Mohon tunggu...
Putra Zulfirman
Putra Zulfirman Mohon Tunggu... Jurnalis - Informatif & Edukatif

Kerja Ikhlas, keras dan cerdas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengabdian Merah Putih

16 Agustus 2020   03:13 Diperbarui: 16 Agustus 2020   03:10 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komandan Kompi II Batalyon B Pelopor Sat Brimob Polda Aceh, AKP Yozana Fajri sidik AF (Foto: Dok. Pribadi).

Jelang proklamasi kemerdekaan, tepatnya pada 16 Agustus 1945, sekelompok anak muda melakukan gerakan yang dikenal peristiwa Rengas Dengklok.

Peristiwa bersejarah inilah yang menjadi tonggak lahirnya teks proklamasi. Di mana kaum muda, mampu mewarnai perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Lantas, diera kekinian setelah 75 tahun Kemerdekaan Indonesia, kaum muda juga menjadi garda terdepan dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan.

Ajun Komisaris Polisi (AKP) Yozana Fajri Sidik AF, SIK, misalnya. Sosok perwira muda lulusan Akademi Polisi (Akpol) 2012, adalah satu dari sekian banyak anak muda yang mengabdi untuk 'Merah Putih'.

Yozana lahir di Majalengka, 27 Januari 1990. Dari buah kasih pertalian darah Ambon-Sunda dari Ayah dan Ibunya.

Pengabdian Yozana Fajri Sidik AF untuk pertiwi patut diapresiasi. Ayah tiga anak itu, singsingkan lengan baju, bercucuran keringat serta bahu membahu mengisi kemerdekaan lewat tugasnya sebagai prajurit Bhayangkara.

AKP Yozana saat menyerahkan bantuan dimasa pandemi Covid-19 (Foto: Dedy Hamzah).
AKP Yozana saat menyerahkan bantuan dimasa pandemi Covid-19 (Foto: Dedy Hamzah).

Selaku pimpinan Kompi II Batalyon B Pelopor Sat Brimob Polda Aceh yang bermarkas di Aramiah, Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur, Yozana dihadapkan pada tugas sosial yang tak mudah.

Masa pandemi Corona Virus Disaese 2019, membuat suami tercinta Elza Claudia ini berjibaku dengan upaya pencegahan penyebaran virus tersebut.

Termasuk, memastikan kondisi ketahanan pangan lewat bantuan sosial kepada masyarakat terdampak Covid-19 di wilayah tugasnya meliputi Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang.

Suatu hari di pertengahan Ramadhan 1441 Hijriyah. Penulis berkesempatan ikut rombongan Kompi II Brimob Aramiah ke pedalaman Aceh Timur.

Pante Kera, begitu nama desa tujuan yang masuk wilayah administrasi Kecamatan Simpang Jernih, Aceh Timur.

Personel Brimob Aramia membawa bantuan sembako di pedalaman Aceh Timur (Foto: Habibullah Habib).
Personel Brimob Aramia membawa bantuan sembako di pedalaman Aceh Timur (Foto: Habibullah Habib).

Jalan terjal, berliku, mendaki dan berlumpur diterabas dengan satu tujuan mulia, yakni membantu kaum marginal dan terisolir.

"Ini sumbangan sembako hasil patungan anggota Kompi. Disisihkan untuk membantu sesama. Di masa pandemi, Polri harus bantu pemerintah dan rakyat," ujar Yozana kala itu.

Meski sedang berpuasa, Yozana dan anggotanya gigih menempuh perjalanan sulit itu, hingga seberangi sungai dengan rakit penyeberangan ditengah gemuruhnya halilintar saat bumi diguyur hujan.

"Ini pengabdian. Kita basah kuyup itu biasa. Asal, masyarakat bisa nyaman dan ngepul dapurnya di masa pandemi ini," sebut Yozana dalam keadaan gigil.

Tak cukup disitu. Pulau terluar di Kota Langsa juga disambangi alumni SMAN 1 Sukahaji Majalengka ini.

Telaga Tujuh, desa yang berada disebuah pulau dikelilingi air laut. Disini, Yozana datang membawa kecerian dan berbagi kebersamaan ditengah masa sulit Covid-19.

Menggunakan perahu nelayan, Yozana dan personel Bhayangkara lainnya membawa bantuan sembako. 

Bantuan yang pertama masuk ke pulau itu, sehingga warga terkesan dan menitikkan air mata kala disambangi Yozana.

Selama pandemi, Yozana terus membantu pencegahan penyebaran virus lewat penyemprotan disinfektan di sejumlah tempay, seperti sarana umum, rumah ibadah dan sekolah-sekolah.

Tak ayal, aksinya mendapat apresiasi dari elemen masyarakat seperti DPD II KNPI kota Langsa, PWI Kota Langsa serta sejumlah organisasi kemasyarakatan lain.

Bahkan, kemitraan dengan lembaga pemerintah terus terbina dibawah komando Yozana. Demikian pula, hubungan dengan insan pers begitu harmonis.

Jelang peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-75 tahun, Yozana kembali berlayar ke pulau terluar di Kota Langsa.

Sang saka Merah Putih dikabarkan di sana. Rumah warga dipasang bendera, sekolah dan sejumlah armada nelayan ikut semarakkan Hari Ulang Tahun bangsa.

Bersama istrinya, Yozana dan Claudia seperti Romeo dan Juliet yang menebar cinta dan menginspirasi banyak orang.

AKP Yozana Fajri Sidik bersama Ny Elza Claudia (Foto: Dedy Hamzah).
AKP Yozana Fajri Sidik bersama Ny Elza Claudia (Foto: Dedy Hamzah).

Bersama semilir angin dan deburan ombak selat malaka, Yozana membaur dengan warga Telaga Tujuh memgibarkan 'Merah Putih'lewat upacara sederhana di halaman sekolah SMP setempat.

Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, bisingnya kenderaan bermotor dan tak ada kepulan asap pabrik, Yozana seperti mengabarkan bahwa merdeka adalah hidup bebas dalam karya mesji di pelosok Nusantara.

*Prajurit Pengabdi

Karir Yozana di Kepolisian bukan mudah. Sebelum lulus Akademi Kepolisian, dia sempat mengikuti seleksi calon taruna Akmil, namun pupus.

Hal serupa kembali terulang ketika mengikuti seleksi Secapa TNI dan Secaba Polri. Dewi fortuna baru berpihak padanya ketika ikut seleksi Taruna Akpol.

"Nyaris frustasi. Tapi tekad telah membara dan doa terkabul sehingga lulus Akpol dan menjadi perwira," kenang Yozana dalam bincang ekslusif, Sabtu, 15 Agustus 2020.

Usai lulus pendidikan, Yozana memilih mengabdi sebagai prajurit tempur di kesatuan Brimob Polri. Banyak tugas telah dilakoni, termasuk menjadi bagian pasukan perdamaian dunia (Pasukan Garuda) di Sudan.

Dituturkan, saat bertugas di Sudan, dirijya sempat diangap warga lokal sebagai non muslim lantaran nama awalnya Yozana--tak seperti kebanyakan nama muslim.

Namun, hal itu ditepis dengan kemampuannya membaca Al-qur'an hingga warga Sudan berdecak kagum padanya.

Lain itu, Yozana sebagai pimpinan tim menginstruksikan anggotanya untuk menjadi muazin setiap tiba waktu shalat fardhu. Ini kemudian menjadi suatu yang berbeda dari pasukan perdamaian lain.

"Sudan itu mayoritas muslim. Dalam beryugas tentu kita kedepankan kearifan lokal, alhamdulillah tuai keberhasilan," kata Yozana bersyukur.

Usai bertugas sebagai pasukan perdamaian, Yozana mendapat perintah memanggul senajya di Aceh.

Kala itu, ia memimpin satu pleton pasukan Brimob menyisir hutan di pedalaman Aceh Timur.

Targetnya, mencari keberadaan kelompok bersenjata yang bikin onar dan nyaris merusak perdamaian yang telah terbina di bumi Iskandar Muda.

Setelah tiga hari berada di belantara dengan berjalan kaki, pasukan Yozana sudah begitu dekat dengan kelompok pengacau tersebit.

Pilihannya hanya dua; serbu atau selamatkan nyawa pasukan dengan menghindari kontak tembak.

"Kalau perintah serbu, pasti ada korban baik dari kelompok target maupun pasukan saya. Situasi sulit, saya istiqamah untuk hindari korban jiwa atau luka," cerita Yozana mengenang.

Akhirnya, kelompok target menyerahkan diri dan tugas Yozana berakhir dengan tidak ada korban dari kedua belah pihak.

"Ini pengabdian pada Merah Putih. Damai lebih indah ketimbang perpecahan hingga memakan korban jiwa," tambah pria supel ini.

Baginya, memimpin pasukan bukan semata memerintah sesuai kehendak hati, tapi lebih menjadi pengayom dan melindungi pasukannya dari segala ancaman bahaya dalam bertugas.

"Pengabdian selesai sesuai target tugas dan tidak ada yang dikorban, itulah hakikatnya," pungkas Yozana Fajri Sidik AF.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun