Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Memakai APD Level Tiga 8-10 Jam Sehari Itu Memangnya Enak?

10 Agustus 2020   05:53 Diperbarui: 10 Agustus 2020   10:55 3087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi pribadi

"Dok, ini ada "PR" (pekerjaan rumah) dari Kepala Ruangan...," Kata perawat yang mendampingi saya mengunjungi (visite) pasien suspect (diduga) maupun terkonfirmasi covid-19 di bangsal khusus penyakit itu di lantai 4 rumah sakit kami.

"Oh, banyak juga, ya?" Tanya saya melihat belasan status pasien yang harus diisi resume medisnya atau diganti diagnosisnya yang tadinya diduga Covid-19 tetapi ternyata hasil pemeriksaan pulasan hidung-mulut PCR (polymerase chain reaction) sudah ada dan hasilnya positif.

Ada beberapa pasien yang sangat khas sesaknya, batuknya, suara berisik di paru-parunya (ronkhi) ternyata hasil PCR-swab negatif. Sebaliknya ada pasien yang datang dengan gejala hanya diare tetapi demam dan "rapid test antibody covid-19" positif, ternyata hasil PCR-swab-nya positif.

Ada pula kasus dengan gejala mirip "stroke", pingsan dan tidak sadarkan diri dengan riwayat darah tinggi dan sehari sebelumnya makan banyak daging kambing, saya yakin ini gara-gara masalah sumbatan atau pecah pembuluh darah di otak, tetapi ternyata hasil PCR-swab-nya positif. 

Apakah virus ini menginfeksi si pasien saat di rumah atau saat ramai-ramai memotong kambing, wawancara saya ke anak si pasien belum sampai sejauh itu karena pasien memang kondisinya gawat dan akhirnya memang meninggal dunia.


Bagi Anda yang belum pernah merasakan beratnya merawat pasien Covid-19, dapat merasakan gerahnya teman-teman perawat yang harus 8-10 jam mengasuh pasien-pasien ini dengan memakai alat pelindung diri (APD) tingkat tiga, yang terdiri dari baju pelindung (hazmat), sarung tangan, sepatu pelindung , masker N95 dan kaca mata "google". 

Sangat tidak nyaman, apalagi di siang hari yang suhunya 25-30 derajat celcius serta ruangan yang tidak boleh memakai air conditioner.

Memakai dan membuka APD inipun ada urut-urutannya dan setiap urutan harus memakai "hand sanitizer" sebagai pembersih untuk meyakinkan tidak ada peluang virus menginfeksi petugas saat kontak dengan pasien atau dengan lingkungan bangsal. 

Bila harus buang air kecil atau besar atau minum dan makan, APD-nya harus dibuka, maka harus diganti yang baru lagi dengan proses pasang serumit itu lagi, maka jangan heran kalau perawat bangsal ini memilih tidak makan, tidak minum, tidak BAB dan BAK selama bertugas.

Jangan pula bilang Anda tidak ada urusan dengan APD tersebut dan itu hanya urusan perawat, karena suatu saat kalau wabah tambah meluas dan semua perawat sudah kelelahan atau sudah sakit demikian juga dokter dan Anda sebagai keluarga pasien harus ikut membantu menjaga keluarga Anda atau pasien lain yang satu kamar, Anda terpaksa memakai APD ini, maka Anda harus siap-siap mematuhi prosedur memakainya.

Seperti di gambar di bawah ini:

Sumber: inaheart.org
Sumber: inaheart.org
Saya bukan menakut-nakuti, tetapi pandemi tetaplah pandemi dan biasanya berlangsung 2-3 tahun, mempelajari protokol kesehatan mungkin lebih baik daripada "cuek" dengan itu karena belum tentu setelah vaksin ada maka virus ini hilang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun