Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

CerJo (Ceritanya Parjo) #1: Parjo Mencari Kerja

2 April 2024   12:15 Diperbarui: 2 April 2024   12:21 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Parjo Wawancara Kerja - Sumber: lifestyle.kompas.com

"Selamat anda dinyatakan lulus tes administrasi. Selanjutnya anda berhak mengikuti tes tahap akhir yakni tes wawancara."

 Membaca email yang masuk berisikan kelulusan Parjo ke tahap akhir dalam seleksi sontak membuat Parjo terkejut sekaligus gembira. Segala upaya yang dilakukan selama ini untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik setidaknya sudah menunjukkan titik terang. Parjo berkeinginan keras untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Pekerjaan yang dijalani selama ini sebagai tukang parkir sebenarnya sudah mampu mencukupi kebutuhan hidupnya, namun ia tidak ingin terjebak dalam zona nyaman. Ia ingin meningkatkan kualitas hidupnya.

"Ya Allah, Alhamdulillah akhirnya ada kesempatan juga untuk dapat pekerjaan yang lebih baik. Semoga ini rezeki." Ucap Parjo lirih penuh rasa syukur.

"Sebaiknya sebelum berangkat tes aku harus menemui Kyai Ihsan dulu nih. Semoga aja ada nasihat-nasihat yang ternyata aku butuhkan untuk menghadapi tes besok." Parjo sudah merencanakan untuk menemui Kyai Ihsan, sosok yang sangat ia kagumi dan hormati. Nasihat-nasihat Kyai Ihsan selalu menjadi bahan pertimbangan ketika Parjo akan mengambil sebuah keputusan.

Sehari sebelum waktu tes tahap akhir yakni tes wawancara tiba, Parjo menuju ke rumah Kyai Ihsan yang berjarak sepuluh kilometer dari kampung Parjo. Parjo mengonthel pit kebo kesayangannya sembari bersholawat dan tersenyum gembira. Harapan itu terlihat begitu nyata.

"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga." Ujar Parjo. Parjo memarkir pit kebonya di halaman rumah Kyai Ihsan.

"Assalamu'alaikum! Tok...tok...tok...!" Parjo mengucap salam dan mengetuk pintu rumah Kyai Ihsan.

"Waalaikumsalam, ealah Parjoooo! Apa kabar? Monggo...monggo...monggo, silakan duduk!" Sambut Kyai Ihsan sekaligus mempersilakan Parjo untuk duduk di ruang tamu.

Sambutan hangat Kyai Ihsan membuat Parjo semakin nyaman sehingga membuat ia lebih mudah mengutarakan maksud dan tujuannya. Sebelum-sebelumnya, ia selalu canggung ketika harus berbicara dengan sosok yang sangat ia hormati tersebut. Kewibawaan Kyai Ihsan selalu saja berhasil membuat Parjo gemeteran.

Ketika Parjo selesai menyampaikan maksud dan tujuannya menemui Kyai Ihsan, lalu Kyai Ihsan pun berpesan, "Alhamdulillah Parjo, akhirnya ada harapan untuk masa depanmu. Namun ingat Parjo, kita sebagai manusia hanya dapat berusaha, sedangkan Gusti Allah yang akan menentukan semuanya. Bagaimanapun hasilnya nanti, itulah yang terbaik dan harus diterima dengan keikhlasan hati. Maju terus Parjo!" Setelah itu, Parjo pun berpamitan dan mencium tangan sosok kyai sepuh yang rendah hati itu sembari mengucapkan terimakasih atas segala nasihat dan semangat yang diberikan. Parjo semakin siap menghadapi tes akhir keesokan harinya.

---------------------------------------***-------------------------------------------------------

"Wuiiiiih, gedung di kota tinggi-tinggi banget yooo! Megah!" Melihat gedung-gedung di kota yang begitu megah dan wah, membuat Parjo terkesima. Ia membayangkan betapa kerennya ia dapat bekerja di sana.

Setibanya di lokasi tes, ia begitu terkejut ternyata cukup banyak peserta yang mengikuti tes tahap akhir, mungkin sekitar lima puluh orang. Seluruh peserta mengantre giliran untuk tes wawancara. Satu per satu tes wawancara dilakukan secara bergantian di dalam sebuah ruangan yang tidak terlalu luas sehingga membuat peserta yang belum mendapat giliran menunggu di luar ruangan.

Dua jam berselang ketika kurang satu nomor antrean lagi, tiba-tiba ada peserta yang menyerobot masuk dengan didampingi pria berdasi, "Loh loh loh kok nyerobot sih! Kan sudah ada nomor antrean?" Teriak Parjo pada peserta beranama Megi yang merebut antreannya itu.

Tetiba saja, ada seseorang yang menarik lengan baju Parjo sembari berkata di telinga Parjo, "Sudah mas, dia ponakannya pemegang saham perusahan ini. Biarin aja mas." Pria berseragam security itu tersenyum pada Parjo. Walaupun kesal, Parjo tetap berusaha tenang ketika menghadapi wawancara. Parjo menunjukkan performa terbaiknya pada saat sesi wawancara itu.

----------------------------------------------------***------------------------------------

Seminggu berselang, Parjo membuka kotak masuk surat elektroniknya. Benar saja hasil seleksi telah dirilis. Ia membuka surat elektronik dari panitia perlahan-lahan, mencermati nama demi nama. Ia berharap namun juga berserah atas hasil yang akan didapatkan. Ia benar-benar meresapi apa yang dipesankan oleh Kyai Ihsan tempo lalu.

Hasil telah dirilis, Parjo berada di peringkat kedua dan Megi peserta yang diantar pria berdasi masuk ruang wawancara itu berada pada peringkat pertama yang artinya Megi menjadi peserta yang satu-satunya lolos dalam seleksi tersebut.

"Hmmmm tetep Alhamdulillah, meski harus merelakan orang dalam yang lolos, agar tetap waras dan bahagia, besarkanlah rasa syukurmu Jo!" Ujar Parjo lirih dalam hati. (prp)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun