Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pinokio, Lebih dari Sekadar Dongeng Kebohongan yang Terus Diulang

18 September 2019   23:36 Diperbarui: 18 September 2019   23:34 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
karakter Pinokio dalam film "Pinocchio" dari Walt Disney, 1940 (sumber gambar: disneyscreencaps.com melalui wikipedia.org)

Dalam serial "The Adventures of Pinocchio" (1883), penulis fiksi Italia Carlo Collodi menanamkan nilai moral betapa buruknya akibat yang harus diterima orang yang suka berbohong. 

Melalui karakter boneka kayu Pinocchio (untuk selanjutnya kita sebut Pinokio) Colladi seolah menakuti anak-anak bahwa "kalau suka berbohong, nanti hidungnya bertambah panjang seperti Pinokio".

Tapi kisah Pinokio versi asli dari Colladi lebih dari sekedar dongeng kebohongan yang terus diulang. Dalam beberapa interpretasi, Colladi dinilai memberi kritik sarkastik tentang perlunya kepura-puraan, atau bahasa kasarnya kebohongan dalam berkomunikasi.

Pinokio adalah salah satu karakter fiksi kanak-kanak yang paling terkenal sepanjang masa. Tapi, berbeda dengan kebanyakan dongeng kanak-kanak lainnya, Colladi justru memberi peran protagonis pada si boneka kayu ini.

Pinokio berperilaku buruk bahkan sebelum dia diciptakan: sementara masih sebatang kayu, dia sudah menciptakan perkelahian antara Geppetto dan pemiliknya. Dan begitu dia menjadi boneka, Pinokio segera melampiaskan segala macam malapetaka: dia menghina penciptanya Geppetto segera setelah dia memiliki mulut, menertawakannya,mencuri wig  dan melarikan diri darinya padahal si pembuat boneka ingin menyekolahkan dirinya.

Ketika Jimmy, jangkrik berusia seratus tahun yang bijak bertanya kepada Pinokio mengapa ia ingin melarikan diri dari rumah, Pinokio menjawab: "Saya akan dikirim ke sekolah dan akan diminta belajar, baik dengan cinta atau dengan kekerasan. Tapi saya tidak ingin belajar.  Jauh lebih lucu untuk mengejar kupu-kupu, atau memanjat pohon dan mengambil burung-burung muda dari sarang mereka. "

Padahal, demi keinginan menyekolahkan Pinokio, Geppetto harus berbohong. Geppetto, yang menjual mantelnya untuk membelikan Pinokio sebuah buku sekolah, memberitahu bahwa dia menjualnya "Karena aku merasa terlalu panas."

Inilah kebohongan pertama yang kemudian dicontoh oleh Pinokio. Sebuah contoh klasik kebohongan paternalistik yang diceritakan dengan niat baik. Khas seperti yang sering diungkapkan orang tua saat mereka membujuk atau menakut-nakuti anak-anak. Bukan untuk menyesatkan mereka, melainkan untuk mengalihkan kebenaran, yang jika dikatakan langsung, mungkin bisa disalahpahami atau menyebabkan terluka.

Pinokio tahu bahwa Geppetto berbohong. Dia punya kecerdasan yang cukup halus untuk memahami bahwa meskipun Geppetto berbohong kepadanya, dia melakukannya dengan niat baik.

Dari sinilah Pinokio belajar, bahwa dalam berkomunikasi, perlu adanya kepura-puraan. Terlebih setelah dia ditipu oleh rubah dan kucing, dan dia mengetahui bahwa mengatakan yang sebenarnya (tentang koin emas yang dimilikinya) dapat membuatnya bermasalah.

Serangkaian kebohongan yang diceritakan Pinokio bersifat instruktif. Dia mengatakan kebohongan pertama karena dia khawatir kehilangan tiga keping emasnya yang tersisa. Kebohongan keduanya diucapkan untuk mendukung kebohongan pertamanya karena merasa terdesak. Ketika itu, sang peri bertanya kepadanya di mana dia kehilangan keping emasnya, dan dia harus memberikan penjelasan.

Sang Peri tahu Pinokio berbohong dan kemungkinan akan terus berbohong. Tapi dia tidak langsung menuduh. Dengan berpura-pura tidak tahu kebohongan Pinokio, Peri terus mengejar dengan pertanyaan yang menyudutkan Pinokio.

 "Kalau keping emasmu hilang di hutan dekat sini, kami akan membantu mencarinya, dan kami yakin bisa menemukannya. Karena semua yang hilang di hutan itu selalu bisa ditemukan."

Pada titik inilah Pinokio kehilangan semua ketenangannya, namun masih mencoba untuk melepaskan diri dengan berbohong lagi.

" Aku sebenarnya tidak kehilangan empat keping emas. Aku menelannya secara tidak sengaja ketika aku sedang minum obatmu."

Hidung Pinokio pun bertambah panjang sampai ia tak bisa melewati pintu rumah. Menyadari hal itu, Pinokio menangis dan mengaum, memohon pada Peri supaya hidungnya kembali normal. Sang Peri kemudian memanggil sekawanan burung pelatuk untuk memahat hidung Pinokio kembali ke ukuran semula.

Setelah reda tangisnya, Pinokio kemudian bertanya pada Peri bagaimana dia tahu kalau dirinya berbohong.

"Kebohongan, bocahku yang terkasih, segera ditemukan, karena mereka ada dua macam. Ada kebohongan yang memiliki kaki pendek, dan kebohongan yang memiliki hidung panjang. Kebohonganmu, seperti yang terjadi, adalah salah satu dari mereka yang memiliki hidung panjang. "

Kebohongan yang memiliki kaki pendek adalah kebohongan yang bisa memberi kita sedikit jarak, tetapi tidak bisa berlari lebih cepat dari kebenarannya. Maksudnya, kita segera menyadari bahwa lebih baik mengatakan yang sejujurnya daripada mempertahankan kebohongan tersebut.

Sementara kebohongan yang memiliki hidung panjang adalah kebohongan yang membuat pembohongnya terlihat konyol. Sudah ketahuan berbohong, tapi ia mempertahankannya dengan membuat kebohongan yang lain. Dengan kata lain, ini adalah kebohongan yang tidak masuk akal. Seperti yang dilakukan Pinokio.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun