Menonton film "A Man Called Ahok" semalam, harap-harap cemas juga, apakah aman? Karena di negeri ini, karya senipun dapat saja menjadi masalah kalau di masa kampanye, karena alasan yang dicari-cari.Â
Ternyata setelah menonton filmnya, kata-kata berbahaya yang dapat dipelintir untuk menjadi alasan demonstrasi nyaris tidak ada, semua benar-benar berorientasi ke Ahok (Basuki Tjahaya Purnama) yang terinspirasi dengan filosofi dermawan dan berbagi ayahnya namun sebagai orang Tionghoa yang jujur terbentur dengan pejabat jaman dahulu yang selalu minta upeti.
Filmnya cukup indah pengambilan gambarnya di penambangan timah Belitung dan pantainya, cukup memukau akting Daniel Mananta yang bisa melepas kesannya sebagai "host" Indonesian Idol dan akting pemain lainnya, antara lain Denny Sumargo sebagai ayahnya Ahok waktu muda dan Chew Kin Wah, aktor Malaysia sebagai ayah Ahok saat sudah tua. Film ini disutradarai Putrama Tuta berdasarkan buku Rudi Valinka.
Berbarengan dengan peluncuran film tersebut di 8 November 2018 juga tayang film "Hanum dan Rangga" yang diadaptasi dari novel karya Hanum Rais, disutradarai oleh Benni Setiawan, pemerannya antara lain Rio Dewanto dan Acha Sepriasa. Berkisah tentang kehidupannya selama bekerja di media asing dan interaksinya dengan sang suami.
Dari iklannya terlihat film "Hanum dan Rangga" cukup berkelas dan biayanya cukup banyak, karena ada adegan luar negerinya dan ada muka-muka bulenya juga, tetapi soal terinspirasi, saya rasa perlu faktor "X".
Saya dan istripun menonton di studio yang kursinya 200-an, separuhnya penuh, lumayanlah buat Palembang yang tidak pernah dipimpin Ahok sebagai gubernur ataupun walikota.
Tetapi yang menarik adanya "fans" masing-masing film yang berbasis dunia politik menjadi seperti mau ke TPS (tempat pemungutan suara) saja dengan adanya penayangan film ini, sehingga yang tadinya tidak berniat nonton, terpaksa menonton karena kedua film seolah sedang lomba lari dan jangan sampai jagoannya dipermalukan.
Jujur ini teknik marketing baru di dunia film Indonesia, berani adu nyali tayang dua film dengan basis penggemar yang berbeda dan konon berlawanan. Menarik untuk disimak berapa jumlah penontonnya nanti di akhir masa tayang.