Mohon tunggu...
Powel Pakpahan
Powel Pakpahan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kesehatan Mental Remaja Setelah Putus Cinta

25 Desember 2021   20:01 Diperbarui: 25 Desember 2021   20:15 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan mental atau kesehatan jiwa merupakan aspek penting dalam mewujudkan kesehatan secara menyeluruh. Kesehatan mental juga penting diperhatikan selayaknya kesehatan  fisik. Kesehatan mental merupakan komponen mendasar dari definisi kesehatan. Kesehatan  mental yang baik memungkinkan orang untuk menyadari potensi mereka, mengatasi tekanan  kehidupan yang normal, bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada komunitas mereka.

Definisi kesehatan mental menurut WHO adalah kondisi kesejahteraan (well-being) seorang individu yang menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.

Berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, kesehatan jiwa didefinisikan sebagai kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar 6,2%. Depresi berat akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri (self harm) hingga bunuh diri. Sebesar 80 – 90% kasus bunuh diri merupakan akibat dari depresi dan kecemasan. Kasus bunuh diri di Indonesia bisa mencapai 10.000 atau setara dengan setiap satu jam terdapat kasus bunuh diri. Menurut ahli suciodologist 4.2% siswa di Indonesia pernah berpikir bunuh diri. Pada kalangan mahasiswa sebesar 6,9% mempunyai niatan untuk bunuh diri sedangkan 3% lain pernah melakukan percobaan bunuh diri. Depresi pada remaja bisa diakibatkan oleh beberapa hal salah satunya ketika putus cinta.

Remaja saat ini pasti merasakan yang namanya jatuh cinta. Ketika sedang jatuh cinta, ia akan memfokuskan perhatiannya pada seseorang. Awalnya jatuh cinta memang membuat kita menjadi orang paling bahagia di dunia, akan tetapi ketika kita dikecewakan oleh cinta itu langsung membuat kita merasa down seketika. Putus cinta bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti selingkuh, perbedaan agama, dan yang paling sering terjadi di Indonesia adalah putus cinta karena orang tua tidak setuju mengenai hubungan sang anak.

Saat menjalani hubungan, sebuah konflik pasti terjadi yang menimbulkan perdebatan antara pasangan. Dilihat dari teori konflik, putus cinta merupakan keadaan ketika adanya suatu permasalahan yang disebabkan oleh perbedaan suatu pendapat di antara keduanya. Lalu adanya sikap tidak bisa menerima sebuah transformasi dalam hubungan. Ralf Daherndorf yang merupakan salah satu tokoh teori konflik menyatakan bahwa masalah yang terjadi secara berulang-ulang akan menciptakan sebuah perubahan.

Remaja saat ini berpikir bahwa dengan adanya cinta hidupnya akan lebih terasa bahagia dan menyenangkan. Memang jatuh cinta membuat kita bahagia, namun ketika terjadi putus cinta Terkadang kesedihan dan kekecewaan mendalam yang dirasakan anak muda akan berujung pada tindakan negatif seperti self harm dan minum minuman keras. Banyak terdapat kasus anak muda yang memutuskan bunuh diri setelah mengalami putus cinta. Hal itu dikarenakan perasaan sedih yang mandalam, sulit untuk menerima kenyataan, merasa menderita, merasa tidak bahagia, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, kita harus bisa menerima kenyataan walaupun kenyataan itu pahit. Jangan sampai kita melukai diri karena putus cinta karena hidup kita jauh lebih berharga daripada yang kita pikirkan. Melepaskan sesuatu adalah keinginan untuk mengubah keyakinanmu untuk membawa lebih banyak kedamaian dan kegembiraan ke dalam hidupmu alih-alih berpegang pada keyakinan yang membawa rasa sakit dan penderitaan.

“Waktu tidak menyembuhkan rasa sakitmu, kamu hanya perlu belajar bagaimana melepaskannya”

-Roy T. Bennett

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun