Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Konfusianisme sebagai Agama

29 Desember 2019   23:18 Diperbarui: 29 Desember 2019   23:19 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.britannica.com/topic/Confucianism

When grandfather discovered that his ten-year-old grandson was lazy in his  studies, he had the boy flogged. The boy's parents were worried that these ploggings would one day kill the child. The boy's father tried to intervene with hisfather and beg for the leniency. The grandfather insisted that the grandson must study,and so flogged him harder.

One day, the grandfather discovered his grandson playing in the snow when he should  have been studyng. The grandfather had the boy stripped naked and left him kneeling in the snow while he considered the punishment. The boy's father did not dare say anything, but just stripped himself naked and kneeled down in the snow beside his son. The father said to his son, "Your son is about to be punished, for his foults, but what are you doing kneeling in the snow beside him." The boy's father replied: "you are freezing my son, so iam freezing yours!"

Istilah filial piety sudah jarang dipakai dalam bahasa-bahasa modern, namun menjadi pusat dari pengajaran Konfusius. Filial piety adalah sebuah bentuk pengahargaan dan penghormatan kepada satu keluarga. Dalam konteks Konfusius, pembicaraan tentang filial piety dianggap penting karena Konfusius menyaksikan bagaimana situasi saat itu, anak memberontak terhadap orang tuanya termasuk relasi keluarganya bahkan berujung pada kematian.

Dan Konfusius melihat bahwa kebaktian (filial piety) adalah penangkal persoalan saat itu. Konfusius menyebut bahwa "do not disobey?". Yang menarik, "sewaktu diminta untuk menjelaskan, Konfusius menjelaskan bahwa: keluarga yang masih hidup harus dilayani dengan ritual, ketika meninggal dikuburkan dengan ritual, termasuk penderitaan mereka harus dipahami dalam ritual." pertanyaannya ritual macam apakah yang menyamakan antara ritual bagi mereka yang masih hidup dan telah mati?    

2.4 Ritus dan Simbol

Confucius says, "a filial son serves his parents in the following ways: he offers them  the utmost respect when at home; he serves them so as to give them the  greatest joy; if they are ill, he feels the greatest anxiety, he is completely devastated at their funerals; when he sacrifices to them (as ancestor), he is completely reverent if he can do this five things we could say that he could able serve his parents."

Biasanya ritual yang dibuat adalah, ketika ayam jantan dan burung gagak berkotek di pagi hari, seorang anak harus membasuh kedua tangannya, menyikat gigi dan menyisir rambut termasuk mengenakan pakaian. Seorang istri harus melayani keluarga menantu mereka sebagaimana mereka melayani keluarga mereka sendiri. Saat suara pertama dari burung gagak, mereka juga harus melakukan hal sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.

Setelah mereka mengenakan pakaian, seorang istri dan anaknya pergi melayani keluarga mertuanya. Sewaktu mereka tiba, mereka harus bertanya dengan suara yang pelan dan lembut: "apakah pakaian yang dikenakan oleh mertua mereka hangat atau tidak, kendati orangtua tersebut tidak sakit apa-apa. Demikianpun anak muda saat menyambut orangtuanya di rumah. Singkat kata, prilaku keseharian inilah yang kemudian menjadi ritus yang dipertahankan untuk mengembangkan sikap filial piety. pertanyaan berikutnya adaah apakah sebatas itu? Bagaimana Konfusius berbicara dalam atau tentang seuah sistem institusi.

2.5 Institusi

Konfusius berada pada zaman di mana terjadi peperangan yang sering tercetus dan rakyat jelata hidup sengsara. Struktur masyarakat mengalami perubahan drastis dari sistem hamba abdi berubah menjadi sistem feodal. Pengalaman ini berpengaruh pada pemikiran politik Konfusius. Pemikirannya dikenali sebagai paham politik yang berdasarkan pada etika moral. Penekanan ini dikarenakan fokus dari paham politiknya adalah perikemanusiaan (ren).

Perlu diketahui, ren  merupakan dasar politik yang unggul dalam pemikiran politik Konfusius sekaligus moral  tertinggi dalam ajaran Konfusius. Itulah sebabnya keistimewaan pemikiran politik Konfusius ialah juga mengutamakan penyempurnaan perilaku seseorang yang akan menjadi pimpinan pemerintahan. Konfusius menawarkan tiga konsep pimpinan pemerintahan yang ideal, yakni:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun