. Dengan hati dipenuhi amarah, dia berdiri di tepi pantai, memandang langit dan berteriak menantang.

"Wahai Tuhan, sungguh teganya Engkau melakukan ini padaku. Aku berdoa dan memohon penuh harap kepada-Mu, tanpa lelah tanpa putus asa. Tapi, apa yang sekarang Engkau kirimkan?

Bukannya menolongku, Engkau malah menghancurkan jerih payahku. Padahal aku sudah pasrah sekiranya Engkau memang menakdirkan diriku untuk tinggal di pulau tak berpenghuni ini. Gubuk yang kubangun itu, yang menjadi ikhtiarku terhadap takdir-Mu malah Engkau hancurkan begitu saja!".

Begitu marahnya dia hingga hatinya terbersit ketidakpercayaan terhadap Sang Pencipta.

"Tuhan tidak mau mendengar doaku," ratapnya.

Dalam kemarahan dan kesedihan, orang ini jatuh tertidur karena lelah seharian mengumpat Tuhan yang sempat dicintainya namun sekarang sangat dibencinya.

Keesokan harinya, orang ini terbangun setelah merasa ada yang menendang-nendang kakinya. Matanya terpicing tidak siap menerima cahaya mentari pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun