Dominannya pendekatan pengajaran yang hanya berfokus pada transfer pengetahuan, keterampilan, nilai, dan pemahaman hidup, tanpa diiringi pembinaan sikap hidup yang mendalam dan berkelanjutan, menjadi salah satu akar permasalahan perilaku-perilaku tidak terpuji yang seringkali kita saksikan dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Mendidik vs. Mengajar: Analogi Pohon yang Berbuah Lebat
Perbedaan mendasar antara mendidik dan mengajar dapat diilustrasikan melalui analogi sederhana menanam pohon. Mengajar dapat diibaratkan dengan memberikan air, pupuk, dan memastikan pohon mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk pertumbuhannya secara fisik. Fokusnya adalah pada pemenuhan kebutuhan fisik dan perkembangan biologis pohon.
Sementara itu, mendidik adalah upaya yang lebih komprehensif, yaitu memastikan pohon tersebut tumbuh menjadi pohon yang kuat, berakar kokoh, tidak mudah tumbang oleh terpaan angin, dan pada akhirnya menghasilkan buah yang lebat dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Fokusnya adalah pada pembentukan karakter, ketahanan, dan kualitas jangka panjang pohon tersebut.
Oleh karena itu, manusia tidak cukup hanya diajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan, tetapi mutlak perlu dididik agar memiliki karakter kepribadian yang kuat dan sikap hidup yang kokoh.
Tanpa sikap hidup yang baik dan tepat, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang berpotensi disalahgunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok, bahkan dapat merugikan orang lain dan lingkungan sekitar. Sikap hidup yang berlandaskan nilai-nilai luhur dan akhlak mulia menjadi urgensi utama dalam mewujudkan pendidikan berkualitas untuk semua, bukan hanya dalam retorika, tetapi dalam praktik nyata.
Pendidikan yang belum menyentuh pembinaan sikap hidup yang baik dan tepat adalah pendidikan yang belum selesai, bahkan dapat dikatakan sebagai pendidikan yang kehilangan ruhnya, sekadar pengajaran tanpa esensi mendidik yang sesungguhnya. Selamat Hari Pendidikan Nasional! Mari kita kembali pada esensi mendidik untuk membangun generasi yang berintegritas dan berakhlak mulia.
Pormadi Simbolon, alumnus magister ilmu Filsafat STF Driyarkara, Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Provinsi Banten.
Artikel ini telah tayang di Antara, dengan link: https://m.antaranews.com/berita/4807809/refleksi-hardiknas-2025-menjaga-integritas-pendidikan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI