Kecepatan penetrasi covid ke masyarakat baik penularan dan ancaman kesehatan mengharuskan diambilnya langkah PSBB, di negara lain lockdown.Â
Penetrasi terjadi dan meluas karena perilaku masyarakat sebagai agen penyebar covid (tantangan utama). Di negara manapun, kasus kesehatan akibat covid mengimbas terutama komponen ekonomi dan sosial budaya menuju krisis.
Para staf Panglima Perang itu jelas harus bekerja ekstra keras mengatasi dampak negatif untuk menyelamatkan mati hidup nya rakyat, perekonomian negara dan kesulitan hidup rakyat yang tidak mampu. Melaksanakan dukungan logistik pusat untuk wilayah baik duklog kesehatan maupun sosial.
Kemenangan perang tercapai bila para Panglima dan komandan wilayah mampu memenangkan pertempuran di daerahnya masing-masing. Dalam menghadapi covid, prestasi puncaknya, disebut menang bila tidak ada penambahan kasus baru covid (zero new case) dan berhentinya kematian akibat covid.
Mengenali Musuh (Covid) dan Pasukan Sendiri di Medan Tempur
Dalam sebuah pertempuran yang penting dikuasai para Panglima Wilayah adalah K3 (Kekuatan, Kemampuan dan Kerawanan) baik lawan maupun pihak sendiri.Â
Dalam pertempuran melawan covid, para Panglima wilayah (Gubernur) serta para Komandan pertempuran (Bupati/Walikota) harus menguasai detail K-3 lawan (covid) dan pasukan sendiri (masyarakatnya).
Kekuatan covid sebenarnya kecil, virus baru akan berkembang jadi ratusan ribu hingga jutaan bila menulari (masuk ke badan manusia (melalui) melalui mulut, hidung dan mata.Â
Kemampuan penetrasinya luar biasa, yang paling berbahaya karena covid tidak kasat mata, tidak dipercaya bahayanya oleh mereka yang tidak mengerti, bisa menulari tanpa disadari siapapun. Akibatnya banyak yang meremehkan, tidak peduli dan cuek bebek.
Dari data Gugus Tugas, covid ternyata lebih berbahaya, peran besarnya akan merangsang dan menyebabkan kematian bagi mereka yang punya penyakit penyerta (komorbid). Sisi lainnya covid juga mampu bermutasi sehingga sulit dikenali dan jelas makin sulit dalam pembuatan vaksin ataupun obatnya.
Di Indonesia menurut Lembaga Eijkman ada tiga tipe yang berbeda dengan covid di negara lain. Menurut Gugus tugas 80% pasien di Indonesia meninggal karena komorbid, bahkan Walikota Surabaya, Risma mengatakan 90% korban covid di Surabaya karena punya komorbid.
Menurut Ahli Biologi Molekuler Indonesia Ahmad Utomo, Kamis (25/6/2020), bahaya lain dari Covid, menyebabkan terjadinya Diffuse Alveolar Damage (DAD), yakni kerusakan pada alveolar, yang juga pernah ditemukan pada pasien SARS. Pada Covid-19 ada spektrum tambahan yang juga menonjol yakni terjadinya coagulopathy,atau pembekuan pembuluh darah paru.