Mohon tunggu...
Prawira Tama
Prawira Tama Mohon Tunggu... Insinyur - Pembaca

Prawira Tama, lahir di Lumajang dan hidup secara nomad di beberapa kota. Pernah terlibat dalam beberapa penulisan buku bersama. Buku (solo) kumpulan puisinya akan terbit segera.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pada Suatu Nasi Padang

7 September 2020   05:05 Diperbarui: 7 September 2020   22:26 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

            Kehangatan itu masih kuingat saat terakhir kali berjumpa. Kita duduk berhadapan diiringi musik dari dentingan piring di atas meja.

Pedas selalu menggairahkan,” katamu.

            Kuambil beberapa sendok kata dari bibirmu, kunikmati hingga bibirku terbakar di depanmu. Tiba-tiba basah keringat memenuhi kepala dan menghapus sebagian kesadaranku. Sepotong ayam menahan tawa. Ia pura-pura memalingkan muka; menyiulkan lagu pop melayu saat mataku merah menatapnya. Di sisinya gulai ikan terlihat tak acuh dan masam. Persis seperti rautmu saat aku terlambat menjemput beberapa jam sebelumnya.

“Ini makanan kesukaanku.”

“Aku juga,” sahutku.

            Lalu lidah kita bergoyang, mengaduk asmara dengan aroma nasi Padang. Hingga di atas piring tak ada lagi sisa, hangat kita masih terasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun