Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Usai Asian Games 2018, Venue Olahraga Jangan Sampai Terlantar

2 September 2018   17:29 Diperbarui: 2 September 2018   23:57 2203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stadion Bola Voli Indoor di Beijing yang mangkrak (cnn.com)

Pesta olahraga terbesar se-Asia hari ini (02/09/2018) resmi ditutup. Cina memastikan diri menjadi juara umum untuk yang ke-10 kalinya secara berturut-turut.

Sementara tuan rumah Indonesia patut berbangga hati. Hingga hari terakhir, kontingen Indonesia sukses menyabet 31 medali emas, 24 perak dan 43 perunggu. Perolehan medali ini membuat Indonesia menduduki peringkat ke-4. Jauh melampaui target yang dicanangkan pemerintah yakni 10 besar Asia.

Sejauh ini, event Asian Games ke-18 yang digelar di Jakarta dan Palembang dinilai sukses oleh banyak pihak.

Upacara pembukaan yang glamour dan meriah serta pelaksanaan pertandingan yang tak ada hambatan juga menjadi nilai tambah dari parameter kesuksesan Asian Games kali ini, diluar upacara penutupan yang dilakukan pada Minggu (02/09/2018) malam. Bahkan, masalah kemacetan lalu lintas yang sempat menjadi perhatian serius sebelum pelaksanaan Asian Games juga berhasil diatasi pemerintah.

Suksesnya penyelenggaraan Asian Games ini membuat pemerintah percaya diri. Event yang lebih besar pun dibidik. Olimpiade tahun 2032 menjadi target berikutnya. Hal tersebut dikemukakan Presiden ketika menerima kunjungan Presiden International Olympic Committee (IOC) Thomas Bach dan Presiden Olympic Council of Asia(OCA) Ahmad Al-Fahad Al-Sabah di Istana Bogor, Sabtu (1/9/2018).

"Dengan pengalaman dalam penyelenggaran Asian Games 2018, maka Indonesia yakin bisa dan mampu menjadi tuan rumah untuk yang lebih besar. Oleh sebab itu Indonesia berencana mengajukan diri sebagai kandidat tuan rumah Olimpiade 2032," kata Presiden Jokowi.

Memang masih jauh, kurang 14 tahun lagi. Masih ada 3 event olimpiade lagi yang harus ditunggu, yakni olimpiade 2020 di Tokyo, olimpiade 2024 di Paris dan olimpiade 2028 di Los Angeles.

Meski begitu, mengingat ini adalah event olahraga terbesar, diikuti oleh hampir seluruh negara di dunia, negara manapun yang ingin menjadi tuan rumah harus mempersiapkan diri jauh-jauh hari.

Salah satu hal yang harus menjadi perhatian serius seandainya Indonesia berhasil menjadi tuan rumah olimpiade adalah infrastruktur berupa venue pertandingan maupun sarana penunjang lain, seperti penginapan untuk para atlet.

Pemerintah setidaknya sudah berhasil membuktikan diri dengan suksesnya penyelenggaraan Asian Games 2018. Namun, ada satu pekerjaan rumah berat yang sudah menanti paska Asian Games ini.

Membangun infrastruktur tidaklah sulit, tapi memeliharanya hingga bisa terus digunakan dan bermanfaat bagi siapapun itu menjadi persoalan tersendiri. Begitu pula dengan pembangunan berbagai sarana olahraga yang sudah dilakukan dalam rangka Asian Games 2018.

Berbagai venue olahraga yang mewah dan megah jangan sampai terbengkalai usai digunakan. Pertanyaannya, apakah pemerintah sanggup untuk memeliharanya, sehingga nanti bisa digunakan ulang untuk event Olimpiade? Apalagi untuk menyelenggarakan event sekelas olimpiade, negara tuan rumah harus mengeluarkan biaya triliunan rupiah.

butuh biaya pemeliharaan setidaknya 20 milyar rupiah/tahun untuk Jakarta International Velodrome (twitter @COXArchitecture)
butuh biaya pemeliharaan setidaknya 20 milyar rupiah/tahun untuk Jakarta International Velodrome (twitter @COXArchitecture)
Maka, daripada membangun stadion baru, venue pertandingan baru, dan sarana penunjang lainnya yang serba baru pula, alangkah bijaknya jika pemerintah bisa memanfaatkan apa yang sudah mereka bangun selama ini. Hanya tinggal merenovasi dan menambahkan kekurangan yang ada hingga bisa mencapai standar fasilitas yang disyaratkan.

