Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerusuhan di Wamena yang Nyaris Kita Abaikan

24 September 2019   21:39 Diperbarui: 24 September 2019   21:52 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kerusuhan di Wamena (sumber foto: Antara Foto/Marius Wonyewun melalui CNNIndonesia.com)

Di tengah derasnya informasi dan berita tentang aksi demonstrasi mahasiswa, sebuah peristiwa duka dan memilukan nyaris kita abaikan. Kerusuhan di Wamena, hingga kabar terakhir sudah menelan korban meninggal dunia sebanyak 22 jiwa.

Perhatian masyarakat Indonesia saat ini memang tengah tertuju pada gelombang aksi unjuk rasa mahasiswa. Berbagai situs berita nasional menempatkan aksi demo dan rapat pembahasan beberapa RUU yang kontroversial di DPR  sebagai tajuk utama mereka.

Tak terkecuali di Kompasiana. Sepanjang Selasa (24/9), saya belum menjumpai satu pun tulisan yang mengabarkan kerusuhan Wamena. Deretan headline dan artikel pilihan juga tidak menampakkan informasi tentang aksi unjuk rasa berujung kerusuhan anarkis di Wamena.

Ada apa ini? Apakah - mengutip istilah dari Kang Pepih Nugraha- peristiwa kerusuhan di Wamena "kurang seksi"?

Saya mencoba membandingkannya dengan peristiwa unjuk rasa berujung kerusuhan yang terjadi di Manokwari dan Sorong beberapa waktu lalu. Banyak berita dan opini yang ditulis terkait dengan peristiwa tersebut. Bahkan Kompasiana sampai membuat topik pilihan, mengajak Kompasianer menyerukan semangat persaudaraan.

Sementara kerusuhan di Wamena yang menelan korban jiwa sampai puluhan orang nyaris terabaikan. Padahal jatuhnya para korban kerusuhan itu sangat tragis dan memilukan.

"22 meninggal dunia, 1 di rumah sakit yang kritis," tutur Kabid Humas Polda Papua Kombes AM Kamal lewat pesan singkat, Selasa (24/9/2019) dikutip dari CNNIndonesia. Kamal juga membenarkan adanya 6 anggota Brimob yang menderita luka berat.

Kamal menyebut, dari puluhan korban tewas tersebut, ada di antaranya yang terjebak dalam bangunan yang terbakar.

"Mereka ada satu keluarga yang terjebak, dibakar massa rumahnya," jelas Kamal.

Kabar yang beredar menyebutkan semua korban tewas adalah para penduduk pendatang. Namun, tidak ada penjelasan atau konfirmasi resmi dari pihak berwenang.

Kerusuhan di Wamena dipicu oleh kabar hoaks terkait ucapan rasis. Menurut Kombes AM Kamal, aksi kerusuhan itu berawal dari tawuran pelajar.

"Bertempat di Jalan Yos Sudarso, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, telah terjadi penyerangan ke Sekolah Yapis Wamena oleh anak sekolah SMA PGRI (Senin, 23/9)," tutur Kamal.

Menurut Kamal, pelajar SMA PGRI yang datang tergabung dengan masyarakat dengan jumlah massa sekitar 200 orang. Mereka berdemonstrasi di halaman sekolah sambil mengajak pihak sekolah Yayasan Yapis ikut serta.

"Namun sekolah Yapis tidak mau ikut demonstrasi sehingga anak sekolah yayasan Yapis melakukan perlawanan," ujarnya.

Aksi perkelahian tersebut, lanjut Kamal, langsung meluas dengan membuat terjadinya pembakaran beberapa fasilitas pemerintah, fasilitas umum dan pribadi di Kabupaten Jayawijaya, Papua. Aparat gabungan TNI dan Polri pun langsung berupaya menenangkan massa.

"Terkait dengan isu ucapan rasisme itu tidak benar. Kami juga sudah menanyakan kepada pihak sekolah dan guru dan kita pastikan tidak ada kata-kata rasis."

Akibat kerusuhan tersebut, ribuan warga memilih untuk mengungsi ke markas polisi dan TNI sejak Senin, 23 September 2019.

"Ada ribuan masyarakat mengungsi di mapolsek, mapolres, dan kodim. Sampai Selasa pagi ini mereka masih mengungsi," ujar Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes AM Kamal kepada Liputan6.com.

Untuk mencegah beredarnya kabar hoaks terkait kerusuhan di Wamena, pemerintah langsung memutus akses internet, dan hanya menyisakan saluran komunikasi melalui telpon dan SMS.

Selain itu, gabungan aparat kepolisian dan TNI juga masih terus berjaga-jaga di beberapa obyek vital serta berpatroli untuk mencegah aksi penjarahan pada rumah-rumah penduduk yang ditinggalkan karena mengungsi.

Nyaris terabaikannya berita kerusuhan di Wamena mohon dimaklumi. Energi dan perhatian hampir seluruh penduduk Indonesia saat ini sudah terkuras untuk mengikuti perkembangan informasi seputar demo mahasiswa dan rapat pembahasan RUU di DPR. Hingga peristiwa kerusuhan tragis di Wamena sampai luput dari perhatian.

Tak ada ucapan belasungkawa, tak ada seruan skala nasional. Menkopolhukam Wiranto bahkan hanya menduga rusuh Wamena karena ada Sidang Tahunan PBB. Sementara Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menuding ada pihak yang ingin memancing pemerintah untuk melanggar HAM.

Sekalipun menelan banyak korban jiwa, dari sisi media mungkin peristiwa itu dianggap "kurang seksi".  Semua tokoh bangsa dan media saat ini masih "terbius" dengan unjuk rasa yang digelar adik-adik mahasiswa. Mungkin pula benar anggapan sebagian orang, bahwa segala sesuatu yang terjadi di Papua hanyalah "rengekan anak tiri".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun