Mohon tunggu...
Priatna Agus Setiawan
Priatna Agus Setiawan Mohon Tunggu... Penulis dan pengamat manajemen SDM serta isu-isu sosial, yang percaya bahwa setiap tulisan adalah ikhtiar kecil untuk memberi manfaat bagi banyak orang.

Konsultan bidang Human Resources dan Manajemen Strategis dengan pengalaman lebih dari 30 tahun membantu organisasi lintas industri dalam merancang strategi SDM, mengembangkan talenta, dan mentransformasi budaya kerja. Kami percaya bahwa manusia adalah aset strategis utama dalam menghadapi perubahan dunia kerja yang makin kompleks dan digital.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

36 Direksi BUMN Latihan di Swiss: Investasi Penting atau Sekedar Gengsi?

28 Agustus 2025   21:33 Diperbarui: 28 Agustus 2025   21:33 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Youtube: CBNC Indonesia

Akhir Agustus 2025, publik dikejutkan kabar bahwa Danantara mengirim 36 direksi dari 29 BUMN ke Lausanne, Swiss, untuk mengikuti Top Gun Leadership Camp di IMD Business School (20--24 Agustus 2025). Program ini masuk dalam Top Talent Program 2025, hasil kerja sama Danantara Asset Management dengan IMD. Tujuannya, menurut pernyataan resmi, adalah memperkuat kapasitas kepemimpinan global dan jejaring lintas sektor. Menariknya, BUMN menengah dan kecil juga difasilitasi pembiayaannya agar akses merata (detikFinance; ANTARA Jatim).

Kebijakan ini menimbulkan diskusi publik. Ada yang melihatnya sebagai investasi strategis untuk membawa BUMN Indonesia sejajar dengan korporasi global. Namun ada juga yang mempertanyakan: apakah benar harus jauh-jauh ke Swiss?

Mengapa Swiss? Apakah Indonesia Tidak Cukup Kompeten?

IMD memang bukan sekolah sembarangan. Menurut Financial Times Executive Education Ranking 2025, IMD konsisten berada di papan atas baik untuk program custom maupun open. Banyak CEO global, pejabat tinggi, dan pimpinan korporasi kelas dunia pernah dilatih di sana. Jadi, bisa dimengerti mengapa Danantara memilih IMD: reputasi, kualitas pengajar internasional, hingga jejaring global yang ditawarkan sulit diabaikan (Financial Times, 2025).

Namun, di dalam negeri sebenarnya kita juga punya lembaga pelatihan eksekutif yang tidak kalah kredibel. Misalnya:

  • Prasetiya Mulya Executive Learning Institute (Prasmul-ELI), yang fokus menyediakan solusi kustom untuk perusahaan.
  • PPM Manajemen, dengan program pengembangan eksekutif khusus level direktur dan C-level.
  • Lembaga Management FEB UI (LM FEB UI), yang bahkan sudah bekerja sama dengan mitra internasional untuk program eksekutif.

Artinya, kapasitas melatih pemimpin kelas atas sudah ada di Indonesia. Jadi, alasan berangkat ke Swiss bukan karena kita kekurangan kompetensi lokal, tetapi lebih karena ingin mendapat immersive experience di ekosistem global yang jadi nilai tambah dari IMD.

Bukankah Direksi BUMN Sudah Lulus Asesmen Ketat?

Pertanyaan lain: kalau mereka sudah diseleksi lewat asesmen yang begitu ketat, apa masih perlu dikirim ke luar negeri?

Jawaban pro: justru karena mereka adalah talenta terbaik, mereka butuh exposure yang lebih luas. Belajar bersama pemimpin dari berbagai negara memberi wawasan baru yang mungkin tak mereka dapatkan jika hanya belajar di lingkungan domestik. Di IMD, mereka bisa mempelajari praktik terbaru seperti ambidextrous leadership, stakeholder management, atau strategi budaya organisasi, langsung dari profesor kelas dunia (Financial Times, 2025).

Tapi argumen kontra juga kuat. Saat ini, exposure global tidak selalu harus berarti full residency di Swiss. IMD sendiri punya kampus di Singapura, menyediakan program hibrida (liVe online + onsite), bahkan opsi in-company custom di lokasi klien (IMD Business School). Jadi, alternatif belajar dengan kualitas sama tapi lebih hemat waktu dan biaya sebenarnya tersedia.

Soal Efisiensi: Mengapa Tidak Dilakukan di Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun