Seseorang dikatakan melek fungsional (functionally literate) apabila dapat terlibat dalam semua kegiatan di mana keaksaraan diperlukan untuk berfungsi efektif dari kelompok dan komunitasnya dan juga untuk memungkinkan dia untuk terus menggunakan membaca, menulis, dan menghitung untuk dirinya sendiri dan pengembangan komunitas.
Seseorang dikatakan buta huruf fungsional (functionally iliterate) apabila tidak dapat terlibat dalam semua kegiatan di mana keaksaraan diperlukan untuk berfungsi efektif dari kelompok dan komunitasnya dan juga untuk memungkinkan dia untuk terus menggunakan membaca, menulis, dan perhitungan untuk dirinya sendiri dan pengembangan masyarakat (UNESCO, 1978, p.183)."
Jadi, ada perbedaan mendasar antara buta huruf dan buta huruf fungsional, yang terletak pada fungsionalitas pemahaman seseorang terhadap apa yang dia baca dan dia tuliskan.
Terkait pidato dan klaim Prabowo tersebut, hampir semua media salah tangkap dengan apa yang dimaksudkan Prabowo sebagai buta huruf fungsional. Media detik misalnya, mereka merubah judul berita dari semula "buta huruf" saja kemudian ditambahkan menjadi "buta huruf fungsional". Dengan alasan agar sesuai dengan kutipan asli tanpa diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.
Media katadata malah tambah salah. Dalam artikelnya dituliskan, sumber berita yang disampaikan Prabowo benar mengutip dari Bank Dunia, namun angka tersebut bias karena tidak sesuai konteksnya.
Konteks yang dimaksud Katadata adalah data BPS tentang persentase penduduk Indonesia berusia di atas 15 tahun yang buta huruf 4,5%, yang berarti 95,5% penduduk usia tersebut melek huruf. Dari sini terlihat bahwa Katadata tidak bisa membedakan buta huruf pada data BPS dengan buta huruf fungsional pada data Bank Dunia yang dikutip oleh Prabowo.
Hanya media Tirto.id yang terlihat netral dan benar. Mereka menerbitkan artikel yang menelusuri sumber data dari Prabowo.
Dalam pidatonya di acara Indonesia Economic Forum tersebut, Prabowo menampilkan slide yang berisi sumber data dari apa yang diklaimnya tersebut.
Di halaman 28 dari dokumen berbahasa Inggris ini didapatkan tabel indikator yang dikutip oleh Prabowo. Disana tertulisÂ
According to international tests, more than 55 percent of Indonesians who finish their education are functionally illiterate, a much larger share than registered in Vietnam (14 percent) and the Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) countries (20 percent). Indonesians who are functionally illiterate tend to end up in low-productivity sectors.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!