Bab 3 -- SMP Negeri Terasing, 1998
Dua tahun berlalu. Raya kini murid SMP Negeri di kota kecil itu. Tahun 1998 adalah tahun yang tidak mudah bagi Indonesia. Krisis ekonomi membuat harga-harga melambung. Ayah Raya sering pulang dengan wajah muram, sementara ibunya rajin menambal baju sekolah.
Raya masih ingat, pagi itu ia berangkat ke sekolah dengan sepeda federal peninggalan kakaknya. Stangnya diganti model harley.
"Sepedamu kayak motor gede, Ray!" seru seorang teman.
"Iya, stangnya kayak harley," tambah yang lain sambil tertawa.
Raya hanya tersenyum kecut, cepat-cepat memarkir sepedanya.
Di kelas, guru menunjuk Pram. "Pram, coba bacakan jawaban nomor tiga."
Pram berdiri singkat, membaca dengan suara datar. Guru mengangguk puas. Raya menunduk, mencatat, sambil berpikir: Kenapa dia selalu terlihat begitu tenang?
Bab 4 -- Persaingan dan Teman Sebangku
Kelas dua SMP membawa mereka makin dekat. Raya dan Pram akhirnya sekelas, bahkan duduk di bangku belakang yang berjejeran. Meski begitu, interaksi tetap minim.
Saat jam kosong, teman sebangku Raya berbisik, "Ray... aku suka sama Pram."
Raya hampir menjatuhkan pensil. "Hah? Serius?"
"Iya, tapi jangan bilang siapa-siapa ya."
"Oke... rahasia." Raya pura-pura tersenyum, tapi hatinya berdegup kencang.
Dari belakang, Pram sibuk menulis sesuatu di bukunya, tidak menyadari percakapan itu.
Bab 5 -- SMA: Cinta Pertama yang Tertahan
Raya menaruh harapan besar ketika masuk SMA di Terasing. Namun kenyataan berbalik. Pram diterima di sekolah unggulan di luar kota.