2). Poros Jakarta-Peking yang digagas Bung Karno menjadikan selama masa Demokrasi Terpimpin, RI dan RRC  adalah "sekutu politik internasional". Pada titik tertentu, poros ini meluas menjadi "Poros Jakarta - Phnom Penh - Hanoi - Peking (ejaan lama untuk Beijing) - Pyongyang" yang merupakan aliansi negara-negara Asia yang anti blok Barat  (dalam istilah Bung Karno "anti nekolim") yang meliputi Indonesia (di bawah Sukarno), Kamboja (dibawah Norodom Sihanouk), Vietnam Utara (di bawah Ho Chi Minh), RRC (di bawah Mao Ze Dong) dan Korea Utara (di bawah Kim Il Sung).Â
"Aliansi RI- RRC" ini hancur setelah peristiwa G30SPKI dimana RRC dituduh mendukung pemberontakan ini yang berujung dengan putusnya hubungan diplomatik kedua negara (1967).Â
3). Indonesia adalah satu-satunya negara yang pernah keluar dari PBB pada 7 Januari 1965. Itu diperintahkan Bung Karno sebagai protes atas terpilihnya Malaysia sebagai anggota Dewan Keamanan PBB. Padahal saat itu Indonesia sedang  "Konfrontasi" (undeclared war) dengan Malaysia yang dituduhnya sebagai "negara boneka antek Nekolim".Â
Bung Karno punya ambisi besar untuk membentuk "PBBÂ Tandingan". "Conference of The New Emerging Forces" (CONEFO) merupakan gagasan Presiden Soekarno untuk membentuk suatu kekuatan blok baru yang beranggotakan negara-negara berkembang untuk menyaingi 2 kekuatan blok sebelumnya, yaitu Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet. Rencana ini didukung RRC, Vietnam Utara dan Korea Utara. Sebelumnya Bung Karno sudah berhasil mewujudkan "Olympiade Tandingan" yaitu GANEFO (1963).
 Gagasan "PBB Tandingan" ini kandas setelah Soeharto berkuasa. CONEFO dibubarkan pada 11 Agustus 1966 dan Indonesia menyatakan bergabung lagi (re-entry) sebagai anggota PBB pada 8 September 1966.Â
Demikian 3 fakta sejarah yang perlu diungkap agar masyarakat, khususnya generasi milenial, "melek sejarah" tentang masa lalu negaranya.Â
*Pandji Kiansantang, 19 September 2020