Mohon tunggu...
Purherbianto Satriohadi
Purherbianto Satriohadi Mohon Tunggu... Dokter - Dokter di salah dua RS di Jakarta

Laki2, 64 tahun, Pegawai swasta yang prihatin dengan keadaan negeri tercinta ini

Selanjutnya

Tutup

Catatan

HAM Berlaku untuk Semuanya?

4 Januari 2012   06:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:21 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, 2 Januari 2012 saya membaca bahwa ada 5 orang polisi yang dijadikan trsangka pada kasus Bima.

Sejak lama saya ingin menulis tentang hal ini dan sekarang agaknya kesempatan itu datang dan sekaligus tulisan pertama saya untuk Kompasiana

Hak Azasi Manusia, lebih dikenal dengan akronimnya HAM menjelma menjadi kata sakti yang dapat diartikan macam2 oleh para penyebutnya sesuai dengan pandangan dan kepentingannya.

HAM juga merupakan kata sakti yang bisa menjebloskan satu fihak kedalam satu keadaan se-olah2 dizalimi sementara fihak yang berlawanan menjadi fihak yang menzalimi. Persoalaan siapa yang dizalimi dan siapa yang menzalimi inilah yang menjadi polemik yang melibatkan berbagai hal termasuk kekuatan media karena persoalan ini tidak akan "berbunyi" atau tidak mempunyai gaung tanpa pemberitaan media. Dilain fihak media juga mempunyai kepentingan sendiri2, tergantung siapa pemiliknya dan tentunya  berkaitan erat dengan orientasi kepentingan dan politiknya.

Hah...... kok jadi ribet begini sih?

Dalam kasus penanganan demo dan protes yang melibatkan massa (atau "warga", satu lagi kata sakti karena kata  warga selalu dikonotasikan sebagai fihak yang dizalimi.... entah oleh pemerintah via satpol PP, polisi  atau perusahaan swasta yang punya backing kuat) sangat terlihat bahwa penggunaan kata HAM yang saling bertentangan karena dipakai oleh fihak2 yang berbeda kepentingan.

Nah..... disinilah HAM menjadi kata kunci nan bertuah. Para penggiat HAM akan berteriak bahwa terjadi pelanggaran HAM, dibuktikan dengan laporan dan foto2 yang diambi dari kameranya sendiri lengkap dengan reportase yang mengatas namakan fihak yang terzalimi

Celakanya media menelan bulat2 laporan tersebut dan malah membumbui sehingga kejadiannya menjadi sangat dramatis, tentu saja makin dramatis suatu berita  maka akan makin laku media tersebut.

Satu hal yang banyak dilupakan oleh para penggiat HAM dan media adalah bila ada dua fihak yan bertentangan dan menyangkut HAM, kedua fihak mempunyai hak yang sama besar untuk mendapat keadilan. Hukum berlaku sama untuk semua orang / fihak, tanpa pandang bulu

Salah satu contoh yang paling jelas dan sering terjadi adalah aksi massa yang kerap mengatasnamakan warga untuk menentang tindakan aparat pemerintah seperti "penggusuran" pedagang kaki lima, penertiban jalur hijau dan yang masih hangat kasus Bima

Dengan lantang para penggiat HAM berteriak bahwa terjadi pelanggaran HAM, sekian orang "warga" meninggal dunia, polisi asal menembak dan sejumlah bukti bahwa  pemerintah"melanggar" HAM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun