3. Politik ala Obama yang menjabat 2 periode sebagai Presiden Amerika Serikat (2009-2017) membuat tatanan baru dimana hak-hak minoritas di Amerika Serikat lebih diperhatikan, juga lebih memperhatikan kaum marjinal secara ekonomi dan politik luar negeri yang lebih damai dengan musuh-musuh Amerika sebelumnya.
Mungkin terpilihnya dia yang berdarah Afrika pertama yang menjadi presiden Amerika Serikat karena dari awal kampanyenya mengutamakan harapan dan perubahan. Harapan dapat terjadi kalau yang selama ini politik memihak pemodal berganti memihal "wong cilik" dan perubahan ke dunia yang lebih damai. Â
Saya pribadi kurang setuju dengan sikap politiknya yang mendukung pernikahan sejenis di Amerika atas nama hak azazi dan beberapa perang yang dideklarasikannya saat menjadi presiden, tetapi tetap saja untuk sebuah negara yang sangat tertata dan sistem pembentukan undang-undang yang "njlimet" di Amerika Serikat maka beberapa gebrakan Obama tetap fenomenal di dekade terakhir.
Dunia politik di Indonesia mungkin sulit ber-"new normal" di media sosial namun di dunia nyata mereka tetap harus menerima kenyataan ada pembatasan ini-itu dan kenyataan bahwa selalu nyinyir berbeda dengan apa yang disepakati banyak komunitas akan membuat si politisi menjadi aneh sendiri.
Maka dari itu tetap harus belajar memilah mana yang harus didukung dan serius mengeksposenya dan mana yang harus dikoreksi walau caranya tetap elegan dan jangan kasar, karena di masa wabah covid 19 ini orang yang bahasanya jelek sering kehilangan popularitas karena dianggap tidak peka.