Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyiasati "Krisis Silaturahmi" akibat Pandemi

8 September 2020   08:56 Diperbarui: 8 September 2020   09:02 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di satu sisi, berkumpulnya keluarga di rumah menguatkan hubungan emosional di antara anggota keluarga yang satu rumah ("keluarga inti" atau  "batih"). Di sisi lain, silaturahmi dengan keluarga besar yang berbeda tempat tinggal terkendala.. mengalami hambatan. 

Memang komunikasi antar keluarga besar tetap dapat dilakukan secara "jarak jauh" dengan telekomunikasi. Tapi tak dapat disangkal  dalam komunikasi,  TIDAK ada yang dapat menggantikan bertemu langsung dan sentuhan (cium pipi dan pelukan dengan sanak saudara,  apalagi sungkem pada orangtua)... 

Tanya saja pada mereka yang sedang kasmaran tapi menjalin kasih secara LDR (Long Distance Relationship) : komunikasi via suara tak dapat menutup kerinduan bertatap muka secara langsung. Silaturahmi "masa normal" dulu melibatkan seluruhnya,  ketiga unsur : visual, audio dan kinestetik (gerak tubuh) sehingga mampu menumbuhkan kehangatan hubungan emosional... 

Hilangnya unsur sentuhan fisik jelas mengurangi kedekatan antarpribadi... seperti munculnya "komunikasi yang berjarak" dengan sekat psikologis. Nggak plong. Kurang afdol... 

Ada dampak jangka panjang dari tiada silaturahmi pasca Lebaran, baik berupa pertemuan "person to person" maupun event massal seperti Arisan keluarga besar dan Reuni teman-teman lama.

 Akibat "social distancing" yang lalu berganti nama menjadi "physical distancing", dunia kita menjadi makin SEMPIT... makin berfokus pada anggota keluarga di RUMAH saja. Tanpa pertemuan fisik alias "copy darat", hubungan kita dengan keluarga besar, tanpa kita sadari akan semakin jauh... 

Makin jarang frekuensi komunikasi akan merenggangkan "tali silaturahmi". Dulu, kita merasa sebagai BAGIAN dari keluarga besar, kini semakin nyata bahwa yang disebut "kita" adalah keluarga serumah, sedangkan sanak saudara adalah "mereka" di luar sana... Jauh di mata, jauh pula di hati... 

Tanpa kita sadari, Pandemi menjadi ANCAMAN bagi tali silaturahmi. Semakin sulitnya kehidupan akibat pandemi dan dampak sosial-ekonominya, membuat kita makin FOKUS pada keluarga sendiri di rumah. Dan semakin banyak "ALASAN" (dalih) untuk tidak lagi menjalin silaturahmi dengan keluarga besar. 

Sialnya, Pandemi ini membuat kita makin individualis dan ego-sentris... elu- elu, gue-gue... istilah orang dulu "nafsi nafsi" (sendiri sendiri). Empati pada sesama makin memudar. 

7 LANGKAH SILATURAHMI DI SAAT PANDEMI 

Virus Corona memang BENCANA kemanusiaan yang dahsyat... bukan hanya merenggut nyawa, tapi juga membuat banyak orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Masing-masing orang berjuang agar tidak menjadi  korban dan tetap selamat hidup (menjadi penyintas). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun