Mohon tunggu...
Nanda PramudyaFadli
Nanda PramudyaFadli Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Sedang cari pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Music

Konflik Iran Tahun 1979 dan Perkembangannya Hingga Saat Ini dalam Kerja Sama Internasional

17 Oktober 2021   23:54 Diperbarui: 18 Oktober 2021   00:13 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayatullah Khomeini didepan rakyat Iran (Sumber : economist.com)

Iran saat ini dikenal sebagai negara salah satu negara islam yang mempunyai nama besar di dunia. Negara yang terkenal dengan sikapnya yang anti terhadap pengaruh dan dominasi barat (dalam hal ini Amerika Serikat) rupanya telah berlangsung selama lebih dari 35 tahun. 

Baru-baru ini isu yang sedang panas antara kedua negara itu adalah perang nuklir. Ayatollah Al-Khumeini selaku pemimpin Iran menegaskan jika Amerika tidak berhenti mencampuri urusan internal negara maka Iran akan mendeklarasikan perang nuklir terhadap Amerika. 

Hal seperti ini ternyata sangatlah berbeda dan bertolak belakang jika kita menengok kembali bagaimana kondisi Iran sebelum Revolusi Islam terjadi. 

Sebuah Revolusi besar telah terjadi di Iran pada tahun 1979, dimana Iran yang sebelumnya menganut sistem kerajaan atau monarki kemudian digantikan oleh sebuah sistem republik yang berideologikan dasar-dasar Islam. Dalam perjalanannya, revolusi ini telah merubah segala tatanan negara, yang sebelumnya merupakan sebuah negara sekuler dan berkiblat pada negara barat menjadi negara yang dijalankan berlandaskan agama islam. 

Beberapa tokoh yang muncul dari adanya Koflik revolusi ini adalah Muhammad Reza Pahlavi selaku Pemimpin Iran sebelum revolusi dan Ayatollah Ruhollah Khumeini selaku pemimpin revolusi islam yang digerakkan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat di Iran tersebut.

Iran Sebelum Terjadinya Revolusi 

Iran pada mulanya merupakan sebuah negara monarki yang dipimpin oleh sebuah dinasti bernama dinasti  pahlavi (pahlavi diambil dari nama belakang Shah Muhammad Reza Pahlevi). 

Dinasti ini telah berkuasa selama dua generasi yaitu mulai tahun 1925 sampai dengan 1979. Kurang lebih setengah abad lamanya dinasti ini berkuasa di Iran dan telah berganti sebanyak dua kali kepemimpinan. Kepemimpinan pertama yaitu dibawah Sultan "Shah" Reza Pahlavi. 

Dinasti ini muncul setelah Shah Pahlavi melakukan kudeta terhadap Dinasti Qajar yang berkuasa sebelumnya. Tepatnya pada tahun 1925 Shah Pahlavi mulai memimpin Iran menggantikan penguasa terakhir dinasti qajar yaitu Ahmad Shah Qajar. 

Pergantian kekuasaan ini dilakukan melalui kudeta militer dengan dalih bahwa dinasti qajar yang berkuasa saat itu tidak bisa mengatasi invasi Inggris dan Soviet terhadap Iran. 

Secara awam masyarakat Iran memandang pemerintah saat itu terlalu pro barat. Hal inilah yang membuat kudeta ini didukung oleh sebagian besar ulama di Iran saat itu, sehingga membuat Shah Pahlavi memiliki dukungan kuat untuk menjadi pemimpin.

Dibawah kepemimpinannya, Iran berkembang pesat menjadi negara maju. Hal ini ditinjau dari banyaknya investor barat yang berinvestasi disana, baik yang berasal dari Eropa maupun Amerika. Seperti adanya perusahaan minyak Anglo-Persian yang merupakan perusahaan milik Inggris. 

Pendidikan juga menjadi bidang yang diperhatikan oleh Shah Pahlavi, terbukti dari munculnya kelas sosial baru yaitu para pekerja profesional dan pekerja industri yang berpendidikan. Bidang militer juga tak ketinggalan mendapat perhatian, tentara kesultanan Iran mendapat pelatihan militer dari Perancis  dan perlahan-lahan mulai berkembang menjadi sebuah militer yang maju dan modern. Shah Pahlavi memang dikenal dengan gebrakannya yang membuat Iran menjadi negara maju dalam sekejap. 

Namun tak dapat dipungkiri bahwa pemerintahannya ini merupakan pemerintahan sekuler yang memisahkan antara kepentingan negara dengan agama. Selain itu westernisasi yang gencar dilakukannya menandakan sedang terjadi perubahan pada Iran yang pada dasarnya merupakan kerajaan bercorak Islam perlahan-lahan berubah menjadi sekuler. 

Mengetahui itu, para ulama yang semula mendukung Shah Pahlavi untuk menjadi pemimpin perlahan-lahan mulai beralih menjadi oposisi. Puncaknya antara periode tahun 1928--1930 ia memberlakukan kitab hukum baru yang menggeser kedudukan hukum syariah kemudian berganti kepada pengadilan umum sekuler.

Keputusan lain yang membuat geram pihak oposisi adalah penangkapan, penculikan, dan penahanan terhadap orang-orang yang dianggap melawan pemerintah. Banyak ulama yang kemudian tidak sejalan dengan pemerintahan Shah Pahlevi ditangkap dan diasingkan. 

Di tahun 1941 saat pecah perang dunia kedua, Shah Pahlevi digantikan oleh putranya yang bernama Muhammad Reza Pahlavi. Ketika itu sedang terjadi pergolakan dalam pemerintahan Iran dimana Shah Pahlavi yang berada dibawah tekanan Inggris demi mengamankan pasokan minyaknya memaksa putra bungsu Shah Pahlavi naik takhta. 

Kepemimpinan kedua ini dibawah raja bernama Muhammad Reza Pahlavi. Setelah naik takhta menggantikan ayahnya, ia harus menghadapi konflik internal dengan perdana menterinya yang bernama Mossadegh. Hal ini terjadi pada tahun 1951 saat Mossadegh diangkat menjadi perdana menteri kerajaan Iran, ia yang dikenal sebagai politikus senior Iran mengambil keputusan yang membuat geram Reza Pahlevi. 

Keputusan itu adalah menasionalisasi perusahaan minyak milik Inggris di Iran. Tentu saja Reza Pahlavi geram karena takut jika sampai terjadi embargo minyak oleh pihak Inggris dan diikuti oleh pihak barat lainnya, dapat menyebabkan kehancuran ekonomi bagi Iran.

Karena peristiwa ini Reza Pahlavi bersama keluarganya sempat menyingkir ke Paris untuk sembunyi dari masa pendukung Mossadegh yang mendukung kudeta terhadap dinasti pahlavi. Kepergiannya itu sekaligus meminta bantuan kepada pihak-pihak barat yang menjadi pelindungnya. 

Tak lama kemudian di tahun 1953 perdana menteri Mossaadegh ditangkap lewat kudeta gabungan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Inggris (Operasi AJAX). Bersamaan dengan itu Reza Pahlavi diangkat menjadi bagian dari sekutu dan CIA.  

Berkat kudeta yang terjadi inipula ia dapat kembali berkuasa, namun kepercayaan rakyat terhadapnya semakin merosot. Ia tak lagi memiliki pamor baik dimata rakyat dan untuk mengatasi masalah ini ditahun 1960 ia mengeluarkan kebijakan yang disebut dengan "Revolusi Putih". Kebijakan ini kurang lebih meliputi reformasi tanah, perpanjangan hak suara perempuan, dan mengurangi tingkat buta huruf latin terhadap masyarakat. 

Namun Setelah disahkan, kebijakan ini justru menjadi suatu polemik di masyarakat dan mendapatkan tentangan dari banyak ulama. 

Kebijakan ini ditentang karena banyak terdapat poin-poin sekuler yang memungkinkan orang non-muslim untuk mengisi jabatan di pemerintahan serta adanya reformasi agraria dikhawatirkan dapat mengancam kepemilikan tanah yang selama ini menopang kegiatan keagamaan. 

Salah satu ulama yang menentang adalah Ruhollah Khumeini ia ditangkap  pada tahun 1964 karena pidatonya yang banyak mengkritik kebijakan revolusi putih. Ia kemudian diasingkan ke Turki, lalu ke Irak dan terakhir tahun 1978 di Paris Perancis. Namun, dirinya hanyalah salah satu dari lawan politik dinasti pahlavi yang mengalami tindakan semacam itu.

Iran Saat Revolusi dan Pasca Revolusi

 

Poster Ayatullah Khomeini diarak masyarakat Iran (Sumber : arabnews.com)
Poster Ayatullah Khomeini diarak masyarakat Iran (Sumber : arabnews.com)

Revolusi Iran dibagi menjadi dua gelombang. Revolusi pertama terjadi pada tahun 1977 sampai dengan awal 1979 yang digerakkan oleh golongan liberal, golongan kiri, dan kumpulan agama. Mereka bekerjasama untuk menggulingkan kekuasaan monarki shah pahlavi. Dengan hasil akhir adalah runtuhnya kekuasaan monarki Iran dibawah dinasti pahlavi dan diangkatnya Ruhollah Khumaini sebagai pemimpin baru di Iran. 

Kemudian Revolusi kedua terjadi mulai tahun 1979-1981 yang dimulai saat Khumaini selaku pemimpin baru Republik Islam Iran mengangkat tokoh liberal dan moderat bernama Mehdi Bazargan sebagai perdana menteri. Ini merupakan suatu bukti bahwa Khumeini pada awal kekuasaanya bermaksud untuk menghargai peran dari golongan liberal dalam menggulingkan kekuasaan monarki dinasti pahlavi. 

Tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena di tahun 1981 seiring dengan menguatnya militansi pendukung islam Khumeini yang menuntut agar peran golongan liberal dalam pemerintahan diakhiri. Ditandai dengan peristiwa penyerbuan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Iran yang dilakukan oleh simpatisan Khumeini.  Akhirnya peristiwa tadi berujung dicopotnya Mehdi Bazargan dari jabatannya selaku perdana menteri Iran.

Semenjak saat itu, Iran telah berubah menjadi suatu negara republik yang berlandaskan islam. Revolusi di Iran telah banyak mengubah tatanan masyarakat baik dalam bidang sosial, politik pemerintahan, ekonomi, pendidikan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang kesemuanya itu dilakukan dengan dasar-dasar pemikiran Islam. Kemudian tentunya sikap terhadap dunia barat yang berbeda dengan saat sebelum revolusi. Dimana saat sebelum revolusi, Iran merupakan negara yang condong kepada pihak barat akibat westernisasi yang gencar dilakukannya. 

Meski begitu proses kerjasama internasional yang dilakukan oleh Iran tidak terhenti. Kini Iran menyatakan dirinya sebagai sebuah negara yang mandiri dan  bebas mengambil kebijakan dalam negerinya tanpa tekanan dari negara luar. 

Dikutip dari beberapa media online tentang Iran, kini Iran telah menjadi negara yang modern dan berkembang pesat. Modernisasi di Iran pasca revolusi sangat terlihat jelas dalam bidang Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), ekonomi, dan pendidikan.

Seperti telah disebutkan pada paragraf sebelumnya bahwa setelah melalui rangkaian revolusi, Iran telah menjelma menjadi negara yang mandiri. Kemandirian itu rupanya mendorong Iran untuk mengembangkan bidang-bidang yang sebelumnya tertinggal dari negara lain. Seperti dalam bidang ekonomi, sebelum revolusi Iran merupakan negara Importir. Namun pasca revolusi Iran berusaha keras untuk mengembangkan produk dalam negerinya agar tidak terus menerus menjadi negara importir. 

Salah satu industri yang berkembang adalah Industri otomotif, industri ini mampu untuk mencukupi kebutuhan dalam negerinya. Kemudian dalam bidang IPTEK, ketika negara adidaya berlomba-lomba untuk mengembangkan senjata nuklir, Iran pun juga sedang mengembangkannya. Nuklir Iran merupakan produksi dalam negerinya walaupun dengan bantuan dari Rusia. 

Hal ini menunjukkan kerjasama internasional yang tetap terjalin meski Iran telah melakukan revolusi yang tentu ada konflik didalmnya. Pengembangan Iran terhadap nuklir sampai saat ini masih terus dilakukan sampai pada puncaknya ketika Amerika Serikat dan sekutunya mempermasalahkan tentang pakta nuklir Iran di awal tahun 2019. Kemajuan IPTEK lain di Iran pasca revolusi juga bisa dilihat dari peluncuran satelit yang telah mampu mereka lakukan.

Dalam bidang pendidikan, angka melek huruf dibawah usia 50 tahun di Iran menurut survey pemerintah Iran saat ini adalah 92 % yang artinya hampir sebagian besar masyarakat Iran berusia dibawah 50 tahun bisa membaca. Bertolak belakang dengan angka melek huruf menurut survey yang dikeluarkan pada saat Revolusi Putih, yaitu hanya 47 % masyarakat Iran dibawah usia 50 tahun yang bisa membaca. Tentu saja ini merupakan sebuah kemajuan bagi Iran. Kemudian, perguruan tinggi yang masif didirikan oleh pemerintah Iran pasca revolusi. 

Dari data pemerintah saat sebelum revolusi, di Iran hanya terdapat 223 perguruan tinggi. Sedangkan saat ini Iran telah memiliki kurang lebih sebanyak 2.540 perguruan tinggi. Sebuah perbandingan jumlah peguruan tinggi yang sangat kontras saat sebelum dan sesudah revolusi. Bagi sebuah negara, jumlah perguruan tinggi juga berpengaruh untuk menentukan maju atau tidaknya suatu negara. Karena dari situlah penialaian terhadap berkembangnya bidang keilmuwan dan pendidikan. Dengan pertimbangan kemajuan dari berbagai bidang yang telah disebutkan sebelumnnya, modernisasi serta kerjasama internasional yanng dibangun oleh Iran dapat dinyatakan berhasil atau terlaksana.     

Daftar Rujukan 

Tamara, Nasir. 2017. Revolusi Iran. Jakarta : Gramedia.  

Jusuf, Windu. 2019. Ayatullah Khomeini dan Revolusi Iran : Aliansi Getir Kiri dan Kanan,   (O n l i n e) , (https://tirto.id/ayatullah-khomeini-dan-revolusi-iran-aliansi-getir-kiri-dan-kanan-cl68), diakses 13 April 2020.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun