Mohon tunggu...
Mohamad Irvan Irfan
Mohamad Irvan Irfan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Aktifis Sosial

Sedang belajar jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bebas dari Peraturan-Peraturan yang Mengekang, Daya Tarik Anarkisme bagi Kaum Muda

17 Mei 2019   00:10 Diperbarui: 11 Desember 2019   23:01 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun ada kemiripan dan benang merah dari semua gagasan-gagasan dan pemikiran-pemikiran Anarkis yaitu hasrat akan masyarakat yang bebas, dari semua lembaga-lembaga sosial dan politik yang koersif, represif, yang menghalangi, membelenggu, mengekang  perekembangan suatu humanitas yang merdeka bebas. 

Namun banyak pula kritik yang dilayangkan kepada pemikiran-pemikiran Anarkisme. Ada beberapa kritik dengan argumen yang kuat terhadap dasar dari pemikiran-pemikiran Anarkisme.

Kritik terhadap Anarkisme

Memang ada banyak konseptualisasi anarkisme, namun ada yang mendasari semua pemikiran-pemikiran tersebut, yaitu sifat manusia, seperti yang dikonseptualkan oleh Kropotkin, Bakunin, dan Chomsky, yaitu kerja sama dan belas kasih (cooperation and compassion). 

Fokus dari kritik terhadap anarkisme adalah sifat manusia, yaitu kritik mengenai keyakinan bahwa sifat orang adalah bisa bekerja sama dan belas kasih jika tak ada kekuatan otoritas eksternal. Kritik terhadap ini datang dari GA Cohen (1942-2009) asal Kanada dan Bertrand Russel (1872-1970), asal Inggris.  Menurut mereka berdua bahwa orang tak semuanya (mau bekerja sama dan berbelas kasih), malah cenderung egois. Jika orang-orang  itu egois, maka orang-orang tak bekerja bersama dengan baik oleh mereka sendiri, humanitas tak ada kemajuan, dengan demikian kita butuh kontrak sosial agar bisa bekerja bersama dan dengan begitu semua orang bisa bekerja bersama dengan baik. 

Satu-satunya cara agar orang-orang bekerja bersama dengan baik adalah bila ada seorang penguasa yang akan memaksakan, mendesakkan,  dan mengendalikan kita dan membuat keadaan menjadi kondusif bagi kita untuk saling bekerja sama. Tanpa negara, kita secara alamiah akan kembali kepada tindakan-tindakan egois kita, dengan demikian tak bisa bekerja sama seperti yang diperlukan oleh Anarkisme untuk beroperasi sebagai suatu struktur komunitas atau masyarakat.  Memang dalam situasi darurat seperti situasi bencana, seperti argumennya Cohen kita bisa bekerja sama dan berbelas kasih, tidak egois, namun bisakah kita secara alamiah atau dapatkah kita cukup koperatif dan belas kasih sehingga dapat menghilangkan semua kekuasaan otoritatif? Menurut Russel tidak bisa. Russel menyatakan bahwa bila setiap orang diberikan kebebasan absolut, tanpa kekekuatan eksternal yang diberikan kuasa kendali, maka " yang kuat akan menindas yang lemah, mayoritas akan menindas minoritas, atau para pecinta kekerasan akan menindas orang-orang pecinta perdamaian." Kesimpulannya adalah komunitas ideal yang dicita-citakan anarkis, bagaimnapun juga untuk saat ini tidak kompatibel dengan dunia yang diinginkan oleh anarkis.

Banyak penganut anarkis percaya bahwa kompetisi atau persaingan hanya terjadi antara individu dengan individu. Akan tetapi tak perlu jauh jauh ke jaman Batu hanya untuk melihat bahwa persaingan atau kompetisi yang paling brutal terjadi pada tingakat komunitas-komunitas.  Hasil paling akhir dari persaingan adalah ketidaksamaaan. Ia datang dari beberapa faktor seperti lokasi geografis, akses terhdap sumber daya, iklim, bakat-bakat manusia, dsb. Mengapa sebuah komunitas yang lebih makmur  harus menyerahkan kemakmurannya kepada komunitas-komunitas yang kurang makmur?

Memang cita-cita penganut anarkisme  akan kebebasan absolut tanpa ada negara yang mengatur mengesankan orang-orang, terutama anak-anak muda belia yang sedang mencari jati diri, dan tidak suka diatur-atur, ingin bebas. Maka tidak heran jika anarkisme banyak menarik anak-anak muda belia. Namun dibalik cita-cita indah tersebut perlu diwaspadai kecendrungan kepada tindakan-tindak destruktif. Tapi juga jangan pula dihadapi dengan koersi dan represi. Adalah dialog, menurut saya, cara yang terbaik dan paling persuasif agar gerakan anarkisme yang sedang tumbuh kembang di Indonesia tersebut menghindari memakai cara-cara yang destruktif, kekerasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun