Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kompor Meleduk Omnibus

9 Oktober 2020   15:13 Diperbarui: 10 Oktober 2020   16:05 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana bentrok antara Pelajar dan Polisi di Kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, Kamis (8/10/2020). (Foto: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Kompor meleduk ini lagunya Bang Benyamin Sueb Alm, seorang penyanyi dan aktor asli Betawi. Alm. dengan Pray sama-sama anak Kemayoran, dahulu tinggalnya di sekitaran Bendungan Jago. Bang Ben lahir 5 Maret 1939, dan meninggal 5 September 1995 (umur 56).

Beliau dulu bersekolah di Sekolah Rakyat Bendungan Jago Jakarta (1946-1951). Babnya Pray, Alm.Ran Ramelan yang juga turunan Betawi (Ibu Jawa), tinggal di Bendungan Jago, sehingga Pray juga sama-sama pernah sekolah di SR yang sama (1954-1960). 

Engkong Bang Ben ini Haji Ung, yang dahulu kenalan baik ayah Pray dan pernah sama-sama memprakarsai dan membuat jembatan sederhana untuk menyeberang kali item dinamakan hingga kini "Jembatan Jiung".

Kita mengenal Benjamin ini sosok yang unik dan Nyentrik. Dia rela membuat perumpamaan untuk dirinya sendiri, tergambar dari salah satu celetukannya yang populer, 'Muke kampung, rejeki kota'. Gaya gokil, cuek dan seadanya.

Benyamin mampu membuat analogi kekacauan seperti terjadinya kebakaran akibat Kompor Meleduk. Syair lagu yang dibuat:

"Jakarta kebanjiran, di Bogor angin ngamuk.
Rumeh ane kebakaran, Gara-gara kompor meleduk,
Ane jadi gemeteran. Wara-wiri keserimpet.
Rumah ane kebanjiran. Gara-gara got mampet

Ati-ati kompor mleduk
Ati ane jadi dagdigdug jatuh duduk.
Ayo-ayo bersihin got
Jangan takut badan blepot. 

Coba elu jangan ribut Jangan pade kalang kabut."

Kompor Meleduk dan Current Affairs

Kalau mengingat syair lagu Bang Ben itu, kompor masa lalu itu dengan bahan bakar minyak tanah, pakai sumbu kain. Kadang kompor itu bisa meledak kalau perawatannya tidak baik.

Istilah kompor juga populer dalam bahasa anak Betawi, "ngomporin", "di komporin" yang punya arti memanas- manasi. Kalau orang terus dikomporin terlebih oleh mereka yang ahli, jago ngomporin ya lama-lama pikiran meleduk, bisa melakukan anarkis, ngerusak. Inilah yang disampaikan.

Apa current affair yang menonjol saat ini? Jelas yang paling utama masalah Covid19, ancaman virus SARS-CoV-2 saat ini masih sulit diatasi. Kebijakan terus dibuat, pelaksana diperkuat, diperbaharui. 

Nah, tanggal 29 September, data kematian di dunia akibat Covid19 telah mencapai satu juta jiwa. Dari satu juta korban jiwa itu, 20,4 persen berasal dari Amerika Serikat (lebih dari 205.000 kematian). Selain AS dua negara dengan jumlah kematian ter banyak ialah Brasil dan India. Di Brasil mencapai hampir 143.000 jiwa (14.2 persen dari total kematian di dunia). 

Total kematian akibat Covid-19 di India mencapai 97.500 jiwa (9,7 persen).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun