Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Apa yang Harus Dilakukan jika Anak Mengalami Perundungan?

29 Juli 2022   16:00 Diperbarui: 30 Juli 2022   08:06 1812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak menjadi korban bullying (Sumber: shutterstock)

Sudah dua minggu ini Aril sulit dibangunkan untuk ke sekolah. Setelah bangun pun terlihat dia sengaja berlama-lama saat mandi, juga saat sarapan. Bahkan akhir-akhir ini muncul keluhan, mulai dari sakit perut, pusing, hingga ingin muntah saat mau diantar ke sekolah. Tapi saat diukur suhu, normal. Disuruh ke toilet, tidak ada yang dibuang.

Anehnya pada akhir Minggu dia terlihat baik-baik saja, dan keluhannya balik lagi di Senin pagi. Orang tua Aril bingung, apakah Aril benar ada masalah kesehatan atau mencari-cari alasan karena tidak mau sekolah?

Apa yang harus dilakukan?

1. Cek kondisi fisik anak

Apakah anak cukup tidur dan cukup waktu istirahatnya? Adakah sesuatu yang dikonsumsi di luar kebiasaan? Ataukah ada aktivitas baru yang sangat menguras energinya? Jangan-jangan ternyata saat disuruh tidur anak malah main game sepanjang malam.

Orang tua biasanya tahu apakah keluhan fisik ini sungguhan atau hanya alasan yang dicari-cari. Namun jika masih ragu, tidak ada salahnya anak diperiksakan kesehatannya. Lantas kalau ternyata hasilnya tidak ada masalah secara fisik, apa langkah selanjutnya?

2. Ajak anak bicara

Ada tipe anak yang dengan mudah menceritakan apa yang dia alami, ada yang tidak. Hal ini bukan semata tergantung pada kedekatan hubungan orang tua dan anak. 

Cari waktu yang tepat, saat santai di malam hari mungkin bisa dipakai untuk mengajak anak bicara. Tanyakan bagaimana teman-temannya, bagaimana guru-gurunya.

Perhatikan gestur saat anak bercerita. Apakah dia terlihat santai atau gelisah saat diajak bicara tentang sekolah.

Teman yang nakal dan selalu mengganggu,  atau guru yang galak, atau perasaan dikucilkan bisa menjadi salah satu dari sekian sebab anak enggan bersekolah.

Ilustrasi Bullying (Sumber: Freepik.com)
Ilustrasi Bullying (Sumber: Freepik.com)

3. Ceritakan pengalaman Anda

“Mama pernah punya teman SD yang super jahil, kerjanya membuat menangis semua anak perempuan di kelas. Mama juga tidak luput dari kejahilannya, hingga suatu hari ….”

Atau, “Dulu guru agama Mama galak sekali, setiap ibu guru masuk, tidak ada yang berani bergerak. Kalau ada anak yang tidak mengerjakan tugas, ibu itu akan langsung menarik telinganya….”

Nah, cerita-cerita seperti ini dijamin membuat anak tertarik dan merasa senasib jika ternyata keengganannya bersekolah adalah karena ada teman yang jahil ataupun guru yang ditakuti.

Dengarkan ceritanya sampai lengkap, biarkan dia mengungkapkan apa yang dia alami dan rasakan. Jangan bereaksi berlebihan saat anak bercerita, karena ini akan membuat anak khawatir dan memilih untuk menutup mulut.

4. Proaktif mencari tahu ke pihak sekolah

Bila perlu informasikan kondisi anak yang enggan sekolah ke gurunya. Minta bantuan guru untuk mencari tahu dan mengamati apa yang terjadi selama anak berada di sekolah. 

Dengan orang tua proaktif, guru jadi tahu bahwa ada masalah. Bisa jadi ada suatu kondisi yang luput dari perhatian guru selama ini.

Bahkan terkadang teman bermainnya dapat menjadi informan tentang apa yang sedang terjadi. Namun tentu kita harus pandai memilih situasi dan cara bertanya yang tepat sehingga temannya mau bercerita.

Jangan buru-buru menyimpulkan. Kumpulkan informasi, telaah dengan cermat dan kepala dingin. Bina komunikasi yang baik dengan pihak sekolah untuk bersama-sama mencari jalan keluar jika benar ada perundungan di sini.

Bagaimana Jika Ternyata Ada yang Melakukan Perundungan?

Pelaku perundungan cenderung mencoba mencari sasaran yang kira-kira tidak berani melawan. Dari coba-coba ke beberapa anak, terkadang anak jahil bisa menetapkan anak tertentu sebagai target favorit.

Saat kejahilan dilakukan berulang-ulang pada anak yang sama, maka hal itu disebut sebagai perundungan/bullying. 

Dalam aksi perundungan, dapat terjadi kerusakan barang bahkan luka fisik yang timbul sebagai akibat perbuatan yang disengaja dari anak yang memiliki kekuatan  lebih besar dari anak yang menjadi sasarannya.

Apa yang harus dilakukan?

1. Ajarkan anak untuk tidak menyendiri dan berteman

Anak yang melakukan perundungan biasanya mendekati target yang sedang sendirian. Mereka akan berpikir dalam melakukan aksinya jika ada banyak orang di sekitarnya. Anak perlu menghindari tempat yang mendukung maupun orang yang membully.

Mengembangkan perhatian terhadap situasi sekitar dan mengambil langkah yang sesuai perlu dilatih pada setiap anak.

Anak perlu berteman dengan banyak orang, bahkan akan baik jika orang tua menjalin pertemanan dengan keluarga teman yang suka melakukan perundungan. Undang keluarganya untuk acara makan bersama jika memungkinkan.

2. Ajarkan anak memberikan reaksi yang sesuai

Ucapan tegas namun tidak menantang terkadang dapat menghentikan aksi perundungan. Ajarkan anak menyampaikan bahwa perbuatan temannya itu membuatnya tidak nyaman, namun dengan bahasa yang baik dan intonasi yang tepat.

Contoh “Bobby, tolong kembalikan sepatuku, tidak nyaman berjalan tanpa sepatu.” Jika Bobby tetap tidak peduli, diamkan saja sampai Bobby bosan melempar-lempar sepatu.

Mengejar teman yang sedang melempar-lempar sepatu, apalagi sambil berteriak-teriak, hanya akan membuat pelaku perundungan bahagia dan terhibur.

Lakukan simulasi dari situasi perundungan yang kerap anak alami, dan ajarkan anak memberikan reaksi yang sesuai. 

Jangan ajarkan anak untuk melakukan perlawanan dan menantang berkelahi, kita tidak tahu seberapa besar kekuatan fisik si perundung. Dari aksi seperti ini malah akan memicu permusuhan yang semakin dalam.

3. Simpan bukti perundungan

Perundungan yang menimbulkan kerusakan barang, misal seragam yang dicoret, kaca mata yang patah gagangnya, segera didokumentasikan, dan disimpan sebagai bukti. Apalagi jika perundungan meninggalkan bukti fisik seperti luka atau lebam, segera dokumentasikan.

Begitu pula perundungan yang dilakukan di dunia maya, segera lakukan tangkapan layar/screen shoot untuk kalimat perundungan yang dikirimkan.

Bukti yang ada dapat memberikan informasi sejauh mana bahaya dan tingkat keseriusan aksi perundungan.

Bila dirasa cukup serius,  perlu segera hubungi pihak sekolah untuk melihat apa yang terjadi melalui rekaman cctv sekolah (Jika sekolah mempunyai fasilitas ini).

Jangan pernah orang tua bertindak sendiri, apalagi membalas dengan melakukan kekerasan langsung kepada anak yang diduga melakukan perundungan.  Alih-alih menyelesaikan masalah, kita malah bisa menempatkan diri jadi tersangka tindak pidana pelaku tindak kekerasan.

Juga jangan mengumbar cerita di sosial media, ingat dengan undang-undang ITE, apalagi jika cerita yang disebar tidak terbukti kebenarannya. Pihak yang merasa dirugikan dapat melakukan penuntutan pencemaran nama baik.

4. Ambil tindakan

Jika perundungan sudah sampai pada tingkat yang membahayakan, orang tua harus campur tangan. Bila perlu izinkan anak diam di rumah sampai situasi terkendali.

Hubungi pihak sekolah, sampaikan semua bukti yang ada. Sekolah tentu akan menanggapi dengan serius dan mengambil tindakan tegas jika aksi perundungan sudah masuk ke tingkat yang berbahaya. Dengar apa langkah yang akan diambil sekolah dan terus pantau perkembangan situasi.

Untuk tingkatan tertentu perundungan bisa masuk ke ranah hukum, ketentuannya dapat dilihat pada pasal 170 KUHP, yang berbunyi “Barang siapa yang di muka umum melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, dihukum penjara…dst.”

Pendampingan dan dukungan orang tua memberikan kekuatan bagi anak untuk melewati situasi sulit seperti perundungan. Kepercayaan diri mereka akan timbul. Jangan biarkan mereka menghadapi perundungan seorang diri.

Sumber: https://www.stopbullying.gov/bullying/what-is-bullying

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun