Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Persepsi Intelijen atas Dicoblosnya Surat Suara di Malaysia

12 April 2019   19:10 Diperbarui: 14 April 2019   13:58 7596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi surat suara. (Antara Foto)

Penulis hanya ingin mengajak pembaca memahami dan berpikir secara rasional. Penulis setuju dengan yang dikatakan jurnalis asing itu, bahwa ini sepertinya bagian delegitimasi pemilu dan juga KPU.

Tuduhan kecurangan sebagai strategi yang diimplementasikan menjadi langkah taktis adalah jurus pamungkas bila kalah. Sementara itu Pak Amien Rais, tokoh kelas dewa yang tidak jelas juga sudah menyatakan tidak percaya kepada Mahkamah Konstitusi.

Apakah ini upaya memancing chaos? Masalahnya tidak sesederhana itu, seberapa banyak yang mau dikerahkan dan seberapa besar powernya? Masyarakat makin paham arti berdemokrasi, yang suka gegera jumlahnya bisa dihitung.

Memang ada yang mengancam akan mengerahkan people power apabila kalah karena dicurangi. Nah, narasi dicurangi, pengerahan people power itu berpotensi penciptaan chaos.

Tetapi ada faktor penentu yang harus mereka hitung yaitu TNI. Beberapa hari yang lalu, Panglima TNI dengan jajarannya, AD, AL, AU dengan tegas mengingatkan, akan mengamankan jalannya pilpres dan pileg, NKRI harga mati.

Memang masih ada yang mau nekat? Cari gara-gara? Janganlah, kita bersama-sama hari Rabu 17 April 2019 mau memilih pimpinan nasional. Mengapa lantas sesama anak bangsa jadi bermusuhan?

Tidak perlu pakai gaya "reman", kalau gegeran memang mau seperti Suriah: hancur-hancuran, rusak bertahun-tahun setelah kekuatan asing masuk, kekejaman merajalela, kelompok teror membesar.

Bangsa kita hanya jadi kacung, ada yang jadi penghianat, pokoknya susah dan menderita.

Ingat, Indonesia seperti gadis cantik perawan --yang menarik minat banyak negara untuk dikuasai-- karena posisi strategis, sumber daya alam melimpah, wilayah yang sangat luas.

Janganlah kita terlalu naif, rela mengorbankan kesatuan dan persatuan, menghalalkan cara hanya demi kepentingan sempit. Tapi ya terserah, sebagai Old Soldier, pengamat dan pengalaman bertugas 2,5 tahun di BNPT hanya mengingatkan, kalau tidak cepat sadar, bisa berbahaya, bersaing seperti itu akhirnya akan menjadi raja tega, bisa mengorbankan rakyat dan bahkan negara.

Jadi begitu saja... kesimpulannya ada yang bikin ulah coblos surat suara sebagai bagian dari operasi conditioning, tapi maaf, pelakunya tidak paham ilmu intelijen. (PRAY)

oleh: Marsda Pur Prayitno Ramelan, Analis Intelijen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun