Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masjid itu Rumah Allah Apa Bukan, Sih?

16 Januari 2020   23:32 Diperbarui: 18 Juni 2021   02:41 3710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh (semarak.news)

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.00 ketika kami sampai di stasiun Banyuwangi Baru, Ketapang Banyuwangi. Karena jadwal keberangkatan kereta api Mutiara Selatan ke Surabaya masih kurang 1 jam lagi, kami memutuskan untuk sholat Isya dulu.

Kami lalu mencari masjid terdekat, dan setelah bertanya-tanya, kami ditunjukkan arah ke sebuah masjid yang terletak tidak jauh dari stasiun. Setiba di depan masjid, pintu pagarnya ternyata sudah ditutup, meskipun tidak digembok.

Kami pun melangkah masuk ke dalam. Dan seperti yang sudah kami perkirakan, pintu ruangan masjid terkunci. Alhasil, kami hanya bisa sholat di teras masjid.

Rasanya banyak musafir seperti saya memiliki pengalaman yang sama. Sering mendapati pintu masjid sudah tertutup rapat saat malam menjelang selepas waktu sholat Isya.

Sampai-sampai seorang teman saya melontarkan guyon satir, "Masjid itu rumah Allah apa bukan sih? Kok seringkali pengurus/takmir masjid mengunci pintunya?"

Memang benar pertanyaan yang dilontarkan teman saya tersebut, sekaligus menjadi ironi tersendiri bagi umat Islam. Kaum muslimin kerap mengatakan masjid itu Rumah Allah. 

Baca juga : Peran Agama Islam dalam Membangun Solidaritas Sosial

Tapi dalam praktiknya, masjid seolah menjadi milik pribadi atau kelompok warga tertentu. Banyak sekali aturan-aturan yang malah menghalangi hak seorang muslim untuk beribadah dalam masjid.

Contohnya adalah dengan menutup pintu masjid di waktu malam hari. Bukankah ini menghalangi hak musafir muslim yang kemalaman di tengah perjalanannya? Bukankah ini menghalangi hak warga muslim sekitar yang mungkin ingin i'tikaf malam atau sholat tahajud di dalam masjid?

Kalau masjid itu dikatakan rumah Allah, seyogyanya pintu masjid itu terbuka 24 jam. Tidak hanya di waktu sholat 5 waktu saja pintu masjid dibukakan.

Memangnya apa yang ditakutkan jika pintu masjid dibuka 24 jam? Takut ada pencuri yang masuk? Takut ada barang-barang berharga inventaris masjid yang digondol jamaah?

Baca juga : Peran Pendidikan Agama Islam dalam Menumbuhkan Akhlak Mulia pada Manusia

Kalau memang pengurus masjid masih dihinggapi rasa takut yang demikian, maka jangan sebut masjdi yang dikelolanya itu sebagai rumah Allah!

Allah itu Maha Besar, Maha Kaya, Maha Mengetahui, Maha Segalanya. Rumah-Nya tak perlu dijaga, apalagi sampai dikunci segala. Serahkan saja urusan keamanan masjid itu di tangan Allah.

Lagipula, malu rasanya bila kita menutup pintu rumah Allah, sementara Allah sendiri tak pernah menutup pintu ampunan-Nya untuk kita setiap waktu.

Contoh lain dari masjid yang seperti menjadi milik pribadi adalah adanya larangan untuk tidur di dalam masjid. Hampir di setiap masjid selalu tertera penguman yang ditulis dengan huruf besar, "Dilarang Tidur di Masjid."

Memangnya kenapa kalau ada orang yang tidur di masjid? Bukankah mereka tidak mengganggu jamaah masjid yang lain?

Padahal, mungkin saja orang yang tidur itu adalah musafir yang sama sekali tidak punya uang untuk menginap di hotel/penginapan. Dan hanya di masjid lah mereka bisa beristirahat melepaskan kepenatan.

Baca juga : Rekonstruksi Materi Pendidikan Antikorupsi dengan Hukum Islam di Indonesia

Contoh lain lagi tentang masjid yang seolah menjadi milik pribadi adalah adanya peringatan seperti ini, "Selain jamaah masjid dilarang menggunakan toilet"  atau "Toilet Bukan Untuk Mandi'.

Aduh, mengapa sih begitu perhitungan banget dengan umat Islam sendiri? Seandainya ada musafir wanita yang lagi berhalangan, lalu ia hendak menggunakan toilet, apakah ia tidak boleh menggunakannya? Seandainya ada musafir yang usai perjalanan jauh ingin membersihkan diri, apakah ia tidak boleh mandi?

Masih banyak contoh lain yang kerap kita temui yang bisa menegaskan bahwa masjid sekarang ini bukan lagi Rumah Allah. Melainkan gudang atau rumah ibadah milik pribadi atau segolongan orang tertentu saja.

Ketika masjid itu dibangun maka hak guna bangunan dari masjid tersebut bukan lagi milik perorangan atau kelompok tertentu. Saat masjid itu didirikan, ibaratnya kita menyerahkan bangunan masjid ke jamaah atau umat Islam.

Permudahlah setiap orang yang hendak mampir ke masjid, entah itu dengan niat untuk beribadah atau istirahat saja. Jangan sebut masjid itu Rumah Allah selama banyak aturan yang menghalangi hak orang lain dan pintu masjid dibuka tutup seperti gudang tempat penimbunan harta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun