Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kalau Sudah Level Maestro di Kompasiana, Berikutnya Apa?

12 September 2020   08:17 Diperbarui: 12 September 2020   08:14 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poin dan pangkat di Kompasiana merupakan bentuk penghargaan loyalitas Kompasianer (ilustrasi: Kompasiana)

Kalau kamu perhatikan dashboard atau halaman artikel profil akun Kompasiana, di sana ada menu Poin. Di menu ini, Kompasiana membagi Kompasianer dalam 7 tingkatan atau level: Debutan, Junior, Taruna, Penjelajah, Fanatik, Senior dan Maestro.

Masing-masing level ditentukan berdasarkan rentang poin tertentu. Poin-poin ini didapatkan Kompasianer dari statistik keterlibatan atau aktivitas mereka di Kompasiana. Yakni melalui berapa banyak artikel yang ditayangkan, jumlah artikel headline dan pilihan, hingga komentar konten.

Setiap jenis aktivitas di Kompasiana memiliki poin yang berbeda. Misalnya poin yang didapatkan dari artikel headline berbeda dengan poin yang didapatkan dari artikel pilihan.

Bagaimana cara mengumpulkan dan menghitung perolehan poin di Kompasiana?

Pada saat meluncurkan fitur poin dan pangkat ini, Kompasiana menghitung perolehan poinnya berdasarkan aktivitas berikut ini:

  • Mendapatkan komentar: 1 poin
  • Mendapatkan nilai: 1 poin
  • Posting artikel: 5 poin
  • Registrasi awal: 50 poin
  • Verifikasi hijau: 50 poin
  • Verifikasi biru: 100 poin
  • Artikel masuk daftar pilihan: 5 poin
  • Artikel masuk daftar headline: 10 poin

Seiring waktu, Kompasiana menambah beberapa faktor lainnya yang bisa meningkatkan perolehan poin kita, seperti pageviews konten dan rating Kompasianer.

Tapi, sepertinya perhitungan awal dari sistem poin ini tidak akurat atau sesuai dengan aktivitas Kompasianer. Aku misalnya, hingga saat ini sudah mengumpulkan 48.101 poin. Dengan jumlah poin sebanyak ini, aku masuk di kelas Penjelajah (10001 -- 50000 poin). Kurang 2000 poin lagi aku naik tingkat ke kelas fanatik. Secara progres total, pencapaian poinku di Kompasiana baru 63%.

Detail poinku, seperti yang terlihat di halaman artikel profil, terdiri dari:

  • Headline: 740 (dari 392 artikel headline)
  • Komentar konten: 6403.8500000005 (dari 7452 komentar)
  • Pos artikel: 9875 (dari 2011 artikel)
  • Pilihan: 3975 (1137 artikel pilihan)
  • Pageviews konten: 19358.545
  • Rating: 7764.3999999995

Nah, jika kamu perhatikan ada ketidaksesuain perhitungan poinnya. Kalau menurut Kompasiana, setiap artikel headline dihargai 10 poin. Karena aku punya 392 artikel yang masuk daftar headline, semestinya poin headline-ku 3920. Sedangkan kalau dibagi langsung antara jumlah artikel headline dengan poin headline-nya, satu artikel headline dihargai 1,8877551 poin. Begitu pula dengan artikel pilihan, seharusnya aku memperoleh 5685 poin, hasil dari 1137 artikel dikalikan 5 poin.

Tapi tak mengapa dan mohon dimaklumi. Untuk perhitungan-perhitungan seperti ini (sistem poin hingga reward bulanan), hanya Tuhan dan tim konten Kompasiana yang tahu. Kita sebagai pengguna dan pembuat konten cukup tahu laporannya dan menikmati hasilnya saja.

Lalu, apa fungsi dan kegunaan sistem poin dan pangkat ini?

Bagiku sih ini cuma salah satu cara Kompasiana untuk memotivasi Kompasianer. Dalam psikologi, pemberian pangkat (badge) berdasarkan aktivitas atau keterlibatan seseorang dianggap sebagai cara efektif untuk memotivasi orang tersebut. Kita bisa melihat di berbagai forum online atau media sosial, ada pangkat-pangkat tertentu yang menunjukkan tingkatan aktivitas penggunanya.

Biasanya yang paling umum dimulai dengan sebutan "newbie/debutan" hingga "addict/kecanduan". Dalam bahasa ilmiah, pemberian pangkat ini merupakan pseudo-reward alias penghargaan semu (bukan palsu) atas loyalitas seseorang.

Apakah Kompasiana memberi penghargaan khusus untuk Kompasianer yang sudah mencapai tingkat tertentu?

Sepertinya sih gak ada. Seperti yang kukatakan tadi, sistem poin dan pangkat ini hanya penghargaan semu. Anggap saja ini lucu-lucuan. Tidak ada fungsi, apalagi penghargaan khusus bagi Kompasianer yang sudah mencapai tingkat pencapaian tertentu.

Kompasiana sudah memberi reward bulanan yang riil berdasarkan pencapaian keterbacaan artikel. Selain itu, setiap tahunnya Kompasiana juga memberi penghargaan spesial berupa Kompasianer of The Year di acara Kompasianival.

Terus, kalau ada Kompasianer mampu mencapai level Maestro juga tidak ada penghargaan yang nyata?

Entahlah. Sejauh ini aku belum tahu siapa Kompasianer yang sudah mencapai level Maestro di Kompasiana. Mungkin saja Kompasiana sudah menyiapkan penghargaan khusus, karena bagaimanapun juga, mencapai tingkat Maestro di Kompasiana itu sangat berat. Bayangkan saja, aku yang sudah 8 tahun menulis di Kompasiana masih berada di kelas Penjelajah.

Tapi, berat bukan berarti tidak mungkin. Siapa tahu diam-diam di antara ribuan Kompasianer ada yang sudah mencapainya, hanya saja dia tidak mau menonjolkan diri. Dan karena itu tidak terdeteksi bahkan oleh tim Kompasiana sendiri.

Apakah itu berarti Kompasianer yang sudah mencapai level Maestro kualitas tulisannya sangat baik?

Belum tentu. Sistem poin dan pangkat ini berdasarkan tingkat aktivitas atau keterlibatan di Kompasiana, bukan berdasarkan kualitas tulisan.

Dalam hal tulis-menulis, aku selalu memegang teguh kutipan berikut:

"Kita semua magang dalam bidang di mana tidak ada yang pernah menjadi ahli."

- Ernest Hemingway, The Wild Years

Kalau sudah mencapai level Maestro di Kompasiana, berikutnya apa?

Ya sudah. Maestro itu tingkatan tertinggi di sistem pangkat Kompasiana. Kalau kamu bertanya apakah seseorang itu sudah merasa puas ketika mencapai tingkat Maestro, lalu berhenti menulis di Kompasiana, ya ini tergantung persepsi masing-masing Kompasianer. Mau berhenti menulis di Kompasiana atau terus menulis sampai kapan pun, itu terserah diri kita masing-masing.

Kalau aku pribadi, selama jari jemari ini masih kuat menari di papan ketik laptop, selama itu pula aku menulis. Tak peduli pangkatku di Kompasiana sudah mencapai tingkat Maestro. Karena bagiku,

"Kebutuhan untuk menulis berasal dari kebutuhan untuk memahami kehidupan seseorang dan menemukan kegunaannya" - John Cheever

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun