Judul : Pertanian Ramah Lingkungan Antara Ideal dan Realita Lapangan
Isu pertanian ramah lingkungan semakin sering digaungkan, terutama di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap perubahan iklim dan degradasi tanah. Di kampus, mahasiswa pertanian sering diajarkan konsep-konsep seperti pertanian organik, konservasi tanah dan air, agroforestry, hingga sirkular ekonomi pertanian. Namun, ketika teori itu bertemu dengan realitas lapangan, banyak hal tidak sesederhana yang dibayangkan.
Antara Idealisme dan Kenyataan Produksi
Pertanian ramah lingkungan sering diidentikkan dengan sistem tanpa bahan kimia sintetis dan memanfaatkan sumber daya alami secara bijak. Secara konsep, ini tentu sangat baik: menjaga kesuburan tanah, melindungi ekosistem, dan mengurangi pencemaran air. Namun, bagi banyak petani kecil di Indonesia, beralih ke sistem ini bukan perkara mudah. Menggunakan pupuk organik, misalnya, membutuhkan waktu lebih lama untuk memberikan efek pada tanaman. Produksinya pun cenderung menurun di awal, sementara biaya tenaga kerja meningkat.
Bagi petani yang hidup dari hasil panen harian, efisiensi dan produktivitas masih menjadi prioritas utama. Maka wajar bila sebagian besar masih mengandalkan pupuk kimia dan pestisida. Di sinilah jurang antara "idealisme akademik" dan "realitas lapangan" terasa nyata.
Krisis Iklim dan Tanggung Jawab Bersama
Perubahan iklim membawa tantangan baru bagi pertanian. Pola musim yang tidak menentu, banjir dan kekeringan yang lebih ekstrem, serta meningkatnya serangan hama menjadi bukti nyata bahwa lingkungan kita sedang menuntut perubahan. Mahasiswa pertanian punya peran penting di sini --- bukan hanya sebagai pengamat, tetapi juga sebagai agen perubahan. Melalui riset, pengabdian, dan inovasi sederhana, mahasiswa dapat membantu petani menerapkan teknik ramah lingkungan yang realistis, seperti:
1. Penggunaan kompos dan pupuk kandang untuk mengembalikan bahan organik tanah.
2. Pengendalian hama terpadu (PHT) yang mengurangi ketergantungan pada pestisida.
3. Pemanfaatan limbah pertanian menjadi biochar atau pupuk cair organik.
4. Penanaman tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi.