Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tidak Ada Tuhan dalam Misa Online

9 November 2021   22:16 Diperbarui: 9 November 2021   22:24 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernyataan tersebut mengidentifikasi prinsip dasar reinterpretasi sakramental Chauvet tentang keberadaan Kristen: semua realitas dimediasi. Dua poin kunci untuk menerapkan prinsip ini pada interpretasi kehadiran Kristus dalam perjamuan ekaristi, yakni pertama, simbol memediasi realitas dengan menegosiasikan koneksi. Kedua, koneksi memungkinkan subjek baik sebagai anggota kelompok sosial dan sebagai individu untuk memahami dunia mereka dan untuk menemukan identitas mereka. Kedua fokus ini, partisipasi aktif dan pertimbangan subjek dalam kelompok sosial, membuat pendekatan Chauvet tepat untuk mengkaji simbolisasi aktivitas sakramental dalam kerangka liturgi.

Gagasan tentang identitas dan relasi berhubungan erat dalam pendekatan Chauvet untuk melambangkan aktivitas. Gagasannya tentu sesuai dengan pemahaman klasik tentang simbol, yang berasal dari kata Yunani symballein (to throw together). Tesisnya adalah,

Mitra dalam kontrak masing-masing akan mempertahankan satu bagian dari simbol yang secara terpisah tidak memiliki nilai. Kedua bagian bergabung, "melambangkan" atau mengkonfirmasi perjanjian asli yang ditetapkan oleh simbol. Dengan demikian lambang tersebut berfungsi sebagai ekspresi dari suatu pakta sosial yang didasarkan pada pengakuan dalam penyatuan kembali kedua belah pihak. Dengan cara ini simbol berfungsi sebagai mediator identitas.

Dalam hal jemaat Ekaristi, setiap individu yang berkumpul pada saat yang sama melambangkan kehadiran Kristus dalam waktu dan tempat tertentu. Aspek berkumpul adalah kunci. Karena sama seperti potongan-potongan individu yang symballein tidak memiliki kemampuan untuk mengkonfirmasi kontrak sampai bergabung bersama-sama, begitu juga para anggota individual tidak memiliki kekuatan untuk melambangkan kehadiran Kristus kecuali jika mereka berkumpul bersama sebagai Gereja. Hal ini tentu sesuai dengan janji Kristus, "Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada" (Mat. 18:20). Namun, ini tidak menjamin bahwa berkumpul bersama dalam ruang yang sama akan membentuk sekelompok individu ke dalam komunitas yang dapat disebut Gereja atau Tubuh Kristus. Lebih dari sekadar berkumpul diperlukan.

Judith Marie Kubicki menambahkan bahwa orang-orang yang berbagi ruang dalam antrean di supermarket biasanya tidak akan merasakan hubungan yang berarti dengan orang lain yang dengannya mereka "dilempar bersama". Tidak ada kontrak atau kesepakatan bersama yang dikonfirmasi oleh perjumpaan semacam itu. Di sisi lain, ketika orang Kristen berkumpul dalam nama Kristus, perkumpulan mereka untuk merayakan Ekaristi adalah pemenuhan "kontrak" yang ditandatangani atau dimeteraikan pada saat pembaptisan. Sebuah kontrak yang mengidentifikasi mereka sebagai pengikut Kristus dan sebagai orang yang "memenuhi syarat"  untuk merayakan iman dalam nama Tuhan.

Tuhan tidak ditemukan dalam Misa Online

Kita mungkin berpendapat bahwa sebagai kerangka metodologis, pendekatan semiotika Polanyi dan teologi simbol Chauvet dapat mengarah pada satu kesimpulan radikal, yakni Tuhan tidak ditemukan dalam misa online. Alasannya jelas, kehadiran Kristus dalam jemaat yang berliturgi (berpartisipasi dalam ritual peribadatan) tidak terjadi dalam "Misa online". Bahkan dilansir dalam Jakarta Post, jemaat merasa bahwa Misa Online hanyalah tontonan (Jakarta Post 15/05/20).

Benar, selama pandemi Covid-19, sebagian besar keuskupan Katolik di seantero dunia telah menutup gereja dan menghentikan misa sesuai dengan protokol kesehatan pemerintah. Live streaming dan siaran langsung lewat YouTube menjadi "alternatif baru" untuk beribadah. Namun hal yang perlu disadari adalah bahwa "misa online" secara liturgis dapat menimbulkan masalah dalam hal mengikis partisipasi umat dalam perayaan.

Charles Beraf dalam artikelnya "Online mass is but a spectacle" menyebut bahwa, ritual nyata dalam agama apapun tidak pernah generik dan tidak pernah ada dalam buku atau media. Tidak ada apa pun di saluran YouTube, misalnya, yang merupakan ritual. Ritual hanya terjadi dengan orang-orang nyata pada waktu nyata di tempat-tempat nyata (Jakarta Post 15/05/20). Konsep radikal Beraf tentunya beralasan, tontonan ritual yang ditonton seseorang bukan ritual tetapi hanya panduan. Dalam agama Kristen, ada banyak ritual yang berbeda (ziarah, Ekaristi, novena, dan sebagainya) di mana orang Kristen menyembah Tuhan, mulai dari berdoa di rumah hingga menghadiri sebuah kebaktian gereja. Ritual-ritual ini, baik pribadi maupun komunal, mengharuskan mereka untuk berpartisipasi atau terlibat. Artinya, mereka yang menghadiri upacara-upacara liturgi adalah peserta nyata yang memainkan peran sesuai dengan tuntutan gereja. Dengan berpartisipasi dalam ritual, setiap orang Kristen bersiap menuju pendewasaan iman.

Senada dengan Teologi Simbol Chauvet, Beraf kemudian membedakan antara teater dan umat yang beritual. Dalam teater, ada pemain di satu sisi dan penonton di sisi lain. Baik penonton maupun pemain kurang lebih secara radikal terpisah satu sama lain. Yang membedakan antara penonton dengan pemain adalah bahwa mereka tidak berpartisipasi dalam pertunjukan: mereka menonton dan mendengarkan. Sebaliknya, semua yang hadir dalam sebuah ritual ikut serta di dalamnya. Peran mereka mungkin, pada kenyataannya, sangat berbeda.

Gagasan dari Beraf menantang kita, bahwa sebenarnya ritual nyata hanya terjadi pada orang-orang yang nyata di tempat yang nyata. Ritual live streaming di YouTube tidak bisa dikategorikan sebagai ritual nyata; mereka hanya tontonan. Tontonan seperti itu mungkin membimbing orang untuk berdoa, tetapi tidak pada saat yang sama, menjadi pesertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun