Mohon tunggu...
Pormadi Simbolon
Pormadi Simbolon Mohon Tunggu... Pecinta Filsafat

Alumnus STFT Widya Sasana Malang dan STF Driyarkara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi HARDIKNAS 2025 dan Integritas Pendidikan

4 Mei 2025   08:48 Diperbarui: 4 Mei 2025   08:48 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dominannya pendekatan pengajaran yang hanya berfokus pada transfer pengetahuan, keterampilan, nilai, dan pemahaman hidup, tanpa diiringi pembinaan sikap hidup yang mendalam dan berkelanjutan, menjadi salah satu akar permasalahan perilaku-perilaku tidak terpuji yang seringkali kita saksikan dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mendidik vs. Mengajar: Analogi Pohon yang Berbuah Lebat

Perbedaan mendasar antara mendidik dan mengajar dapat diilustrasikan melalui analogi sederhana menanam pohon. Mengajar dapat diibaratkan dengan memberikan air, pupuk, dan memastikan pohon mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk pertumbuhannya secara fisik. Fokusnya adalah pada pemenuhan kebutuhan fisik dan perkembangan biologis pohon.

Sementara itu, mendidik adalah upaya yang lebih komprehensif, yaitu memastikan pohon tersebut tumbuh menjadi pohon yang kuat, berakar kokoh, tidak mudah tumbang oleh terpaan angin, dan pada akhirnya menghasilkan buah yang lebat dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Fokusnya adalah pada pembentukan karakter, ketahanan, dan kualitas jangka panjang pohon tersebut.

Oleh karena itu, manusia tidak cukup hanya diajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan, tetapi mutlak perlu dididik agar memiliki karakter kepribadian yang kuat dan sikap hidup yang kokoh.

Tanpa sikap hidup yang baik dan tepat, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang berpotensi disalahgunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok, bahkan dapat merugikan orang lain dan lingkungan sekitar. Sikap hidup yang berlandaskan nilai-nilai luhur dan akhlak mulia menjadi urgensi utama dalam mewujudkan pendidikan berkualitas untuk semua, bukan hanya dalam retorika, tetapi dalam praktik nyata.

Pendidikan yang belum menyentuh pembinaan sikap hidup yang baik dan tepat adalah pendidikan yang belum selesai, bahkan dapat dikatakan sebagai pendidikan yang kehilangan ruhnya, sekadar pengajaran tanpa esensi mendidik yang sesungguhnya. Selamat Hari Pendidikan Nasional! Mari kita kembali pada esensi mendidik untuk membangun generasi yang berintegritas dan berakhlak mulia.

Pormadi Simbolon, alumnus magister ilmu Filsafat STF Driyarkara, Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Provinsi Banten.

Artikel ini telah tayang di Antara, dengan link: https://m.antaranews.com/berita/4807809/refleksi-hardiknas-2025-menjaga-integritas-pendidikan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun