Mohon tunggu...
Mohamad Irvan Irfan
Mohamad Irvan Irfan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Aktifis Sosial

Sedang belajar jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bebas dari Peraturan-Peraturan yang Mengekang, Daya Tarik Anarkisme bagi Kaum Muda

17 Mei 2019   00:10 Diperbarui: 11 Desember 2019   23:01 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelompok  massa berbaju hitam-hitam yang membuat kericuhan dan aksi vandalisme saat aksi May Day di Kota Bandung, menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian adalah kelompok Anarcho-syndicalism. Ada dua pernyataan penting yang disampaikan oleh Pak Kalpolri, yaitu:  Kelompok ini sebagai fenomena di kalangan pekerja di Indonesia, fenomena tersebut bukan fenomena lokal, tapi fenomena internasional, di Indonesia muncul beberapa tahun belakangan ini. Juga fakta bahwa sebagian besar massa tersebut adalah anak-anak ABG, anak-anak SMP dan SMA, anak-anak muda remaja belia

Pertama-tama perlu kita pahami bahwa Anarcho-Syndicalism adalah salah satu dari varian gerakan dan pemikiiran dari Anarkisme. Pandangan ajaran anarkisme memiliki banyak varian dan juga variasi pemikirannya, juga pemikirnya. Anarkisme telah memiliki sejarah yang sangat panjang, telah eksis berabad-abad dengan pasang surutnya. Demiikian pula di Indonesia, anarkisme dan varian-varian  gerakannya sudah ada sejak sebelum kemerdekaan Indonesia. Lalu surut setelah kemerdekaan, muncul kembali pada tahun 1990-an. Dan internet turut andil dalam penyebaran gagasan-gagasan dan lahirnya bibit-bibit gerakan anarkisme di Indonesia, seperti anarko-syndikalism di kalangan pekerja, anarko ressurection, dan anarko-counterculture (misalnya komunitas Punk, yang banyak diikuti oleh anak-anak muda). Banyak menarik anak-anak muda karena esensi dari Anarkisme adalah menentang segala otoritas (baik itu otoritas negara baik sipil maupun militer karena negara selalu  menindas, membelenggu dan mengekang kebebasan dan egalitarian. Dan tak semua anarkisme mengusung kekerasan sebagai cara atau strategi perjuangannya, ada varian dari gerakan anarkisme yang lebih memilih non violence sebagai strateginya (misalnya dengan cara pembangkangan sipil), misalnya gerakan anarko-pasifisme, Anarko Religious, green anarchism, dan sebagainya. Dengan demikian kita harus mulai dari apa itu Anarkisme?

Ketika orang-orang mendengar kata "anarchy," kebanyakan yang ada di benak mereka adalah chaos. Tergambar dalam pikiran mereka geng-geng yang berkelahi di jalan-jalan, penjarahan dan kerusuhan, tanpa polisi yang membantu mengakhiri kegilaan tersebut. Sulit bagi orang-orang menyaksikan atau mendengar seseorang atau sekelompok orang mengumumkan mereka sebagai seorang "anarkis." Lagipula, kebanyakan berita mengenai anarkis di media nasional maupun internasional berfokus kepada aksi demonstrasi-demonstrasi yang diringi dengan kekerasan.

Namun mungkin orang akan terkejut jika mengenal lebih jauh.Di sini saya bukan sedang mempromosikan pemikiran-pemikiran anarkisme, tapi agar publik mengetahui garis besar gagasan-gagasan dari para pemikir dan teoritisi Anarkisme dan anarko sindikalisme. Dan saya lebih suka cara-cara dialogis di dalam menangani suatu suatu kelompok penganut gagasan,pemikiran, ajaran, bukan dengan cara koersif dan represif.

Sejarah Pemikiran Anarkisme

Meskipun gagasan-gagasan, pemikiran-pemikiran, dan teori-teori Anarkis telah ada sejak jaman kuno seperti di Tiongkok kuno, ada Lao-Tse (The Course and The Right Way),  dan juga filsuf-filsuf yunani kuno seperti para penganut pemikiran hedonis dan Sinis yang menggaungkan Natural.  Right. Di abad pertengahan ada Peter Chelcicky dan Rabelais yang menyebarkan pandangan akan kehiidupaan yang bebas dari kekangan-kekangan otoritas. 

Antara abad ke 18 dan 19 ada William Godwin asal Inggris punya pandangan bahwa manusia hanya bisa hidup alamiah dan bebas saat syarat-syarat ekonomi yang layak untuk hal tersebut sudah siap, dan orang tak lagi menjadi subyek untuk mengeksploitasi orang lain. Ia juga mengumandangkan kepemilikan sosial atas tanah dan alat-alat kerja, dan kehidupan ekonomi dijalankan oleh koperasi-koperasi produsen yang bebas, independen.  Juga ada Charles Fourier, asal Perancis,  salah satu pionir gagasan-gagasan libertarian. Fourrier bahwa perhatian dan kerja sama adalah kunci dari keberhasilan sosial. Ia percaya bahwa suatu masyarakat yang bekerja sama akan melihar sebuah peningkatan yang besar sekali  di dalam tingkat produktifitas mereka. Fourier mengkategorikan kemiskinan sebagai penyebab utama ketidaktertiban di dalam masyarakat, dan dia mengusulkan untuk menghapusnya dengan upah yang cukup tinggi dan dengan  "upah minimum" bagi mereka yang sudah tak sanggup bekerja.

Adalah Josep Proudhon, asal perancis, yang hidup pada abad ke 19, yang memberikan pengaruh yang sangat besar bagi berkembang pesatnya gagasan-gagasan dan pemikiran Anarkis, dan juga salah seorang  peletak dasar sosialisme moderen. Proudhon bukanlah seorang komunis. Ia mengutuk kepemilikan sebagai hak istimewa untuk eksploitasi, namun dia menerima gagasan kepemilikan sosial atas alat-alat kerja. Ia ingin masyarakat menjadi sebuah liga dari komunitas-komunitas bebas yang mengatur urusan mereka menurut kebutuhan, baik itu oleh mereka sendiri maupun di dalam asosisasi dengan yang lainnya, dan di dalamnya kebebasan seseorang adalah sama dengan kebebasan yang dimiliki orang  lain. Individu yang lebih bebas, lebih independen, dan giat berusaha akan menciptakan masyarakat yang lebih baik.

 Michael A. Bakunin, asal Rusia, hidup di abad ke 19, adalah tokoh Anarkis yang membuat pemikiran-pemikiran Proudhon menjadi revolusioner. . Misalnya ia mengumandangkan kepemilikan kolektif atas tanah dan alat-alat produksi. Namun ia menolak disebut Komunis. Ia menentang komunisme, karena komunisme menyatukan semua kekuatan masyarakat ke dalam negara dan terserap ke dalamnya, juga karena ia mengakibatkan konsentrasi semua kepemilikan di tangan negara. Sementara itu Bakunin ingin menghapus semua kekuasan politik dan eksploitasi ekonomi, dan menggantinya dengan federasi asosiasi-asosiasi independen produsen dan konsumen untuk kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Hanya revolusi sosial berskala internasional yang bisa mengubahnya. karena kelas penguasa buta dan tuli terhadap semua kemungkinan perbaikan-perbaikan sosial.

Kemudian ada Peter Kropotkin, yang hidup pada paruh akhir abad 19 sampai paruh awal abad ke 20. Berbeda dengan konsep mutualisme nya Proudhon, dan kolektivisme nya Bakunin, Kropotkin mengumandangkan kepemilikan bersama bukan hanya alat-alat produksi tapi juga hasil dari kerjanya.

Tokoh-tokoh di atas adalah tokoh-tokoh besar, tokoh-tokoh klasik, peletak dasar-dasar Anarkisme. Setelah itu bermunculan banyak varian-varian dari anarkisme beserta tokoh-tokoh besarnya. Sebut saja Green Anarchism dengan tokoh besarnya Henry David Thoreau dan Murray Bookchin. Anarcho Feminism dengan tokoh besarnya yaitu Emma Goldman, Lucy Parsons, dan Volterine de Cleyre.  Anarcho Pacifism, terinspirasi dari Leo Tolstoy, Gandhi, dan David Thoreoau. Mereka mengumandangkan anti violence dalam mencapai tujuan. Kemudian ada juga Religious Anarchism. 

Anarko Sindikalisme

Josep Proudhon adalah peletak dasar dari gagasan-gagasan fundamental Anarko Sindikalisme. Tapi adalah Rudolf Rocker yang paling dianggap sebagai teoritisi terkemuka dari Anarko Sindakalisme lewat tulisannya "Anarchosyndicalism." Anarko Sindikalisme muncul pada awal-awal abad 20, sebagai sebuah mazhab pemikiran yang berbeda di dalam  keluarga besar Anarkisme. Ia lebih fokus kepada gerakan buruh ketimbang bentuk-bentuk anarkisme lainnya.  sindakalisme menempatkan serikat buruh/serikat pekerja  radikal sebagai kekuatan potensial perubahan sosial yang revolusioner, merubah kapitalisme dan negara menjadi secara demokratis dikelola sendiri oleh buruh/pekerja. Prinsip-prinsip dasar Sindikalisme antara lain adalah solidaritas buruh, aksi langsung (mogok, dsb) dan Manajemen Swadaya/Swakarsa Buruh/Pekerja (Workers' Self-Management).

Meskipun lebih sering diasosiasikan dengan perjuangan buruh pada paruh awal abad ke 20 (terutama di Italia dan Spanyol), saat ini masih banyak organisasi-organisasi sindikalis besar dan masih aktif seperti SAC di Swedia, USI di Italia, CNT di Spanyol dan Portugal. Organisasi-organisasi ini bersifat lintas batas negara dan merupakan anggota dari International Workes Association. Anggota-anggota IWA tersebar di berbagai wilayah dunia, di benua Amerika, Eropa, dan Australia. 

Di Asia, anarkisme berkembang pada awal-awal abad 20. Bermula di Jepang, Anarkisme dipelopori oleh Kotoku Shusui, yang memulai karir politiknya sebagai Marxist ortodox, lalu berubah haluan menjadi Anarkisme pada tahun 1905. Ia memperkenalkan Anarcho Communism dan Anarko Syndicalism kepada orang-orang radikal di Jepang. Ia juga terlibat di dalam pembentukan pertautan serikat buruh dengan organisasi-organisasi koperasi untuk menyediakan basis bagi komune anarkis pada saat dan setelah revolusi. Menurutnya kaum pekerja harus mmeperjuangankan dirinya melalui pemogokan umum dan bukan bergantung kepada Parlemen. Lalu ada Akabe Hajime, ia menggagas "kembali ke komunitas desa", ia menggambarkan desa-desa di Jepang sebagai contoh kehidupan anarki yitu "sebuah kehidupan sosial yang berdasarkan "Mutual Agreement dan Mutual Aid." Ada Ito Noe, seorang Anarko Feminis. Seperti Anarkis di Eropa dan Amerika Latin, kaum anarkis Jepang berupaya menyatukan perjuangan buruh dan petani untuk menperjuangkan sebuah Masyarakat yang bebas. Anarkis menjadi sebuah kekuatan yang siknifikan di Jepang selama dekade 1920-an.

Anarkisme di Tiongkok bermula pada juga pada awal abad 20, yaitu pada tahun 1907 ketika dua orang tiongkok, Liu Shipei dan Zhang Ji,  anggota kelompok studi sosialisme berkontak dengan Kotoku Shusui. Kotoku memperkenalkan ide-ide Kropotkin dan Anarko Syndicalism kepada kedua orang asal Tiongkok tersebut. Lalu Zhang menulis di Jurnal Anarkis yang terbit di Tokyo sebuah serial artikel yang mengumandangkan sebuah revolusi petani di Tiongkok dan "kombinasi pertanian dan industri" seperti yang digagas oleh Kropotkin.  Ada He Zhen, pionir Anarko Feminis Tiongkok. Ia dipengaruhi oleh Emma Goldman. Ia banyak mengumandangkan Women Liberation, terutama di Tiongkok, dimana kondisi perempuannya menyedihkan. He Zhen kukuh bahwa Perempuan harus meraih kebebasannya tanpa bersandar pada pemberian dari laki-laki.  Kelompok Anarkis di Guangzhou mulai mengorganisi buruh dan membentuk serikat buruh tiongkok pertama.

Di India ada dua gerakan besar yang dipengaruhi oleh gagasan-gagasan anarkis yaitu Ghadar dan Sarvodaya. Gerakan Ghadar memainkan peran siknifikan di India sebelum kemerdekaan. Ghadar mengusung gagasan desentralis, egalitarian, Sosialis merdeka, anti kapitalis, anti rasis, anti imperialis, dan universalis. Dan beberapa organisasi-organisasi anarkis juga mengorganisir buruh dan membentuk serikat-serikat buruh sindikalis. Serikat-serikat buruh yang membela buruh namun dengan tujuan-tujuan revolusioner. Sementara gerakan Sarvodaya, banyak dipengaruhi oleh JP Narayan, pendiri Partai Sosialis. Di bawah pimpinan Narayan, Partai Sosialis semakin bergerak ke arah anarkisme, sangat kencang anti negara dan anti parlementerisme nya. Setelah berdrinya negara India, Narayan bersama teman segerakan Sarvodaya, Vinobha Bhave, terjun ke masyarakat akar rumput, dan mendorong Sarvodaya semakin dekat dengan Anarkisme. Pada tahun 1969 Sarvodaya mengklaim telah mengorganisir 140 ribu desa yang telah mendeklarasikan diri kepemilikan komunal atas desa-desa tersebut. Gerakan anarkis lainnya di India yang lebih kontemporer adalah Sharamik Mukti Dal, yang memiliki tujuan mengganti kekuasaan negara dengan "jaringan terorganisir pusat-pusat agro industrial yang desentralis dan seimbang secara ekologi."

Di Vietnam, ada dua figur pelopor anarkis yaitu Pan Boi Chou dan Nguyen Anh Ninh. Pan Boi Chou banyak dipengaruhi oleh figur-figur anarchist dari Jepang dan tiongkok. Aktifitas politik radikal anti kolonial Pan Boi Chou di Vietnam sangat meresahkan kolonial Perancis. Pihak kolonial menuduh Pan Boi Chu sebagai dalang aksi-aksi radikal dan militan, dan menghukumnya dengan hukuman mati in absentia. Nguyen an Ninh, saat ia belajar hukum di Sorbonne, Paris, ia sudah menjadi Anarkis Pasifis Individualis. Saat kembali ke Vietnam ia mendirikan surat kabar Anarkis"Broken Bell." Ia mengedarkan dan menjual ribuan kopi. Aktifitas politiknya ini cukup meresahkan pihak kolonial Perancis. Ia bersama teman-temannya mendirikan organisasi perjuangan "Secret Society." tahun 1930-1931 adalah puncak dari gerakan, banyak terjadi pemogokan-pemogokan oleh serikat-serikat buruh, kerusuhan-keusuhan, demonstrasi-demontrasi petani. Pemerintah Kolonial kemudian berhasil meredamnya pada tahun 1931.  Pada tahun 1939 Nguyen An Ninh dihukum 5 tahun penjara dan 10 tahun diasingkan atas tuduhan mendalangi pemberontakan petani dan buruh. Pada tahun 1940 Jepang menjajah Vietnam, telah mendorong semua faksi revolusioner bergerak jauh di bawah tanah. Pada tahun 1940 Phan boi Chou wafat dalam tahanan rumah, Sementara Nguyen An Ninh wafat di penjara pada tahun 1943. 

Hampir di semua wilayah di berbagai belahan dunia tak ada yang tak terjangkiti Anarkisme. Di Afrika Anarkis ada di Alajazair, Tunisia, Mesir, Afrika Selatan, Uganda, Zimbabwe. Tapi yang terbesar ada di Mesir dan Afrika Selatan. Di Asia terbesar ada di Jepang, Tiongkok, dan India, dan Vietnam juga ada di Korea, Turki. dan Singapura. Di Amerika Utara dan tengah ada di Kanada, Kuba, dan yang terbesar ada di Amerika Serikat. Di Amerika Selatan gerakan anarcho syndicalism berpengaruh dan berperanan besar  di Argentina, Brazil, Bolivia, Chile, ekuador, dan Venezuela. Di wilayah Oseania ada di Australia dan Selandia Baru.

Garakan Anarkisme bisa dibilang meredup selama perang dunia ke II sampai dua dekade setelah Perang Dunia usai. Anarkisme bangkit kembali pada paruh akhir abad ke 20. Terutama dalam gerakan hak-hak sipil di AS dan gerakan anti perang Vietnam. Dan juga di dalam Revolusi 1968 di Paris Perancis. Anarkisme juga berpengaruh dalam gerakan feminisme,  lingkungan hidup dan gerakan Counterculture seperti dalam seksualitas, seni dan bahasa, yang menantang otoritas koersif baik sipil maupun non sipil, bahkan juga otoritas pendidikan.

Menjelang pergantian ke Abad 21, anarkime makin populer dan berpengaruh dalam gerakan-gerakan anti perang, anti kapitalis, dan anti globalisasi. Kelompok Anarkis terkenal atas keterlibatannya dalam protes menentang WTO, World Economic Forum, anti World Bank dan IMF.

Anarkisme di Indonesia

Di dalam sejarah gerakan sosial, gerakan politik di Indonesia,  pemikiran-pemikiran anarkisme sangat sedikiti diketahui. Sejarah Moderen Indonesia lebih banyak di dominasi oleh gerakan-gerakan nasionalis dan gerakan kiri. Namun pada masa sebelum kemerdekaan ada fakta yang menunjukkan bahwa salah satu kritik atas sistem kolonial di Hindia Belanda datang dari seorang penulis anarkis bernama Eduard Douwes Dekker, dengan nama samaran Multatuli.  Tulisan-tulisannya mencoba membangkitkan opini publik menentang kolonialis. Pada awal abad ke 20 tulisan-tulisan multatuli memberikan pengaruh yang siknifikan kepada para anarkis dan buruh-buruh sindikalis di Belanda. 

Ernest Francois Eugene Douwes Dekker, cucu keponakan dari Multatuli, seorang pribumi dari keluarga Indonesia-Eropa, merupakan salah satu dari pemimpin gerakan anti kolonial di Hindia Belanda. Selama perjalanannya di Eropa tahun 1910-1911 ia membangun kontak dengan aktifis dari gerakan radikal untuk pembebasan negeri-negeri koloni, diantaranya Krisnvarma dan Anarkis India Har Dayal.  Kembali ke Jawa ia lalu menerbitkan majalah  "Het Tijdschrift," artikel-artikel dari penulis kiri dan radikal dari luar pun ia terbitkan, termasuk tulisan dari Krisnavarma dan Har Dayal. Pada tahun 1913 ia dengan terbuka menulis bahwa perlawanan terhadap kolonialisme sebagai sebuah kewajiban moral, karena betapapun lunaknya rejim kolonial, sistem ini tetapa saja berdasarkan ketidaksamaan, ketidak adilan dan privilese bagi penguasa, dan menjadi sebuah bentuk despotisme dan tirani. Sebagai metode perjuangan EFE Douwes Dekker menyebutkan demonstrasi, agitasi, revolusi, perlawanan pasif, pemogokan, boikot dan insureksi.  Namun demikian ketika ia membentuk Partai Hindia Nasionalis radikal, tak ada anarchism di dalam program dan kegiatan dari parati ini.

Serikat buruh yang muncul di HIndia Belanda pada dekade pertama abad 20, dipengaruhi oleh Sosialis Marxis, yang pada tajun 1914 membentuk Serikat Sosial Democratis Hindia atau ISDU. Anggotanya aktif di dalam Serikat Serdadu dan Pelaut, yang Pada tahun 1918 mendalangi pemebrontakan serdadu dan pelaut AL di Surabaya. SElain hegemoni  sosial demokrat dalam gerakan ini, ada referensi pengaruh anarkis, meskipun tak seluruhnya jelas darimana sumbernya apakah mereka pendukung sadar dari gagasan-gagasan anarkis,atau sekedar menunjukkan sentimen radikal dan "subversif." 

Juga ada berita mengenai demonstrasi serdadu pelaut di Surabaya pada tahun 1916 yang menyebabkan ketidakpuasan atas buruknya nutrisi dan perlakuan, kurangnya lingkungan yang sehat, surat kabar lokal "Soerabaijasch Nieuwsblad" menyebut bahwa "seseoang pelaut muda dengan gagasan-gagasannya yang jelas-jelas anarkis" berusaha membujuk kawan-kawannya agar jangan berhenti melanggar undang-undang. Demonstrasi dilakukan tanpa persetujuan dari pimpinan Serikat Serdadu Pelaut dan lalu bentrok dengan polisi, dan terjadi tembak menembak, dan mengakibatkan 5 orang terluka. Partai Buruh Sosial Demokrat Belanda  mengeluhkan adanya elemen anarkis diantara pesonil serikat serdadu Pelaut, dan mengumumkan melawan elemen anarkis di tubuh serikat Serdadu.  Sampai-sampai Panglima Angkatan Darat Hindia Belanda mengumandangkan  menangkal militer bergabung dengan serikat dan asosiasi serikat yang membuat "propaganda yang murni anarkis."

Juga ada kerja-kerja propaganda di Hindia Belanda melalui orang-orang anarkis kristen Belanda dan anarko  komunis relijius. Porpaganda mereka mengumandangkan non-violence, Hidup di Alam, vegetarianisme, dsb. Pada tahun 1923 cabang dari gerakan ini terbentuik di Hindia Belanda pada tahun 1923.

Anarkisme di Hindia Belanda juga dilakukan oleh orang-orang anarkis Tiongkok mulai dari sebelum Perang Dunia Pertama.  Mereka melakukan kontak erat dengan orang-orang se-ide di Tiongkok, Filipina, dan British Malaya. Atas inisiatif Biro Komunikasi dari Partai Pekerja yang berbasis di Singapura, cabang-cabang dibentuk di beberapa kota di Hindia Belanda seperti di Makasar, Batavia, Semarang, Surabaya, dan Kupang.

Nampaknya, sel-sel anarkis pertama antara tahun 1914 dan 1916, seperti ditunjukkan oleh Review of The Anarchist Movement in the South East Asia. Dalam laporan tersebut, terbit dalam publikasi anarkis Tiongkok pada tahun 1927, disebutkan bahwa di HIndia Belanda ada "banyak kamerad yang melakukan yang terbaik menyebarkan propadanda "minsheng" ( Suara Rakyat). Surat kabar "Minsheng" dibentuk di Cina SElatan oleh anarkis Liu Shifu. Pada April tahun 1919, anarkis Liu  Shixin, saudara dari Liu Shifu, membentuk "Partai Buruh di Semarang.  Lalu kerja-kerja anarkis juga diatur melalui cabang-cabang Serikat Pekerja orang-orang tiongkok atau Partai Buruh di Surabaya dan kota-kota lainnya. Menurut intelejen Inggris, pemerintah di HIndia Belanda anara tahun 1918-1920-an mengalami masalah yang besar dengan kelompok-kelompok anarkis tiongkok di Jawa, Sumatra dan Celebes.   

Pada bulan Maret Liu Shixin ditangkap, dan dideportasi dari Hindia Belanda karena mempropagandakan gagasan-gagasan anrcho-communism. Begitu pula rekan-rekannya di Jawa juga di deportasi dari Hindia Belanda. 

Meski direpresi, gerakan anarkis tak langsung kalah. Buktinya mereka mengilhami gelombang pemogokan oleh para buruh kereta api yang pecah pada tahun 1920-1921 di sumatra oleh buruh-buruh kereta api dari Perusahaan Deli Railway Company. Mereka menuntut kenaikan upah. Pemogokan tersebut diikuti oleh ribuah kuli kontrak dan buruh sipil kereta api, dan didukung oleh para petani setempat dengan beras dan makanan. Tentara pun dikirim ke sana untuk menumpas pemogokan tersebut.  RAtusan buruh pun ditangkap dan dipenjara, pemogokan pun padam setelah 15 hari mogok. Anarkis tiongkok yang mengilhami pemogokan besar tersebut adalah seorang anarkis komunis, Zhang Shimei, yang datang ke Medan dari Singapura. 

Menurunnya kerja-kerja anarkis di Hindia Belanda bukan hanya karena represi, tapi juga menghilangnya gerakan tersebut di negeri tetangga, malaya.  Salah satu jejak terakhir dari kehadiran anarkis Tiongkok di Hindia Belanda adalah aktifitas dari Fu Wumen. Dia menerbitkan bebrapa macam publikasi anarkis antara tahun 1918-1924. Dan tahun 1928 dia datang ke Surabaya. Sampai tahun 1929 tak ada bukti partisipasinya di dalam gerakan anarkis. 

Meskipun terdapat kontak antara mahasiswa Indonesia di Belanda dengan kaum anarkis Belanda, namun kedua pihak tak menemukan bahasa yang sama. Bagi kaum muda Indonesia nasionalis, mereka menginginkan negara Indonesia merdeka. Sementara kaum anarkis Belanda menganggap pendirian negara Indonesia tidak akan menghapus penindasan oleh kelas penguasa, hanya mengganti penguasa penindasnya. Seiring dengan pendudukan jepang, tak banyak kabar akan gerakan anarkisme selama pendudukan Jepang. Setelah kemerdekaan pun tak ada gerakan anarkisme yang nyata. Sampai kemudian muncul kembali pada tahun 1990-an. 

Namun ada kemiripan dan benang merah dari semua gagasan-gagasan dan pemikiran-pemikiran Anarkis yaitu hasrat akan masyarakat yang bebas, dari semua lembaga-lembaga sosial dan politik yang koersif, represif, yang menghalangi, membelenggu, mengekang  perekembangan suatu humanitas yang merdeka bebas. 

Namun banyak pula kritik yang dilayangkan kepada pemikiran-pemikiran Anarkisme. Ada beberapa kritik dengan argumen yang kuat terhadap dasar dari pemikiran-pemikiran Anarkisme.

Kritik terhadap Anarkisme

Memang ada banyak konseptualisasi anarkisme, namun ada yang mendasari semua pemikiran-pemikiran tersebut, yaitu sifat manusia, seperti yang dikonseptualkan oleh Kropotkin, Bakunin, dan Chomsky, yaitu kerja sama dan belas kasih (cooperation and compassion). 

Fokus dari kritik terhadap anarkisme adalah sifat manusia, yaitu kritik mengenai keyakinan bahwa sifat orang adalah bisa bekerja sama dan belas kasih jika tak ada kekuatan otoritas eksternal. Kritik terhadap ini datang dari GA Cohen (1942-2009) asal Kanada dan Bertrand Russel (1872-1970), asal Inggris.  Menurut mereka berdua bahwa orang tak semuanya (mau bekerja sama dan berbelas kasih), malah cenderung egois. Jika orang-orang  itu egois, maka orang-orang tak bekerja bersama dengan baik oleh mereka sendiri, humanitas tak ada kemajuan, dengan demikian kita butuh kontrak sosial agar bisa bekerja bersama dan dengan begitu semua orang bisa bekerja bersama dengan baik. 

Satu-satunya cara agar orang-orang bekerja bersama dengan baik adalah bila ada seorang penguasa yang akan memaksakan, mendesakkan,  dan mengendalikan kita dan membuat keadaan menjadi kondusif bagi kita untuk saling bekerja sama. Tanpa negara, kita secara alamiah akan kembali kepada tindakan-tindakan egois kita, dengan demikian tak bisa bekerja sama seperti yang diperlukan oleh Anarkisme untuk beroperasi sebagai suatu struktur komunitas atau masyarakat.  Memang dalam situasi darurat seperti situasi bencana, seperti argumennya Cohen kita bisa bekerja sama dan berbelas kasih, tidak egois, namun bisakah kita secara alamiah atau dapatkah kita cukup koperatif dan belas kasih sehingga dapat menghilangkan semua kekuasaan otoritatif? Menurut Russel tidak bisa. Russel menyatakan bahwa bila setiap orang diberikan kebebasan absolut, tanpa kekekuatan eksternal yang diberikan kuasa kendali, maka " yang kuat akan menindas yang lemah, mayoritas akan menindas minoritas, atau para pecinta kekerasan akan menindas orang-orang pecinta perdamaian." Kesimpulannya adalah komunitas ideal yang dicita-citakan anarkis, bagaimnapun juga untuk saat ini tidak kompatibel dengan dunia yang diinginkan oleh anarkis.

Banyak penganut anarkis percaya bahwa kompetisi atau persaingan hanya terjadi antara individu dengan individu. Akan tetapi tak perlu jauh jauh ke jaman Batu hanya untuk melihat bahwa persaingan atau kompetisi yang paling brutal terjadi pada tingakat komunitas-komunitas.  Hasil paling akhir dari persaingan adalah ketidaksamaaan. Ia datang dari beberapa faktor seperti lokasi geografis, akses terhdap sumber daya, iklim, bakat-bakat manusia, dsb. Mengapa sebuah komunitas yang lebih makmur  harus menyerahkan kemakmurannya kepada komunitas-komunitas yang kurang makmur?

Memang cita-cita penganut anarkisme  akan kebebasan absolut tanpa ada negara yang mengatur mengesankan orang-orang, terutama anak-anak muda belia yang sedang mencari jati diri, dan tidak suka diatur-atur, ingin bebas. Maka tidak heran jika anarkisme banyak menarik anak-anak muda belia. Namun dibalik cita-cita indah tersebut perlu diwaspadai kecendrungan kepada tindakan-tindak destruktif. Tapi juga jangan pula dihadapi dengan koersi dan represi. Adalah dialog, menurut saya, cara yang terbaik dan paling persuasif agar gerakan anarkisme yang sedang tumbuh kembang di Indonesia tersebut menghindari memakai cara-cara yang destruktif, kekerasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun