Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Soal Papua, Jokowi Harus Lebih Waspada!

25 September 2019   19:47 Diperbarui: 25 September 2019   19:48 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personel Brimob berjaga di sekitar Asrama Mahasiswa Nayak Abepura di Kota Jayapura, Papua, Minggu (1/9). (Antara/ZABUR KARURU)

Masyarakat Papua secara umum sangat rentan, mudah dipengaruhi dan terbakar emosinya cukup dengan hoaks. Detonator awal dipicu di Malang dan Surabaya menyentuh mahasiswa Papua pada 24 Agustus 2019. 

Mahasiswa Papua yang tergabung dalam aksi 'Mahasiswa Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme, dan Militerisme', mengibarkan bendera bintang kejora di seberang Istana Negara, Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2019.

Setelah aksi demo reda, percikan konflik dimunculkan di Wamena, Jayawijaya. Menurut Kapolri Tito Karnavian, tersebar hoax seorang guru mengeluarkan kata berbau rasis.

Hoaks dimanfaatkan kelompok Komite Nasional Papua Barat (KNPB), menggunakan seragam SMA PGRI dan menggerakkan 200 siswa untuk menyebarkan rasisme tersebut dengan demo. 

Insiden memicu kerusuhan yang menelan korban 26 meninggal, 66 luka, perusakan fasilitas publik, kantor bupati, ruko serta kerugian materiel lain. Tito mengungkapkan sebagian besar warga meninggal karena mengalami luka bacok, kena panah, dan terbakar dalam ruko.

Banyak yang mengkritik mengapa tidak ditangani dengan senjata? Karena ada anggota TNI tewas saat kerusuhan sebelumnya.

Persoalan HAM benar-benar harus diwaspadai TNI dan Polri di sana. Ada konsep yang dikaitkan dengan SU-PBB bulan September ini yang coba dimunculkan. Penulis pernah menganalisis, ini murni gerakan dari Papua atau pengaruh luar? Kesimpulannya: dari luar.

Setiap aksi di Papua yang terkait dengan PBB (HAM dan Referendum) pasti dikendalikan oleh handler yang dikontrol principle LN.

Penulis sejalan dengan yang disampaikan oleh Pak Hendropriyono, mantan Kabin, menaggapi kerusuhan di Papua, ada Vanuatu dan Inggris yang bermain katanya. Hanya tidak dijelaskan lebih detail.

Penulis pada tahun 2013 pernah membuat artikel tentang operasi penyadapan intelijen Barat, "five eyes", hasil bocoran dari Edward Snowden. Lantas apa hubungannya Inggris, Vanuatu dengan Papua? Mari kita bahas.

Five Eyes, Organisasi Intelijen Lima Negara
Five Eyes adalah badan kerja sama intelijen yang terdiri dari intelijen AS, Inggris, Canada, Australia dan Selandia Baru. Badan ini sudah diungkapkan pada tahun 2013 oleh wistleblower Edward Snowden (agen intel AS).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun