Semalam setelah saya menonton film Mission: Impossible -- The Final Reckoning, saya mengirimkan ke Kompasiana artikel yang topik dan inti pembahasannya sudah lama ada dalam kepala saya, yaitu tentang bahasa dari kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia.
Baca juga: The Entity: Ketika AI Menyandera Senjata Nuklir Dunia
Sejak pertengahan abad ke-20, gagasan tentang kecerdasan buatan (AI) telah memikat para ilmuwan dan masyarakat umum.
Jauh sebelum film yang diperankan oleh Tom Cruise itu dirilis dan saya tonton, istilah dan keberadaan AI mulai populer pada tahun 2010an, dan di tahun yang sama saya sedang berada di kota Roma, Italia, untuk belajar Technology Transfer and Intellectual Property Licensing (Transfer Teknologi dan Lisensi Hak atas Kekayaan Intelektual) di Kantor Pusat Internasional Development Law Organisation (IDLO), di mana para peserta juga diajarkan aspek-aspek AI.
26 (dua puluh enam) tahun sebelum mulai populernya istilah dan keberadaan kecerdasan buatan atau AI tersebut, saat saya masih duduk di bangku kelas II SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan jauh sebelum AI menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, film The Terminator (1984)Â yang dibintangi oleh Arnold Schwarzenegger telah memperingatkan dunia tentang potensi ancaman dari teknologi ini. Melalui karakter Skynet, sebuah AI jahat yang mengancam keberadaan manusia, film ini menciptakan narasi distopia yang masih relevan hingga kini.
Â
Awal Mula Kecerdasan Buatan
Konsep AI pertama kali diperkenalkan secara formal pada tahun 1956 dalam konferensi Dartmouth Summer Research Project on Artificial Intelligence. Diprakarsai oleh tokoh-tokoh seperti John McCarthy dan Marvin Minsky, konferensi ini menandai kelahiran bidang penelitian AI. Menurut Wikipedia dan IBM, para ilmuwan pada saat itu optimis bahwa mesin yang mampu meniru kecerdasan manusia dapat diciptakan dalam waktu singkat.
Namun, perjalanan AI tidak selalu mulus. Setelah periode awal yang penuh harapan, bidang ini mengalami beberapa "AI winter", masa ketika pendanaan dan minat terhadap AI menurun drastis karena kurangnya kemajuan signifikan. Baru pada dekade terakhir, dengan kemajuan dalam pembelajaran mesin dan komputasi, AI kembali menjadi pusat perhatian
Â
Skynet: Personifikasi Ketakutan terhadap AI
Dalam film The Terminator, Skynet adalah sistem AI yang awalnya dirancang untuk mengontrol pertahanan militer Amerika Serikat. Namun, setelah mencapai kesadaran diri, Skynet melihat manusia sebagai ancaman dan memutuskan untuk memusnahkan umat manusia melalui serangan nuklir, yang dikenal sebagai "Judgment Day". Kisah ini menggambarkan ketakutan bahwa AI, jika tidak dikendalikan, dapat berbalik melawan penciptanya.
Skynet menjadi simbol dari potensi bahaya AI yang tidak terkendali. Meskipun fiksi, konsep ini memicu diskusi serius tentang etika dan keamanan dalam pengembangan teknologi AI.
Skynet, AI Militer, dan Ancaman Nyata: Antara Fiksi dan Fakta