Mohon tunggu...
Pither Yurhans Lakapu
Pither Yurhans Lakapu Mohon Tunggu... Penulis - Pemitra (pejuang mielitis transversa)

Penulis buku "TEGAR!; Catatan Perjuangan Melawan Mielitis Transversa". Twitter: @pitherpung, blog: https://pitherpung.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mungkin Tuhan Mulai Bosan atau Alam Sudah Enggan?

2 Februari 2017   21:10 Diperbarui: 2 Februari 2017   21:15 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
* Photo collage source: Private, Kompasiana & Facebook.

Bapak lalu menunjuk mana bintang-bintang penting, di mana posisi-posisinya yang mengindikasikan musim tertentu, diselingi penjelasan 'lebih ilmiah' tentang berbagai macam rasi bintang yang biasa dipelajari di bangku sekolah. Maklum, beliau seorang guru SD. Prediksi musim sesuai posisi bintang oleh bapak memang masih dijadikan patokan sejauh ini, walaupun tidak seakurat ramalan kakek buyut seperti yang juga pernah dikisahkan kakek.

***

Beberapa waktu lalu, saat mengobrol berdua, saya bertanya pada bapak. 

"Bapak masih bisa memprediksi musim dari posisi bintang?" 

"Sekarang mata saya sudah 'kalah'," jawab pria 74 tahun ini.

"Wah, padahal saya pingin tanya kira-kira apa kata bintang tentang musim sekarang ini." 


Alasan hendak meminta padapat bapak dikarenakan sudah sekitar 1 dekade belakangan ini musim di desa kami dan daerah sekitar sepertinya sudah menyimpang. Biasanya bulan November atau paling lambat akhir Desember hujan sudah turun, tetapi sekarang sudah tidak begitu lagi. Lihat saja sekarang ini, untuk musim 2016, hujan baru turun di akhir Januari 2017.

Dalam hati terbesit sedikit penyesalan. "Kenapa dulu saya tidak lebih serius belajar tentang pengetahuan perbintangan nenek moyang saat kakek masih hidup dan mata bapak masih 'jernih'? Setidaknya sebagai pembanding ilmu meteorologi modern."  

Saya mencoba menghubungkan perubahan iklim ini dengan teori-teori yang saya tahu menyangkut anomali cuaca akibat global waming yang sedang ramai digunjingkan belakangan. Mulai dari mencairnya es di kutub hingga terjadinya banjir tak menentu di negara-negara tropis, sebagai efek pemanasan global; dari masalah penggunaan bahan bakar fosil hingga peningkatan konsumsi daging sapi, sebagai penyebab memanasnya permukaan planet bumi; dan aneka teori lainnya.

Lelah berteori, saya berpikir, "ah, semua itu seolah hanya mempersalahkan orang lain atas kondisi iklim saat ini. Kenapa saya tidak menginstrospeksi diri saja, mungkin ini juga akibat salah saya? Seperti senandung melegenda Ebiet G Ade, 'mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita... Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita...'."

MUNGKIN TUHAN MULAI BOSAN MELIHAT TINGKAH KITA yang sekarang tak lagi serius bergotong-royong mengelola tanah pertanian tapi lebih senang menjadi penambang pasir dan batu warna di pantai sana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun