Bahar datang atas nama peluang,
Sebab di desanya sudah tak ada lagi yang tersisa kecuali orang-orang terbuang,
Ya, Bahar adalah orang terakhir yang meninggalkan desa tandus yang sudah tergerus abrasi air laut, yang seakan desanya dibiarkan tenggelam oleh kekuasaan,
Desanya ditusuk oleh tangan ketamakan akibat pengerukan pasir laut yang dijual ke negeri seberang, sedang dirinya dan ratusan rakyat yang mengerang tak pernah mendapat titik terang, Â
Dibiarkan mati di tangan kekejaman sang pemilik uang,
Entah harus berharap ke siapa dan mengadu ke mana,
Semua seakan sepakat dalam diam, Seiring atap-atap rumah hilang tenggelam dalam pandang,
Kejamnya kota sudah tertanam dalam benaknya jauh-jauh hari,
Tapi Bahar tak tahu lagi harus kemana,
Ia yang sekarang sebatang kara,
Menahan sendiri luka lara,
Dengan selembar lima puluh ribuan yang tersisa,
Setelah berhari-hari terguncang dalam bak truk angkutan antar pulau,
Bahar tiba di pasar induk ibukota,
Bau busuk got penuh sampah menyusup ke hidungnya,
Ini bau Jakarta yang ia sesap awal mula,
Akankah ada cerita bahagia di muka?
Entah,
Bahar hanya bisa menghela,
Harapnya ia ingin segera dapat kerja,
Depok, 27 September 2020