Mohon tunggu...
pkmpm bahasaku jiwaku
pkmpm bahasaku jiwaku Mohon Tunggu... Mahasiswa

Official Account PKM-PM Bahas(Aku), Jiwaku

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mahasiswa UNNES ajak anak-anak Panti Asuhan Muawanah Semarang mengenal dan mengelola emosi lewat "Bahas(Aku), Jiwaku"

11 Oktober 2025   19:55 Diperbarui: 11 Oktober 2025   19:55 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Semarang -- Tidak semua anak memiliki ruang aman untuk bercerita dan mengekspresikan perasaan mereka. Berangkat dari kondisi itu, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) menciptakan program pengabdian bertajuk "Bahas(aku), Jiwaku: Optimalisasi Psychological Well-Being melalui Trigatra Bangun Bahasa pada Anak-anak Panti Asuhan Muawanah Semarang."

Program yang dipimpin oleh Raihan Adib Ghifari bersama Aisyah Mudjahidah, Nafhisa Diva Salsabella, Alifia Oktafiani, dan Aura Sekar Aulia ini menggabungkan unsur bahasa, seni, dan refleksi diri sebagai sarana peningkatan kesejahteraan psikologis anak-anak panti.

Salah satu kegiatan yang paling berkesan adalah "Jurnal Emosi", di mana anak-anak menuliskan atau menceritakan perasaan mereka mulai dari rasa senang, marah, hingga pengalaman sedih.

 Banyak anak awalnya ragu untuk bercerita, tapi setelah beberapa kali pertemuan, mereka mulai terbuka. Kami tidak menilai isi tulisan mereka, melainkan menghargai keberanian mereka untuk jujur terhadap perasaan sendiri," ujar Aura Sekar Aulia.

Pendekatan ini terbukti efektif membantu anak-anak memahami dan mengelola emosi mereka. Proses menulis dan berbagi cerita membuat mereka lebih tenang, lebih empatik, dan tidak lagi memendam emosi negatif.

Selain Jurnal Emosi, tim juga mengadakan "Narasi Berekspresi", "Rasa Pangrasa" dengan wayang kreasi berbahasa Jawa, serta kelas Bahasa Inggris interaktif untuk melatih keberanian berbicara di depan umum.
Menurut Raihan Adib Ghifari, bahasa bukan hanya alat komunikasi,tetapi juga menjadi sarana bagi anak-anak untuk memahami diri sendiri, "Melalui bahasa, anak-anak belajar memahami diri dan menata perasaan, sehingga kesejahteraan psikologis mereka tumbuh," jelasnya.

Pengurus panti menilai kegiatan ini membawa dampak positif. Anak-anak menjadi lebih terbuka, lebih berani berbicara, dan lebih peka terhadap teman-temannya. Program ini menjadi contoh sinergi antara ilmu psikologi dan bahasa yang nyata memberi dampak sosial. Bagi para mahasiswa, pengalaman ini bukan sekadar pengabdian, melainkan pembelajaran hidup tentang mendengarkan, memahami, dan menemani tumbuhnya jiwa anak-anak.

Temukan kami di:

Instagram : @pkmpm_bahasakujiwaku

TikTok : @pkmpm_bahasakujiwaku

YouTube : @PKM-PMBahasAkuJiwaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun