Hening malamnya sudah cukup luas, bisu cahaya sembunyi dalam sunyi, sungguh malam yang pening.Â
Bagaimana tidak, aku jatuh  dalam ruang kegelapan yang penuh kedengkian, sedang Hanya kata benci yang dapat meneranginya.Â
Hegemoni dalam hati ini begitu angkuh, hingga aku hanya berdiam teguh, melihat semuanya menjauh. sepertinya mereka jenuh atas malam yang gelap gelagap penuh.Â
Aku bertanya, apakah mereka yakin hidup dalam penerangan yang dipaksakan hanya dengan sebutir neon yang penuh penghabisan. Lalu gelap lagi?Â
Rasanya aku ingin mulai beranjak bangun dari tidur lelapku, melihat gelap bercampur mega putih dan kuning. Tapi kian lelap memberontak, sampai harus menyerah pada Fajar menyongsong tombak.Â
Dasar pegiat keruh!!!Â