Dalam menyelenggarakan Asian Games 2018 ini, pemerintah Indonesia membangun beberapa venue olahraga yang baru, selain merenovasi beberapa venue lain yang sudah ada.

Pembangunan ini tidaklah mutlak dilakukan pemerintah sendiri. Banyak pihak lain yang juga ikut berkontribusi dalam pembangunan demi kesuksesan Asian Games 2018. Seperti yang dilakukan oleh APP Sinar Mas. Sebagai Official Partner Asian Games 2018, kontribusi nyata dari APP Sinar Mas salah satunya adalah dengan membangun Jakabaring Bowling Center di Palembang.

Selain itu, APP Sinar Mas juga ikut berkontribusi membenahi berbagai sarana olahraga dan sarana penunjang lainnya di Jakarta.

Tentunya kita tidak ingin apa yang sudah dibangun tersebut menjadi terlantar begitu saja setelah Asian Games 2018 usai digelar. Jangan sampai venue olahraga yang megah dan mewah menjadi tidak terawat hingga akhirnya dihuni oleh hantu-hantu pengangguran. Seperti yang seringkali terjadi pada beberapa kota besar di dunia yang pernah menyelenggarakan event olahraga besar.

Bulan Agustus kemarin, beberapa surat kabar internasional menurunkan liputan khusus seputar mangkraknya venue olahraga di beberapa kota besar yang pernah menyelenggarakan olimpiade.

Seperti yang terjadi di kota Beijing. Ibukota Cina ini pernah menjadi tuan rumah olimpiade pada tahun 2008. Tepat sepuluh tahun kemudian, media internasional menyoroti mangkraknya venue olahraga, sarana penunjang hingga landmark olimpiade lainnya di kota tersebut.

Tak hanya Beijing, nyaris setiap infrastruktur olahraga di kota besar yang pernah menyelenggarakan event olahraga akbar pada akhirnya terlantar, mangkrak karena tidak adanya biaya pemeliharaan yang begitu besar.

Rio Olympic Aquatic Center yang mangkrak (bbc.com)
Rio Olympic Aquatic Center yang mangkrak (bbc.com)
Ada stadion di Rio de Janeiro, tempat olimpiade musim panas 2016 digelar. Yang terbaru, 6 dari 12 stadion raksasa tempat penyelenggaraan Piala Dunia 2018 di Rusia juga terancam mangkrak karena praktis tidak digunakan dan tidak mampu menutupi biaya pemeliharaannya.

Situasi yang serupa kini mengancam pemerintah Indonesia, khususnya pemerintah daerah Jakarta dan Palembang. Seperti yang diungkapkan Dwi Wahyu Darwoto, Dirut PT. Jakpro selaku pengelola Jakarta International Velodrome.

"Pertama saya sampaikan maintenance itu tidak mudah dan tidak murah. Kita tidak bisa membebani Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah (APBD) terus," kata Dwi di Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (15/8/2018). "Kedua, dari segi fungsi sebagai badan usaha milik daerah (BUMD), kami harus mencari untung dari segi komersial tapi kami juga harus ada segi sosialnya," tambah Dwi seperti dikutip dari Kompas.com.

Karena tidak adanya penyelenggaraan olahraga yang rutin, pemerintah tentunya harus segera mencari solusi bagaimana cara memanfaatkan berbagai venue olahraga yang sudah dibangun. Sembari memikirkan pula cara mendapatkan dana pemeliharaan sehingga venue tersebut masih tetap terawat dengan baik, untuk nantinya bisa digunakan kembali.

Solusi yang paling memungkinkan adalah dengan menyewakannya kepada pihak luar, atau memanfaatkannya untuk tempat rekreasi dan kegiatan sosial bagi masyarakat. Dengan harapan, pihak luar maupun masyarakat yang menggunakannya bisa menjaga fasilitas olahraga tersebut dengan baik.

Jika masalah pemeliharaan venue olahraga ini bisa menemukan solusi terbaik sehingga bisa tetap terjaga, ke depan pemerintah tak perlu mengeluarkan lebih banyak biaya jika ingin membidik event olahraga akbar lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun