Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Perbedaan Antusiasme Kompasianer atas Film "A Man Called Ahok" dibanding "Hanum dan Rangga"

11 November 2018   06:25 Diperbarui: 16 November 2018   05:46 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menonton film "A Man Called Ahok" semalam, harap-harap cemas juga, apakah aman? Karena di negeri ini, karya senipun dapat saja menjadi masalah kalau di masa kampanye, karena alasan yang dicari-cari. 

Ternyata setelah menonton filmnya, kata-kata berbahaya yang dapat dipelintir untuk menjadi alasan demonstrasi nyaris tidak ada, semua benar-benar berorientasi ke Ahok (Basuki Tjahaya Purnama) yang terinspirasi dengan filosofi dermawan dan berbagi ayahnya namun sebagai orang Tionghoa yang jujur terbentur dengan pejabat jaman dahulu yang selalu minta upeti.

Filmnya cukup indah pengambilan gambarnya di penambangan timah Belitung dan pantainya, cukup memukau akting Daniel Mananta yang bisa melepas kesannya sebagai "host" Indonesian Idol dan akting pemain lainnya, antara lain Denny Sumargo sebagai ayahnya Ahok waktu muda dan Chew Kin Wah, aktor Malaysia sebagai ayah Ahok saat sudah tua. Film ini disutradarai Putrama Tuta berdasarkan buku Rudi Valinka.

Berbarengan dengan peluncuran film tersebut di 8 November 2018 juga tayang film "Hanum dan Rangga" yang diadaptasi dari novel karya Hanum Rais, disutradarai oleh Benni Setiawan, pemerannya antara lain Rio Dewanto dan Acha Sepriasa. Berkisah tentang kehidupannya selama bekerja di media asing dan interaksinya dengan sang suami.

sumber: Kompasiana.com
sumber: Kompasiana.com
Saya tidak menonton film Hanum dan Rangga, kalau uang sendiri, kalau ditraktirpun lihat-lihat waktu senggang dahulu. Inipun terlihat dari antusiasme warga kompasiana yang membahas film "Hanum dan Rangga" baru 1, sementara yang membahas filmnya Ahok sudah 11 termasuk yang ini saya tulis. 

Dari iklannya terlihat film "Hanum dan Rangga" cukup berkelas dan biayanya cukup banyak, karena ada adegan luar negerinya dan ada muka-muka bulenya juga, tetapi soal terinspirasi, saya rasa perlu faktor "X".

Sumber: tribun jatim.com
Sumber: tribun jatim.com
Bandingkan dengan dunia maya, tatkala akun Doni meng-"tweet" perbedaan kursi yang menonton kedua film tersebut di sebuah bioskop, sayangnya dia mengira kursi yang warna hijau adalah yang terisi sementara yang merah yang kosong, padahal kenyataannya adalah sebaliknya. Jadi, "postingannya" yang terkesan menjagokan filmnya mbak Hanum jadi malah menjadi lucu.

Saya dan istripun menonton di studio yang kursinya 200-an, separuhnya penuh, lumayanlah buat Palembang yang tidak pernah dipimpin Ahok sebagai gubernur ataupun walikota.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Yang saya salut, keberanian MD dan produsernya film Ahok  "duel" tayang bersama tanggal 8 November 2018 yang membuat seolah menjadi ada nilai politis tersendiri di sebuah karya seni yang lumayan bagus. Kalau misalnya dikelang sebulan saja, maka jumlah penontonnya dapat saja beda.

Tetapi yang menarik adanya "fans" masing-masing film yang berbasis dunia politik menjadi seperti mau ke TPS (tempat pemungutan suara) saja dengan adanya penayangan film ini, sehingga yang tadinya tidak berniat nonton, terpaksa menonton karena kedua film seolah sedang lomba lari dan jangan sampai jagoannya dipermalukan.

Jujur ini teknik marketing baru di dunia film Indonesia, berani adu nyali tayang dua film dengan basis penggemar yang berbeda dan konon berlawanan. Menarik untuk disimak berapa jumlah penontonnya nanti di akhir masa tayang.

dari FB Kompal
dari FB Kompal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun