Mohon tunggu...
Pratiwi Dian
Pratiwi Dian Mohon Tunggu... -

requires a lot of information

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Learning Disorder?

23 Desember 2012   16:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:08 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketika kita bersekolah kita melakukan kegiatan belajar seperti calistung (membaca, menulis, dan berhitung), ini merupakan kegiatan yang rutin dilakukan karena dengan kegiatan belajar yang seperti itu kita bisa memulai pengetahuan kita dari nol. Dari kita hanya belajar calistung kita mulai bisa mengetahui tentang alam, sosial, rumus-rumus hitungan dan lain sebagainya. Tapi kegiatan calistung mungkin dapat terhambat ketika kita mengalami masalah gangguan belajar ataulearning disorder.

Apa itu learning disorder ? Learning Disorder ialah suatu keadaan dimana ketika si individu mengalami kesulitan mengerti kemampuan dasar seperti membaca, menulis atau berhitung. Hal Ini disebabkan karena si individu mengalami disfungsi otak atau otak tersebut tidak mampu memproses informasi yang telah di dapat dengan sebagaimana mestinya. Gangguan belajar dapat di alami oleh siapa saja, bahkan orang yang memiliki IQ jenius. Gangguan ini dapat di deteksi sejak anak masih di pre-school atau sekolah dasar, tapi banyak juga yang terdeteksi saat remaja. Akibat terlambat terdeteksi si penderita sering kali dianggap sebagai anak yang bodoh atau terbelakang.

Ada tiga jenis gangguan belajar atau learning disorder yang umum di derita oleh anak-anak dan orang dewasa, yaitu :

1. Disleksia, adalah keadaan dimana seseorang kesulitan dalam membaca kata atau kalimat dengan baik.  Ciri-ciri penderita Disleksia adalah sulit membedakan huruf-huruf alphabet, terutama huruf-huruf yang bentuknya mirip (b-d,p-q) ; tidak dapat mengeja kata dengan benar meskipun itu mudah ; sering salah ketika membaca teks dan tidak memahami arti teks tersebut ; membaca teks dengan lambat ; bingung ketika di hadapkan dengan kata yang memiliki bunyi dan tulisan yang mirip seperti "kali dan tali".

2. Dysgraphia, adalah dimana keadaan seseorang kesulitan untuk menulis dan sulit untuk mengekspresikan hal-hal yang ia jumpai dalam bentuk sebuah tulisan. Ciri-ciri penderita Dysgraphia adalah dia tidak mampu menulis ejaan dengan baik bahkan salah karena hurufnya terbalik-balik ;  spasi penulisan antara huruf dan kata tidak beratutan ; lambat dan sangat sulit untuk mencatat atau menulis ; terkadang tidak menyelesaikan kata-kata atau kalimat dalam tulisan tersebut.

3. Dyscalculia, adalah dimana keadaan seseorang kesulitan untuk berhitung, kesulitan memahami proses matematis, sulit mengerjakan tugas yang memiliki simbol-simbol matematis atau angka-angka. Ciri-ciri penderita Dyscalculia adalah sulit melakukan perhitungan matematis, penderita pun sulit melakukan transaksi ketika belanja ; sulit memahami konsep berhitung sperti mengalikan, membagi, menambah atau mengurangi ; sulit mengerti ukuran seperti berat, panjang, luas, waktu, usia ; sulit mengingat rumus-rumus yang berbau hitungan.

Selain jenis gangguan belajar di atas yang secara umum, ada lagi gangguan belajar yang dapat menghambat kehidupan perkembangan si anak, yaitu GPPH ( Gangguan Pemusatan Perhatian Hiperaktif ) adalah suatu kelainan neurobiologis yang biasanya bercirikan adanya ketidakmampuan memusatkan perhatian, mudah beralih perhatiannya, dan hiperaktivitas. Secara umum GPPH berkaitan dengan gangguan tingkah laku dan aktivitas kognitif sehingga si anak ini sulit sekali untuk berkosentrasi , sehinggga belajarnya pun terganggu.

Orang tua yang memiliki anak seperti gangguan belajar di atas harus memiliki mental yang kuat menghadapinya, harus bisa mensupport anaknya jangan sampai si anak ini menjadi minder atau berusaha menjauh dari lingkungan sosialnya karena gangguan yang ia miliki tersebut. Cari lah cara belajar yang tepat untuk anak, sesuaikan dengan kondisi anak agar mampu menyerap informasi dengan baik. Anak dengan gangguan tersebut bukan berarti mereka bodoh mungkin memang karena adanya kesalahan dalam otak. Selama masih bisa motivasi anak tersebut sampai anak itu benar-benar mau mencoba dan mencoba. Selalu hargai setiap usaha yang di lakukannya, jangan pernah membandingkan anak dengan anak normal lainnya karena ini memicu anak untuk lebih sulit mencoba bisa. Jangan sekali-kali memberi tekanan pada anak yang mampu membuat si anak berpikiran akan gagal jika melakukan hal tersebut. Gunakan alat bantu untuk mengajari si anak supaya anak mampu memahami jika di hadapkan dengan benda yang ada.

Semoga bermanfaat ^_^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun