Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Cara Mudah Mengetahui Akun Instagram Itu Diretas atau Tidak

24 April 2019   09:55 Diperbarui: 24 April 2019   11:00 1430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dokumentasi Himam Miladi

Artis Andre Taulany bersama istrinya, Reinwartia Trygina mendatangi Polda Metro Jaya untuk melapor bahwa akun instagram istrinya @erintaulany diretas orang. Laporan Andre dan istrinya ke polisi tersebut untuk menanggapi tuduhan dan laporan beberapa pihak terkait postingan di Instastory akun @erintaulany yang dituduh menghina capres Prabowo Subianto dengan mengatakan "Sakit Jiwa".

"Kedatangan Andre Taulany untuk koordinasi mau laporan karena akun (Erin) sebelum tanggal 19 April dihack orang," tutur Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono.

Pada 19 April, akun @erintaulany mengunggah foto Prabowo di Instastory dan memberi keterangan "Sakit Jiwa". Postingan tersebut sudah dihapus tak lama setelah dikomentari netizen hingga menjadi viral di media sosial. 

Namun beberapa netizen masih sempat meng-capture postingan tersebut. Buntutnya, Erin pun dilaporkan beberapa pihak dengan tuduhan pencemaran nama baik.

"Diretas orang", bisa menjadi alasan paling manjur dan paling mentok bagi pegiat media sosial apabila ada netizen lain yang memergoki sebuah postingan yang tidak pantas. 

Tapi, jika menuruti prosedur seorang penyidik, sebuah pengakuan tentu harus dibuktikan terlebih dahulu benar atau tidaknya. Sebuah akun media sosial, dalam hal ini Instagram, diretas orang atau tidak sebenarnya bisa dibuktikan dengan cara sederhana.

Bagaimana cara membuktikannya?

Memahami Motif dari aksi peretasan akun media sosial
Mari kita berpikir logis. Terlebih dahulu, kita harus memahami motif tindakan peretasan akun media sosial. Seorang hacker meretas akun media sosial orang lain tujuan utamanya untuk mempermalukan pengguna tersebut di hadapan publik, terutama follower-nya. Hampir semua aksi peretasan media sosial ditandai dengan sebuah postingan yang tidak wajar.

Postingan ini bersifat anomali dari perilaku normal yang biasanya dilakukan pengguna (behaviour anomaly). Misalnya, dari yang biasanya berkata sopan dan santun, tiba-tiba memposting kata-kata kasar dan jorok. 

Biasanya kronologi Instagramnya berisi nasihat-nasihat, tiba-tiba memposting ujaran kebencian. Biasanya mendukung seorang calon presiden tertentu, tiba-tiba berbalik 180 derajat.

Nah, seorang hacker apabila sudah mengambil alih akun media sosial orang lain, dia akan beberapa kali mengunggah postingan yang tidak wajar seperti itu. 

Karena sudah diambil alih, tentu saja pemilik/pengguna aslinya tidak bisa menghapusnya. Sangat aneh dan hampir mustahil apabila setelah mengambil alih, seorang hacker tidak mengganti password akun media sosial tersebut sehingga bisa direbut kembali oleh pengguna asli.

Karena tidak bisa direbut lagi, maka postingan yang tidak wajar tersebut bisa bertahan beberapa lama, minimal 1x24 jam. Ini dimaksudkan hacker supaya publik, terutama follower dari akun tersebut tahu akan postingan tersebut. 

Setelah dirasakan cukup untuk diketahui publik secara luas, barulah hacker tersebut bisa menghapusnya. Atau tetap membiarkan postingan tersebut sampai akun yang diretas itu dinonaktifkan penyedia platform atas laporan dari pemilik aslinya. Dan biasanya ini memakan waktu yang lama. Tidak cukup sehari, apalagi beberapa jam saja.

Motif lain dari aksi peretasan media sosial ditujukan untuk mematikan sebuah akun. Biasanya motif ini berlatar belakang persaingan (bisnis atau pribadi dan sosial) dan terjadi pada akun yang memiliki follower banyak sekali. 

Seorang hacker bisa meretas dan kemudian menghapus semua post yang ada sebelumnya. Dengan begitu, follower tidak akan bisa lagi mendapati feed dari akun yang sudah diretas tersebut.

Setelah memahami motif dan sisi psikologis dari tindakan peretasan ini, barulah kita bicara tentang jejak digitalnya. Dalam bahasa penyidik, pengakuan saja tidak cukup. Butuh bukti fisik dan forensik untuk memperkuat pengakuan tersebut.

Data aktivitas pengguna Instagram kini bisa diunduh
Untunglah beberapa waktu lalu Instagram menyediakan fitur pengunduhan data. Dengan data ini, pengguna bisa mengunduh seluruh data aktivitas Instagramnya. Mulai dari foto yang diunggah, komentar yang masuk atau komentar ke akun lain, video, cerita, profil, hingga pesan pengguna.

Hanya saja, untuk sementara fitur ini baru bisa diakses melalui dekstop. Caranya, pengguna bisa mengunjungi halaman permintaan Download Data. Setelah itu, pengguna akan dikirim tautan di alamat email yang digunakan pada akun tersebut dalam waktu paling lambat 48 jam. Setelah diklik tautan dalam email, pengguna diminta memasukkan password dari akun Instagramnya.

sumber gambar: dokumentasi Himam Miladi
sumber gambar: dokumentasi Himam Miladi

Karena unduhan ini mencakup seluruh aktivitas pengguna, mulai dari saat membuat akun hingga aktivitas terakhir sebelum permintaan download, besar datanya tergantung dari durasi waktu aktivitas. Semakin sering pengguna itu beraktivitas di Instagram, semakin besar pula data yang harus diunduh.

Data yang diunduh berupa file kompres (.zip). Setelah diekstrak, data itu memuat beberapa folder dan file yang berisi informasi aktivitas pengguna.

sumber gambar: dokumentasi Himam Miladi
sumber gambar: dokumentasi Himam Miladi

Folder itu berisi media yang pernah diunggah/diposting pengguna hingga saat terakhir sebelum datanya diunduh. Mulai dari postingan foto di kronologi, story, video atau siaran langsung (direct).

Bagaimana bila ada foto atau story yang sudah dihapus? Apakah masih bisa dilihat aktivitasnya?
Masih bisa kok. Tapi tidak dalam bentuk file aslinya (foto/video). Melainkan data aktivitas yang dimasukkan dalam file enkripsi, yakni file berekstensi .json yang ada di bagian bawah folder-folder. File .json juga berisi aktivitas selain media, seperti komentar, profil, pesan hingga apa saja yang pernah dicari dan di-like oleh pengguna tersebut.

Cara membuka file .json juga mudah. Di internet tersedia banyak situs untuk mengonversi file .json menjadi bentuk excel.

Nah, dengan menggabungkan motif tindakan peretasan, serta bukti digital forensik ini, kita sudah bisa mengambil sebuah deduksi, apakah akun Instagram itu telah diretas orang lain atau tidak.

Apabila setelah postingan tidak wajar/anomali itu tidak ada aktivitas lain, kemungkinan besar akun itu memang benar diretas. Apabila setelah postingan anomali itu ada aktivitas lain dan tetap tidak wajar, kemungkinan besar akun itu sudah diretas.

Namun apabila setelah postingan tidak wajar itu ada aktivitas lain, dan aktivitas berikutnya ini menunjukkan perilaku pengguna yang normal, kembali seperti semula, kemungkinan besar akun itu tidak pernah diretas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun