Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mengapa Orangtua Perlu Belajar Parenting?

24 Agustus 2022   05:30 Diperbarui: 24 Agustus 2022   12:00 2561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Parenting?  Memang penting? Bukankah menjadi parent, orangtua, adalah sesuatu yang alami? Jika sudah tiba saatnya orang pasti tahu harus bagaimana jadi orangtua.

Toh sejak zaman dulu kakek nenek kita tidak ada yang belajar parenting, tapi mereka berhasil membesarkan banyak anak. Mungkin itu yang ada di benak sebagian orangtua ketika diajak menghadiri kegiatan parenting. Nah, komentarnya boleh disimpan dulu, silahkan dilanjutkan membacanya.

Sesungguhnya apa itu parenting?

Parenting, secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai pola asuh anak. Sejak anak dalam kandungan, hingga beranjak dewasa, perlakuan yang diberikan oleh orangtua kepada mereka, akan menjadi pola yang menentukan model anak ini kelak sebagai manusia dewasa.

Ibarat orang menjahit baju, pola yang kita pilih, menentukan model tampilan si baju itu sendiri. Jika sudah terlanjur menjadi sebuah baju dan kita tidak suka dengan modelnya, maka sangat sulit untuk melakukan perubahan terhadap tampilan baju tersebut. Paling maksimal kita hanya bisa melakukan perubahan minor, seperti memendekkan sedikit.

Seperti halnya orang membangun rumah, gambar kerja, blue print-nya akan menentukan bentuk bangunan itu nanti. Jangan berharap blue print satu lantai akan menghasilkan bangunan tiga lantai.

Mudah dong, Kalau begitu kita tinggal maksimalkan desain, buat se”grand” mungkin.

Ups, hati-hati, terkadang orangtua terjebak dengan pilihan pola asuh yang hanya fokus pada tujuan akhir, tanpa melihat jatuh bangunnya anak ketika menjalani prosesnya.

Seorang psikolog, pernah bercerita, mendapatkan klien anak usia sembilan tahun, yang kecerdasannya di atas rata-rata, dulu prestasinya di sekolah sangat cemerlang, namun akhir-akhir ini jauh merosot. Jadi pemurung dan menarik diri dari teman-temannya.

Setelah melalui serangkaian proses dan pendekatan, ketika anak ini diminta menuliskan apa yang diinginkannya, dia menulis “Aku ingin mama sesekali membiarkan aku bermain sesuka hati”.  

Sesederhana itu. Ternyata karena terpaku dengan grand design, mamanya menerapkan jadwal ketat kepada anak Ini. Bermain pun sudah diatur, harus mainan yang menyandang label edukatif.

Sumber: Freepik.com
Sumber: Freepik.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun